Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Sakit? Bukan Alasan untuk Berhenti Beribadah

19 Agustus 2017   06:07 Diperbarui: 19 Agustus 2017   21:50 1175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sejak kemarin, saya terpaksa mengerjakan shalat dalam posisi duduk. Ada masalah yang terjadi di bagian tulang saya. Sebenarnya sejak awal minggu ini saya sudah merasakannya. Tapi saya abaikan dan sembunyikan.

Semula saya paksakan untuk melakukan shalat seperti biasa. Namun, kemarin saya sudah tak bisa lagi shalat dalam posisi berdiri. Tiap kali melakukan gerakan ruku' dan sujud, saya merasakan sakit luar biasa. Waktu tidur pun jadi berkurang lantaran rasa sakit. Apa persisnya yang terjadi pada bagian tulang itu tidak ingin dan tidak bisa saya ceritakan. Di sini tidak, di keluarga pun tidak. Tak ingin menyusahkan orang lain, begitulah alasan saya. Apa jadinya jika mereka tahu? Toh akhir-akhir ini orang tua saya disibukkan dengan acara dan urusan desain baju. Kasihan bila segala urusan mereka harus tertunda hanya karena satu masalah. Saya ingin mencoba mengatasinya sendiri.

Baru pertama kalinya saya menjalankan shalat dalam posisi duduk. Ternyata rasanya begini. Saya jadi teringat Papa yang pernah melakukannya pula tahun kemarin. Waktu itu, Papa tidak bisa shalat dalam posisi berdiri karena Diabetes. Syukurlah saat ini Papa sudah bisa menunaikan shalat secara normal. Masih segar dalam ingatan saya betapa repotnya Mama saat itu. Bolak-balik ke rumah sakit demi suami tercinta. Tapi kini semuanya telah berlalu.

Entah, ketika shalat dalam posisi duduk, saya justru merasa semakin khusyuk. Saya merasa semakin dekat dengan Allah. Sesuatu yang lembut dan menenangkan menyentuh hati saya. Sewaktu shalat, saya tak perlu lagi menyembunyikannya. Tak perlu lagi menyembunyikan apa pun. Cukup saya dan Allah yang tahu rasanya. Saya bertekad ingin segera sembuh agar bisa fokus lagi merealisasikan target-target yang telah saya rencanakan sejak awal tahun. Ada beberapa target yang sudah tercapai, ada pula yang belum.

Ada poin berharga yang bisa kita dapatkan dari cuplikan pengalaman itu: sakit bukan alasan untuk berhenti beribadah. Justru ibadah harus ditingkatkan. Baik ibadah zahir yang bersifat ritual dan rutin, maupun ibadah hati. Yang dimaksud ibadah hati adalah kesabaran, kepasrahan, dan keikhlasan.

Tuhan memberikan penyakit bukan karena benci pada umat-Nya. Melainkan karena cinta. Agar kita dapat merasakan nikmat sehat. Saat kita sakit, kita mampu mensyukuri dan merasakan nikmat sehat. Betapa mahal dan berharganya kesehatan.

Sakit tidak menghalangi kita untuk beribadah dan berbuat kebaikan. Selama sakit, aktivitas memang perlu dikurangi dan istirahat diperbanyak. Bukan berarti kita berhenti total dari rutinitas ibadah dan amal kebaikan. Tetaplah beribadah dan berbuat baik. Ibadah, amal kebaikan, dan aktivitas ringan lainnya dapat meningkatkan semangat hidup. Dan mengalihkan pikiran kita dari rasa sakit.

Membawa rileks penyakit diperlukan pula. Tanamkan dalam hati kita bahwa kita baik-baik saja. Bukan bermaksud menipu diri sendiri, melainkan untuk memberikan sugesti positif ke dalam pikiran bawah sadar kita. Sugesti positif akan mempercepat kesembuhan. Tetaplah kuat dan berpikiran positif selama sakit.

Syukurilah nikmat sehat. Ingat, nikmat sehat sangatlah berharga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun