Kesetiaan dan konsistensi begitu berharga. Di zaman sekarang ini, sangat sulit mencari orang yang benar-benar setia dan konsisten. Kesetiaan itu luas maknanya. Setia pada perusahaan, keluarga, pasangan, teman, sahabat, dan almamater. Bentuk kesetiaan pun bermacam-macam. Ada banyak cara untuk menunjukkan kesetiaan.
Dua tahun lalu, saya berdoa. Doanya simple saja: agar bisa kuliah di kota yang sama. Mengapa saya ingin tetap kuliah di kota bunga? Sebab saya masih ingin berkontribusi untuk almamater tercinta. Saya cinta almamater dan organisasi-organisasi di dalamnya. Bila saya kuliah di kota atau negara yang berbeda, sulit untuk membuktikan cinta dan kontribusi pada almamater. Jarak dan waktu menjadi hambatan. Mungkin doa dan harapan saya terdengar aneh. Terserah saja saya mau dianggap bodoh atau tidak ingin maju. Tapi ini pilihan saya. Saya punya alasan untuk tetap melanjutkan studi di sini.
Sejak awal, saya sudah jatuh cinta pada almamater. Terlebih saat saya mulai terjun di organisasi pemerintahan sekolah atau republiknya siswa yang disebut OSIS. Semakin besar kecintaan saya pada almamater saat saya dipercaya memimpin sebuah grup musik. Di sana, saya merasa dihargai, dicintai, dan disayangi. Jika ada yang memberikan kita sebuah amanah untuk memimpin kelompok/organisasi, maka kita telah dipercaya dan dihargai. Saya tak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu. Di almamater itulah saya merasa paling nyaman dan bahagia. Hati saya ada di sana. So, saya ingin setia, konsisten, dan berkontribusi pada almamater.
Bagi pribadi yang sulit jatuh cinta, sekali ia jatuh cinta, maka ia akan benar-benar jatuh dan mencinta. Jenis jatuh cintanya tak hanya cinta pada kekasih atau lawan jenis. Cinta pada almamater termasuk di dalamnya.
Finally, doa saya terkabul. Saya tetap kuliah di sini. Tidak jauh dari almamater saya. Saya tetap di sini, dan bisa berkontribusi, walaupun kecil, untuk almamater tercinta. Niat yang baik pasti akan dipermudah dan dibukakan jalannya.
Adik-adik kelas yang kini memegang kendali atas organisasi di sekolah mengundang para alumni dalam acara Latihan Kepemimpinan OSIS (LKO) dan Latihan Kepemimpinan MPK (LKMPK). Ini acara rutin tiap tahun. Dalam rangka regenerasi dan serah terima jabatan untuk pengurus baru untuk periode satu tahun. Kebetulan saya free pada waktu yang tertera di undangan itu. Praktis saya bisa datang. Namun bila dipikir-pikir lagi, saya akan tetap datang meski ada agenda lain. Lebih baik saya batalkan yang lain dibanding harus mengecewakan almamater. Apakah saya berlebihan? Apakah saya fanatik? Apakah cinta saya terlalu besar dan saya mau saja dimanfaatkan? Biar pembaca sendiri yang menilainya. Yang pasti, saya senang melakukannya.
LKO dan LKMPK berjalan lancar. Meski diwarnai sedikit kejadian tak menyenangkan saat ada adik kelas calon pengurus organisasi yang ketahuan tertidur dalam sesi pematerian. Belum lagi ada satu adik kelas yang kelihatan paling aneh di antara teman-temannya.
Satu hal yang membuat saya bangga dan kagum. Tahun ini, MPK dipimpin oleh anak yang luar biasa. Dikatakan luar biasa karena pemuda satu ini mempunyai semangat hidup yang tinggi. Penyakit jantung yang dideritanya tak membuat pemuda itu kehilangan semangat berorganisasi. Ia justru menunjukkan loyalitas dan dedikasi tinggi. Saya salut padanya. Dia bisa menjadi inspirasi untuk teman-temannya. Terbukti, penyakit tidak mematahkan niat baik, kesetiaan, konsistensi, dan kecintaan pada almamater serta organisasi. Yang sakit saja bisa, apa lagi yang masih sehat.
Saat LKO dan LKMPK, ada tradisi yang takkan pernah dihilangkan dan dilupakan: candle light dinner. Ya, kami punya tradisi candle light dinner. Seluruh lampu dimatikan. Sebagai gantinya, diletakkan lilin di atas meja-meja. Satu meja diisi dua orang. Biasanya, aturannya satu meja untuk satu calon pengurus laki-laki dan satu calon pengurus perempuan. Mereka berpasangan, lalu makan bersama. Saat makan, mereka dianjurkan untuk saling bicara. Mengungkapkan kesan tentang LKO dan LKMPK pada pasangannya sambil mengenali kepribadian pasangannya. Romantis, kan?
Eits, romantis bukan bermaksud untuk saling menumbuhkan cinta ya. Justru kami dilarang berpacaran oleh beberapa kakak kelas. Telah terbentuk semacam komitmen yang tidak membolehkan sesama pengurus berelasi sebagai pasangan kekasih. Bila organisasi sudah dikaitkan dengan cinta, dikhawatirkan akan mengganggu kinerja. Alhasil, kami hanya berteman dan bersahabat. Meski sangat dekat. Tak ada cinta yang melebihi cinta sebagai sahabat.
Ternyata mudah untuk mencintai dan menyayangi orang yang memiliki kesamaan dengan kita. Saya mengakui hal itu. Orang-orang yang memiliki kesamaan lebih mudah untuk saling mencintai dan menyayangi. Baik itu kesamaan fisik, passion, bakat, ras, budaya, dan agama. Saya dan teman-teman terbaik yang pernah saya miliki mempunyai banyak kesamaan. Alhasil, kami bisa berteman baik sampai saat ini. Kami merasa klik satu sama lain.