Silvi akan menikah. Mengagetkan, sungguh mengagetkan. Benarkah berita itu?
"What? Si Silvi mau married? Masa sih?"
"Ah, jangan-jangan hoax."
"Kemarin-kemarin kan ada liburan palsu tuh. Siapa tahu aja, sekarang mulai tren pernikahan palsu."
Bisik-bisik ragu. Tatapan mata melebar tak percaya. Alis terangkat.
Sementara itu, Silvi yang menjadi objek pembicaraan, hanya melempar senyum cantik. Manis saja menanggapi reaksi teman-temannya.
"Memangnya aku se-picky itu ya?" desahnya, pelan menyesap Italian chocolate-nya.
"Hmm....iya sih. Kamu tuh terlalu picky tauuuu. Masa kamu pernah bilang kalo kamu nggak akan mau nikah kecuali sama pria super tampan dan super kaya yang mau membiayai pernikahan kalian dengan kekayaannya?"
Gadis blasteran Sunda-Inggris itu tertawa. "Iya, benar. Dan aku tidak menarik kata-kataku."
"Jadi, beneran ada pria super tampan, super kaya, dan bersedia mengeluarkan uang buat pernikahan kalian?"
"Yups. Ada."