Adica mengangkat alisnya. Wajahnya terlihat sangsi. "Lama-lama aku kecewa pada Calvin. Masa baru divonis begitu saja, dia sesedih itu? Hello...masih banyak orang yang lebih menderita dari dia!"
Wanita bermata sipit, berkulit putih, dan berpipi chubby di dekat mereka tak berkomentar apa-apa. Hanya menatap nanar ke arah jendela kaca. Wajahnya mulus tanpa ekspresi.
"Fonny, masuklah. Ketuk pintunya, tapi jangan heran kalau Calvin lama membukanya. Dia tak mungkin bisa bergerak dan berjalan dengan cepat." pinta Silvi.
Si wanita cantik menurut. Ia mengetuk pintu. Menanti lama, dengan sabar. Silvi, Adica, dan Syifa buru-buru menyingkir. Tak ingin Calvin mengetahui kehadiran mereka.
Pintu dibukakan. Mereka menyaksikan dengan sangat jelas bagaimana si wanita bermata sipit menabrak Calvin dan memeluknya. Wanita bernama Fonny Clara Firmanty itu menangis. Wajah datarnya berubah sendu.
Sedetik. Tiga detik. Lima detik. Calvin ternyata memeluk wanita cantik itu, meski ragu-ragu. Tanpa sadar, Silvi mengepalkan tangannya kuat. Silvi wanita pencemburu. Tentu tak tahan melihat suami super tampannya berpelukan dengan perempuan lain. Terlebih perempuan yang punya story dengan Calvin.
Tergolong populer, Calvin disukai banyak wanita. Beberapa di antara mereka punya cerita lain dengannya. Kini, salah satu wanita dalam cerita masa lalunya datang lagi. Tapi ia datang atas permintaan orang-orang yang mencintai Calvin setulus hati.
Ini hanya strategi. Ia datang membawa cerita sedih. Tentang rumah tangganya yang akan segera berakhir, perceraiannya, dan keputusasaannya. Calvin mengerti, sangat mengerti. Ia berempati, namun tetap menjaga jarak. Tidak emosional. Tidak terhanyut dalam kisah wanita masa lalunya.
Calvin menempatkan diri sebagai sahabat, teman curhat, problem solver, dan semacamnya. Dirinya yang sedang sakit dan tetap bertahan untuk menyimpan sakitnya sendirian, mengesampingkan ego.. Dikesampingkannya dirinya sendiri, ditenangkannya wanita yang datang dengan wajah berurai air mata padanya. Wanita pengukir masa lalu yang begitu lihai menjalankan strateginya.
Lalu, siapa yang mengusulkan strategi itu? Tak lain tak bukan Silvi. Silvi sangat mengenal Calvin luar-dalam. Ia kenali pribadi pria belahan hatinya. Si introvert yang charming dan baik hati. Justru Calvin akan mendapatkan kekuatan lebih ketika dia bisa berguna untuk orang lain. Saat ada orang lain yang membutuhkan dirinya, membutuhkan perhatian, pertolongan, dan kasihnya, ia akan menemukan kekuatan baru. Sisi lain Calvin Wan yang jarang diketahui orang lain.
Silvi tak sekadar mencintai. Ia mengenali, dengan sangat dalam. Namun kini dialah yang paling tersiksa dengan idenya sendiri. Tersiksa menahan rasa cemburu. Benar kata Vidi Aldiano dalam lagunya. Cemburu menguras hati.