Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pemilik Hatiku, Curahan Cinta Dalam Sepotong Lagu

19 September 2017   06:01 Diperbarui: 19 September 2017   08:21 1662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

https://www.youtube.com/watch?v=keJMpdfEPUw

**    

Ingatkah dulu semua kenangan kita

Waktu kita bersama, waktu kau cemburu

Kini kau menghilang

Seakan semua tak pernah ada

Sesaat saja tak kauizinkan tuk buktikan

Semua pasti berubah

Andai saja ada kesempatan kau berikan

Kita masih bersama

Bagaimana harus kulupakan semua

Saat hati memanggil namamu

Atau harus kurelakan kenyataan

Kita memang tak sejalan

Namun kau adalah pemilik hatiku

Sesaat saja tak kauizinkan tuk buktikan

Semua pasti berubah

Andai saja ada kesempatan kau berikan

Kita masih bersama

Bagaimana harus kulupakan semua

Saat hati memanggil namamu

Atau harus kurelakan kenyataan

Kita memang tak sejalan

Namun kau adalah pemilik hatiku

Bagaimana harus kulupakan semua

Saat hati memanggil namamu

Atau harus kurelakan kenyataan

Kita memang tak sejalan

Namun kau adalah pemilik hatiku

 

Kompasianer, coba tebak itu lirik lagu apa? Buat yang bisa menebak, berarti masih update. Ya, lirik lagu di atas adalah lirik lagu Pemilik Hatiku dari Calvin Jeremy. Lagu ini diluncurkan pada awal tahun 2017. Soundtrack film berjudul Jomblo Ngenes yang diperankan Kevin Julio dan Jessica Mila.

Pemilik Hatiku murni ciptaan Calvin Jeremy. Berisi curahan kerinduan pada mantan kekasihnya. Dilansir dari keponews.com, Calvin Jeremy berharap sang mantan mendengarkan lagunya. Menurut penyanyi berbakat kelahiran 1991 ini, lagu Pemilik Hatiku bercerita tentang seseorang yang masih ingin bersama mantan kekasihnya. Namun di sisi lain ia berdilema. Apakah harus mengejar sang mantan atau merelakannya?

Saya pribadi jatuh hati pada lagu ini. Selain karena lagu ini mengingatkan pada sosok di masa lalu dan banyak mengingatkan saya pada kakak laki-laki saya, lagu ini memiliki lirik lagu yang dalam. Jika diperhatikan, alunan musiknya mirip dengan lagu-lagu khas tahun 80-an. Sentuhan nostalgia bernuansa modern diletakkan di lagu ini. Perpaduan alat musik melodis berupa piano dan biola, ditambah instrumen ritmis berupa drum dengan tempo slow, menjadikan lagu ini hearable. Calvin Jeremy berhasil memainkan perasaan para penikmat musik dengan suara merdunya, lirik lagu yang menyentuh, dan musik melankolis.

Sekali mendengarkan lagu ini, saya langsung jatuh hati. Lagu Pemilik Hatiku sukses menyentuh hati saya. Sebagai bentuk konsistensi, saya tak pernah bosan mendengarkannya, bahkan menambahkan lagu ini sebagai unsur musikal dalam sejumlah tulisan saya. Memainkan lagu ini dengan instrumen piano cukup sulit saya lakukan, terlebih saya lebih suka mengandalkan feeling saat bermain piano. Tapi saya terus mencobanya.

Saya hafal seluruh lirik lagunya dari awal sampai akhir. Ada pesan lain yang saya tangkap dari lirik lagu Pemilik Hatiku: first love never die. Lagu ini tak hanya cocok untuk para jomblo yang masih memikirkan mantannya. Melainkan pula untuk seseorang yang masih mencintai seseorang di masa lalu, atau mencintai sosok cinta pertamanya. Cinta pertama akan selalu tersimpan di hati. Bahkan, tak tertutup kemungkinan bahwa sosok cinta pertamalah yang menjadi pemilik hati kita. Sekali pun cinta pertama tinggal kenangan, dia tetap mendapat tempat di hati terdalam.

Dalam hidup, sering kali kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan. Hidup tak seindah yang kita harapkan. Termasuk dalam kehidupan cinta. Betapa pun kita berusaha mengejar cinta sejati, jika tak sejalan dengan rencana Tuhan, semuanya tak dapat dipaksakan. Belum tentu cinta pertama atau cinta sejati akan menjadi jodoh kita. Bisa saja kita berjodoh dengan seseorang yang tidak kita cintai sepenuhnya. Sebuah kenyataan pahit. Siap atau tidak, kita harus menerimanya.

Boleh saja status dan diri kita dimiliki oleh orang yang tidak dicintai. Akan tetapi, hati dan cinta kita tetaplah milik orang lain. Milik seseorang yang kita nobatkan sebagai cinta sejati. Cinta yang sesungguh-sungguhnya. Cinta yang tulus, menerima, mengasihi, murni, dan tanpa syarat. Itulah cinta sejati, dan itulah yang berhak menjadi pemilik hati.

Ada banyak jenis cinta di dunia ini. Cinta pada keluarga, cinta antara pria-wanita, cinta orang tua pada anak, cinta guru pada murid, cinta kepada Tuhan, dll. Cinta sejati identik dengan cinta antara pria-wanita atau cinta orang tua pada anak. Lalu, bagaimana dengan cinta kasih antara saudara? Misalnya cinta kasih yang terbentuk antara kakak laki-laki dan adik perempuan. Jenis cinta seperti ini, meski terjadi antara lawan jenis, bukanlah cinta sepasang kekasih. Cinta seperti ini akan lebih lama bertahan, sebab tidak ada kecenderungan untuk saling mengharapkan hal yang lebih dari itu. Mereka yang saling mencintai sebagai saudara justru memiliki komitmen yang sangat kuat. Sejak awal mereka saling mencintai sebagai saudara, dan seterusnya komitmen itu tetap berlaku. Walau Tuhan Maha Membolak-Balik Hati, dan masih tersisa sedikit kemungkinan pelanggaran komitmen.

Siapa pun berhak memiliki hati dan cinta. Terlepas dari berbagai jenis cinta itu sendiri. Siapa saja pantas dicintai. Dengan cinta, hidup menjadi lebih bahagia. Meski hidup tak hanya berpusat pada cinta.

Lama mendengarkan, menikmati, dan menghayati lagu Pemilik Hatiku membuat saya melakukan banyak perenungan. Sampai akhirnya tercipta tulisan kecil ini. Kompasianer, siapkah untuk mencintai dan memberikan cinta?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun