Minggu pertama kuliah biasanya diisi dengan perkenalan dan orientasi perkuliahan. Tak jarang dosen mengajak para mahasiswanya untuk sharing dan bertukar cerita tentang masa liburan. Seperti yang terjadi hari ini.
Dosen menanyai kami tentang aktivitas yang kami lakukan selama liburan semester genap. Pertanyaan yang menyenangkan untuk mengawali perkuliahan. Jawabannya beragam. Ada yang mengisi liburan dengan traveling, mengembangkan hobi, naik gunung, belajar bahasa asing, berjualan makanan, bisnis wedding organizer, kerja part time, menjadi translator, mengajar mengaji, dan mengajar anak-anak TK. Saya sendiri mengisi liburan dengan mengembangkan hobi. Teman-teman saya ternyata kreatif.
Namun, ada satu mahasiswa yang memberikan jawaban di luar dugaan. Sebut saja namanya Rose. Gadis itu menjawab dengan wajah innocent.
"Saya quality time sama Mama selama liburan."
Teman-teman saya yang lain tertawa. Mereka meledek Rose. Mengatakan kalau rumah Rose dekat, sehingga tak perlu quality time. Rose bisa bertemu Mamanya setiap hari. Akan tetapi, tanggapan Rose berikutnya lebih mengagetkan lagi.
"Soalnya selama kuliah saya jarang punya waktu. Makanya liburan ini saya manfaatkan buat quality time sama Mama."
Mereka kembali menertawakan Rose. Hanya saya yang tidak tertawa. Saya menangkap makna lain dari jawaban Rose.
Jawaban Rose membuat saya tertampar. Ada yang menyentuh hati saya. Di saat saya dan teman-teman mahasiswa lainnya sibuk mengasah potensi selama liburan, Rose justru lebih memilih quality time dengan Mamanya. Ia memprioritaskan keluarga dibandingkan dirinya sendiri. Rose berusaha menebus waktunya yang hilang. Mengobati kerinduan pada Mamanya.
Saya salut dengan Rose. Meski tidak kenal dekat dengannya, tapi saya dapat mengambil pelajaran berharga darinya. Jawaban polos Rose membuat saya bercermin pada diri saya sendiri.
Rasanya saya malu pada diri sendiri. Hati saya dipenuhi rasa bersalah. Ternyata saya masih menjadi orang yang egois. Kemana saja saya selama ini?
Saya tidak akan menghitung lagi berapa banyak orang jahat di dunia ini. Tapi saya bersyukur sebab masih ada orang-orang baik yang tulus menyayangi saya. Sungguh, saya bersyukur bisa mengenal mereka yang disayangi dan menyayangi saya.
Saat mendengar jawaban Rose, terbayang wajah orang-orang yang saya sayangi. Berapa banyakkah waktu yang saya miliki untuk mereka? Sudah banyakkah perhatian yang saya berikan untuk orang-orang yang saya sayangi? Saya merasa waktu dan perhatian saya masih kurang untuk mereka.
Contohnya Mama saya. Mama berhenti bekerja demi saya. Melepas kariernya agar bisa lebih fokus mendampingi saya. Keputusan itu Mama ambil sendiri tanpa saya minta. Saya tidak pernah meminta Mama resign.
Rasanya pengorbanan Mama untuk berhenti bekerja belum bisa terbayar lunas oleh saya. Terkadang saya masih terlena dengan aktivitas yang saya jalani. Sampai melupakan quality time. Sulitnya quality time paling saya rasakan sewaktu masih di Senior High School. Saat itu saya sedang sibuk-sibuknya. Kebetulan sekolah saya mengadopsi sistem full day school. Sekolah lima hari dari pagi sampai sore. Sepulang sekolah, dilanjutkan kegiatan ekskul dan rapat organisasi. Saya baru sampai di rumah paling cepat pukul enam sore. Akhir pekan dihabiskan untuk mengurus grup musik dan kegiatan non akademis lainnya. Waktu saya sangat kurang untuk keluarga dan orang-orang terdekat. Tak sebanding dengan banyaknya waktu yang diberikan Mama untuk saya.
Kini ketika mulai bisa mengatur waktu, saya pun masih merasa sangat kurang. Rasanya waktu dan perhatian saya belum sebesar yang mereka berikan. Saya ingin memberi kebaikan yang lebih, lebih, dan lebih lagi untuk mereka.
Tiap tahun, saya punya satu kebiasaan di hari ulang tahun saya: mengosongkan semua jadwal kegiatan dan hanya membuka diri untuk keluarga serta orang-orang terdekat. Tahun ini pun saya ingin melakukannya. Di hari ulang tahun saya tahun ini, saya ingin sekali memberikan diri dan perhatian saya untuk Mama, Papa, orang-orang terdekat, dan kakak saya. Tidak akan ada kegiatan di luar. Kalau saya mau, notifikasi semua sosial media bisa saya matikan hari itu. Hanya notifikasi khusus saja yang tetap aktif. Saya ingin menikmati quality time hanya dengan orang-orang yang saya sayangi. Tanpa intervensi, tanpa hadirnya orang lain.
Kasus di atas menjadi gambaran betapa berharganya waktu. Quality time merupakan waktu yang bermakna untuk dihabiskan bersama orang-orang yang disayangi. Waktu tak dapat diputar kembali. Pekerjaan dan studi memang penting, tapi jangan lupakan mereka yang kita sayangi dan menyayangi kita.
Mempertahankan keberlangsungan kasih sayang jauh lebih sulit dari mendapatkannya. Tulusnya cinta dan kasih sayang yang telah kita miliki janganlah disia-siakan. Bersyukurlah karena kita masih disayangi, diperhatikan, dan dicintai. Bagaimana caranya bersyukur? Berikan waktu untuk mereka.
Banyak-sedikitnya waktu yang kita alokasikan untuk orang-orang yang kita sayangi bisa menjadi seleksi. Seleksi untuk mengukur sampai kapan sebuah hubungan akan bertahan. Relasi apa pun, baik itu keluarga, pertemanan, persahabatan, persaudaraan, maupun percintaan, akan rusak bila masing-masing pihak kehilangan waktu bersama. Waktu adalah kunci untuk mempertahankan hubungan. Banyak kasus hancurnya sebuah keluarga hanya karena kurangnya waktu kebersamaan. Tiap anggota keluarga terlalu sibuk dengan urusannya sampai-sampai lupa untuk menjalin kebersamaan.
Begitu pun hubungan percintaan. Sepasang kekasih dan suami-istri terlibat konflik lantaran waktu yang kurang. Akibat lain yang lebih fatal dari kurangnya waktu adalah perselingkuhan. Kesepian sebab tidak ada waktu bersama pasangan membuka peluang besar hadirnya orang ketiga. Wanita Idaman Lain atau Pria Idaman Lain dapat memberikan waktu yang seharusnya diberikan pasangan. Akhirnya, terjadilah perselingkuhan.
Dalam hubungan persahabatan, faktor utama hubungan menjadi renggang dapat dipicu karena waktu. Satu sama lain mulai sibuk dengan urusannya hingga tak punya waktu lagi untuk sahabatnya. Tak sedikit persahabatan yang memudar ditelan waktu.
Hubungan persaudaraan yang mulanya dekat dapat menjadi jauh jika terbentur masalah waktu. Kurangnya waktu dan komunikasi mengakibatkan mereka saling melupakan. Seakan status saudara hanya formalitas. Terlalu sibuk dengan aktivitas membuat mereka lupa bila mereka masih punya saudara.
Lalu, apa yang harus kita lakukan agar kemungkinan buruk itu tak terjadi? Sediakan waktu untuk mereka. Miliki waktu untuk orang-orang yang kita sayangi. Sesibuk apa pun, cobalah berkomunikasi dengan mereka. Kita hanya butuh beberapa detik untuk sekadar mengucapkan 'selamat malam', 'selamat pagi', atau 'have a nice day'. Tak sampai satu menit untuk menyapa dengan panggilan sayang pada orang-orang yang kita sayangi. Jangan ragu untuk memberikan panggilan sayang. Panggilan khusus atau panggilan sayang memiliki manfaat positif. Lebih lanjut tentang manfaat positif dari memberikan panggilan sayang akan saya bahas dalam artikel tersendiri.
Selain itu, jangan ragu pula untuk mengontak atau menyapa lebih dulu. Sebab kebaikan akan datang bila kita berani memulai. Sapalah orang-orang yang kita sayangi. Beri mereka semangat dan dukungan yang tulus. Tanyakan apakah mereka baik-baik saja hari ini. Perhatikan mereka dengan lembut, tulus, dan penuh kasih.
Perbedaan waktu dalam beraktivitas menjadikan sulitnya kita untuk quality time. Meski demikian, cobalah sesekali menyisihkan waktu. Misalnya quality time di akhir pekan. Tak usah dengan aktivitas yang mahal dan menguras biaya. Inti dari quality time adalah kebersamaan. Kita bisa makan malam, melakukan kegiatan ringan, mengobrol, menonton film, dan jalan-jalan bersama. Jika belum memungkinkan untuk quality time, luangkan waktu untuk komunikasi di sela kesibukan. Waktu dan komunikasi adalah dua kunci penting dalam kelangsungan sebuah hubungan.
Masalah hanya bertahan sementara. Namun cinta yang tulus akan bertahan selamanya. Dunia boleh menuntut kita menjadi ini dan itu. Namun orang-orang yang tulus mencintai kita akan menerima kita apa adanya. Jangan jadikan orang-orang terdekat sebagai pilihan terakhir. Sayangi mereka, berikan waktu untuk mereka, dan cintai mereka setulus hati.
Calvin Jeremy saja menyanyikan lagu berjudul Ada Untukmu. Secara tidak langsung, lagu itu merupakan ajakan agar kita selalu ada untuk orang-orang terdekat. Coba berikan waktu untuk mereka.
Kompasianer, berapa banyak waktu yang kita miliki untuk mereka?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H