Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Basuki Tjahaja Purnama, Kasih dari Dalam Penjara

4 Januari 2018   05:48 Diperbarui: 4 Januari 2018   14:40 1737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Tribunnews.com

Meski demikian, luka batin dan kesepian yang dalam tidak mengeruhkan kemurnian hati. Hati tetaplah lembut dan murni, jiwa tetaplah bersih. Segala perlakuan buruk tidak mengikis kebaikan dari dasar hati. Energi kasih tetap berkobar, energi cinta tetap mengisi relung hati.

Segala bentuk hinaan, cercaan, makian, dan kesan negatif tidak memudarkan tekad untuk berniat baik. Tetap berjalan lurus pada jalan yang telah dipilih, walau badai menghadang. Ingat kisah Harry Potter dalam serial ke6, Harry Potter dan Pangeran Berdarah Campuran? Di antara ketujuh serial Harry Potter, Young Lady paling suka seri yang keenam. 

Dalam bab 23, ada adegan dimana Harry sedang bicara dengan Profesor Dumbledore tentang Horcrux. Kata Profesor Dumbledore, Harry mempunyai cinta di hatinya. 

Meski Harry tidak diperlakukan baik, ditindas, tidak dianggap sebagai anak, dihina, disembunyikan, dianggap aib keluarga, hatinya tetap murni. Harry masih bisa mencintai. Cinta itu pulalah yang menjadi kekuatan terbesarnya, hal yang tidak dimiliki oleh Lord Voldemort.

Begitu juga Basuki Tjahaja Purnama. Berulang kali dihina, didiskriminasi karena ras dan agama, dijatuhi hukuman atas kasus yang bukan kesalahannya, namun hatinya tetap murni. 

Tetap tulus dalam mengasihi. Ia tetap berbuat baik, dengan penuh kasih. Bahkan kepada orang yang tidak dikenal. Inilah kasih yang sebenar-benarnya, kasih yang setulus-tulusnya.

Apa yang dilakukan Basuki Tjahaja Purnama membuktikan satu hal. Dunia ini kejam, namun masih ada orang yang tetap bertahan dan mengasihi di tengah kejamnya dunia. Kasih Tuhan ada dimana saja. Tuhan mengasihi, Tuhan menghadirkan kasih di hati manusia.

Ada cinta yang sejati, ada sayang yang abadi. Begitu kata Isyana Sarasvati dalam lagunya. Tak sekadar lirik lagu, memang benar-benar ada cinta dan kasih sayang yang abadi. Cinta dan kasih yang takkan hancur karena kokohnya jeruji besi penjara. Cinta dan kasih yang mampu bertahan di tengah kepungan hinaan, cacian, sikap rasisme, dan diskriminasi.

Kompasianer, sudah siapkah untuk selalu mengasihi?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun