Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Basuki Tjahaja Purnama, Kasih dari Dalam Penjara

4 Januari 2018   05:48 Diperbarui: 4 Januari 2018   14:40 1737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adik bukan, teman bukan, anak bukan, istri bukan, warga Jakarta juga bukan. Orang yang sama sekali tidak dikenal dan tidak punya hubungan apa-apa. Lalu, Basuki Tjahaja Purnama menolongnya. Menolong dengan tulus, sepenuh hati.

Menolong orang tak dikenal, menolong orang yang tak berdaya dan takkan bisa membalasnya. Itulah esensi kebaikan yang sebenar-benarnya. Kebaikan yang benar-benar murni adalah ketika kita menolong orang yang tak mungkin membalas perbuatan baik kita. Artinya, kita menolong dengan tulus. Kita tidak mengharapkan pamrih atau balasan apa pun. Begitulah esensi kebaikan yang sebenar-benarnya.

Nah, ayo kita lihat posisi Basuki Tjahaja Purnama. Seorang mantan pejabbat yang dipenjara, ditahan karena kasus penodaan agama yang dituduhkan padanya, dalam posisi tidak berdaya dan terbatas untuk melakukan sesuatu karena berada di dalam penjara. 

Namun, apa yang dilakukannya? Mengasihi, memberi kasih dan perhatian sekalipun berada di dalam penjara. Tangannya selalu terulur untuk mengasihi dari balik jeruji besi. Keterbatasan untuk bergerak dan berbuat sesuatu di dalam penjara tidak menghalanginya untuk berbuat baik dan mengasihi. Kasih bisa datang dari mana saja, termasuk dari dalam penjara.

Ok fine, itu posisi dan kenyataan tentang sosok Basuki Tjahaja Purnama yang begitu charming dan mengagumkan. Lalu, kita balik posisinya. Kita lihat dari kacamata para tahanan lain. Hello Dear, hello Babe, apa sih yang dipikirkan orang-orang yang ditahan di penjara? Rata-rata hanya sibuk memikirkan diri sendiri. 

Berpikir bagaimana bisa mendapatkan remisi, mengajukan banding, memohon bebas bersyarat, menyelundupkan makanan enak atau gadget ke dalam sel, menyuap sipir penjara agar bisa kabur dan pergi ke Bali, pokoknya semacam itulah. Nampaknya, nyaris tak ada tahanan penjara yang sempat memikirkan orang lain. 

Kalaupun banyak kisah pertobatan para narapidana, itu sering terjadi setelah mereka bebas dari tahanan. Kalaupun mereka bertobat di dalam penjara, mereka pun biasanya fokus memperbaiki ibadah dan pengetahuan agama bagi diri sendiri, bukannya fokus membantu orang lain.

So, apa artinya itu? Artinya, Basuki Tjahaja Purnama tidak pernah memikirkan dirinya sendiri, walaupun tengah berada dalam posisi terjepit. Sekalipun dirinya sendiri sedang jatuh, terpuruk, terluka, terhina, dan terzhalimi, tetap saja ia memikirkan dan menolong orang lain. 

Di saat pejabat di dalam penjara lainnya sibuk memenuhi sel mereka dengan fasilitas mewah, di saat pejabat yang baru ditetapkan sebagai tersangka megaproyek bersusah payah melarikan diri dari hukum sampai menabrak tiang listrik, Basuki Tjahaja Purnama justru repot-repot menolong orang lain dari dalam penjara. Sebuah sikap yang seharusnya dicontoh setiap orang, pejabat atau bukan.

Penderitaan tak semestinya menodai hati yang baik. Hinaan, makian, umpatan, dan sikap menghakimi bukan alasan untuk mengotori kebaikan. Sama seperti Basuki Tjahaja Purnama, Young Lady pernah merasakan ketika orang-orang menganggap diri ini berbeda, ketika orang-orang meragukan dan menjustifikasi macam-macam, ketika hampir semua orang salah paham dan menganggap salah sebuah niat baik. 

Diskriminasi, perlakuan tidak adil karena darah yang lain atau sesuatu yang berbeda di dalam diri, sungguh Young Lady pernah merasakannya juga. Berat, sangat berat. Perasaan berbeda, tidak dimengerti, didiskriminasi, sangatlah menyakitkan. Ujung-ujungnya adalah kesepian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun