Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Psikolove, Akhirnyaku Menemukanmu (12)

2 Februari 2018   05:21 Diperbarui: 2 Februari 2018   05:26 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Terjebak di lift bersama Silvi?" ulang Clara, membelalak tak percaya pada Calvin.

"Yups. Dan setelahnya..."

"Ok I see."

Itu bukan karena Clara tak mau tahu. Melainkan karena rasa cemburu. Silvi bisa sedekat itu dengan Calvin. Sedangkan dirinya...?

Buru-buru dienyahkannya pikiran itu. Ia tidak boleh menyimpan benih cemburu dalam situasi begini. Kembali difokuskannya pandang pada Calvin.

"Aku bersyukur kamu dan Silvi tak apa-apa." ujarnya.

Calvin tersenyum menawan. Memandangi wajah cantik Clara. Psikolog cantik itu balas tersenyum.

"By the way, artikelmu hari ini menggelitik. Jual Kabinet Ternyata Bisa Membahayakan Kabinet. Aku tersenyum membaca judulnya. Itu tak sekadar permainan kata-kata."

Ternyata Clara selalu, dan selalu memperhatikan Calvin dari jauh. Calvin Wan dan Clara Carolina, sepasang pria dan wanita yang saling memperhatikan dan menyimpan rasa.

Sesi konseling berjalan menyenangkan. Clara excited melihat progres klien istimewanya. Blogger super tampan itu nampaknya mulai bisa terlepas dari trauma masa lalunya. Ia dapat menjalani hidup dengan tenang dan bahagia.

"Calvin, tunggu." Clara menahannya sejenak di depan pintu.

"Kenapa, Clara?"

"Nanti kamu datang ya, ke pernikahan Sarah."

Detak jantung Clara serasa memukul-mukul rusuknya. Ia berdebar, menanti jawaban pujaan hatinya. Waswas, berharap, takut. Sedetik kemudian, Calvin berkata dengan nada penuh kemenangan.

"Kamu sudah janjian dengan Silvi untuk mengundangku, kan?"

Reaksi di luar dugaan. Tak siap Clara menerimanya. Keningnya berkerut.

"Tidak kok." jawabnya.

"Oh ya? Soalnya Silvi sudah mengundangku duluan, Clara. Beberapa menit sebelum terjebak di lift."

Kepala Clara tertunduk. Alisnya bertaut. Cemburu? Mungkin saja. Seperti ada tangan-tangan tak kelihatan yang menguras kedalaman hatinya. Lalu mengaduk-aduk hatinya dengan kecemburuan.

**       

Melahap makan siangnya sendirian seperti biasa, Clara tenggelam dalam pikirannya. Silvi sudah lebih dulu mengundang Calvin. Kelirukah perbuatannya? Sungguh ia tak tahu. Andai saja ia tahu, takkan ia lakukan hal itu. Sayangnya, Silvi sangat tertutup.

Selera makannya hilang begitu saja. Lezatnya bekal makan siang hari ini sama sekali tak menarik. Pikirannya dipenuhi sesal dan cemburu.

"Seharusnya aku tak melakukan itu..." desah Clara.

Pintu ruang kerjanya diketuk. Malas-malasan ia berjalan ke pintu dan membukakannya.

"Sarah?"

Tak biasanya Sarah datang ke kantor. Bukankah sejak menjadi sekretaris yang bekerja langsung bersama kepala kantor ia sangat sibuk? Pastilah ada hal penting.

"Masuk yuk," ajaknya, melangkah mundur.

Akan tetapi, betapa heran Clara ketika Sarah merentangkan lengan dan memeluknya erat-erat. Diciuminya pipi Clara. Ekspresi bahagia menghiasi wajahnya.

"Clara, aku diusulkan pimpinanku untuk naik jabatan! Sebentar lagi aku akan pindah kantor dan memegang jabatan baru!" serunya antusias.

"Wow...that's great." sambut Clara senang.

"Alhamdulillah!"

Sepasang kakak-beradik itu berpelukan kian erat. Clara bangga sekali pada kakaknya ini. Sarah cantik, cerdas, baik, dan bisa naik jabatan dalam waktu relatif cepat.

"Selamat ya. Hebat kamu, Sarah. Lulusan UI sih...rajin lagi. Makanya kariermu cepat naik. Pasti kamu disukai pimpinan." Clara melontarkan pujian.

"Ah, nggak juga. Ini karena doa semua orang yang menyayangiku." Sarah berkata ringan.

"Nanti kalau sudah terima SK, kita rayain yuk. Ajak Princess cantik juga."

"Siiiiip."

Siapa lagi yang dimaksud Princess cantik kalau bukan Silvi? Anak yang paling cantik, paling anggun, paling sensitif, sekaligus paling berbakat. Soal kecerdasan, ia mungkin masih kalah dibanding Sarah dan Clara. Namun soal sifat baik, wajah jelita, dan bakat, jangan diragukan lagi.

Tanpa sadar, sepasang mata mengawasi mereka dari kejauhan. Sepasang kaki menghentak lantai dengan geram. Pemilik mata itu tak lain Intan, sepupu mereka. Menyesal ia datang ke sini. Awalnya ingin curhat pada Clara lantaran masalah ekonomi dalam rumah tangganya. Namun keinginannya buyar seketika demi melihat dan mendengar keberhasilan Sarah.

Iri dan cemburu membias jadi satu. Ya, Intan sangat cemburu pada Sarah, Clara, dan Silvi. Ketiga kakak-beradik yang sempurna. Cantik, pintar, masa depan cerah, dan sangat baik. Dekat dengan pria-pria tampan yang juga sukses. Lihat saja Sarah. Calon suaminya tampan, seorang enginer blasteran Jawa-Melayu-India. Clara dekat dengan Adica dan Calvin, dua pengusaha tampan dan sukses berdarah Tionghoa. Si cantik Silvi dekat pula dengan Calvin. Kurang apa lagi?

Sekali lagi, Intan menghentakkan kakinya. Bercermin pada dirinya sendiri. Hanya seorang karyawan biasa di sebuah bank swasta. Kontrak pula. Mana ada harapan untuk naik jabatan dan punya gaji besar? Suaminya sama saja. Hanya pria sederhana bergaji kecil dari keluarga yang tidak begitu terpandang. Jelas berbanding terbalik dengan Yogi Kurniawan, Adica Wirawan, dan Calvin Wan. Layaknya bumi dan langit.

Intan sangat cemburu. Garis hidupnya berbeda jauh dengan sepupu-sepupunya. Mungkin karena orang tuanya tak sebaik orang tua mereka. Mungkin pula karena dirinya tak begitu baik pada orang lain. Entahlah, yang jelas sekarang ia begitu cemburu.

**     

Jawabanmu oh kasih

Setiap saat ku harap

Ada keajaiban dalam dirimu

Indahnya masa lalu

Tergores amarahku

Cemburu menguras hati

Galau kini menyiksa diri (Vidi Aldiano-Cemburu Menguras Hati).

**      

Paris van Java, 1 Februari 2018

Tulisan cantik terinspirasi dari kabar naiknya jabatan wanita berparas mirip orang India.

**      

https://www.youtube.com/watch?v=0iD72Y80TmU

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun