Mungkin terdengar tak masuk akal. Silakan saja menilai. Namun, kisah indah yang dibacakannya sangat membantu. Membantu seorang gadis cantik mengatasi rasa kesepian dan kesendirian yang sering kali menyelimuti. Dalam arti, masih ada yang tulus. Masih ada yang peduli. Masih ada yang menyayangi dan punya hati. Bahkan, percaya atau tidak, dalam keadaan marah, sedih, dan terluka sekalipun, ia masih mau dan mampu membacakan lanjutan demi lanjutan kisah indah karya Habiburrahman el Shirazy itu dengan sangat baik. Padahal kondisinya sendiri sama sekali tidak baik.
Young Lady yakin, tidak semua orang mampu dan bersedia menyisihkan waktunya untuk membacakan buku untuk orang lain. Membaca untuk diri sendiri saja malas, apa lagi untuk orang lain. Hanya mereka yang terbuka hatinya saja yang mau melakukan itu. Hanya mereka yang sungguh-sungguh peduli saja yang mau melakukan itu.
Di tengah kesepian dan perasaan khawatir yang sering muncul, masih ada setitik kepedulian. Di saat hati mulai lelah, ada hati lain yang masih peduli dan mengasihi. Paling tidak, Allah tidak membiarkan gadis secantik Young Lady menghadapinya sendirian. Meski kini, sepotong hati yang cantik itu jadi tak sama lagi. Ada yang terasa berat dan sakit di bagian dalam, itulah yang membuat potongan hati yang cantik tak lagi sama seperti sebelumnya.
Dari apa yang dialami, ada satu poin penting yang dapat direfleksikan: berbuat dengan hati. Berbuat kebaikan dengan hati, bukan dengan pamrih atau dengan harapan mendapat pujian. Berbuat baiklah dengan hati yang tulus. Maka, pesan kebaikan akan tersampaikan pada pemberi dan penerima kebaikan. Percayalah, pemberi dan penerima kebaikan akan merasakan manfaat dari kebaikan itu. Walau mungkin tidak sekarang, tapi akan terasa manfaatnya nanti.
Kebaikan sejati adalah, saat kita berbuat baik pada orang yang takkan mampu membalasnya. Itulah esensi kebaikan yang sebenar-benarnya. Kebaikan sejati semestinya dilakukan dengan hati. Sekecil apa pun perbuatan baik yang dilakukan, maka langit akan mencatatnya. Lalu membuat pemberi dan penerima kebaikan memperoleh kemuliaan. Asalkan perbuatan baik dilakukan dengan hati.
Berbuat baik bukan untuk mencari pamrih dan pujian manusia. So, agar terhindar dari dua hal itu, lakukanlah dengan hati. Kompasianer, maukah kalian berbuat baik dengan hati?
** Â Â Â
Paris van Java, 22 Januari 2018
Tulisan cantik dari hati yang cantik yang masih terasa sedikit sakit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H