Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Cobaan Sakit Menyapa di Penghujung Ramadan: Jangan Sedih

19 Juni 2017   06:13 Diperbarui: 20 Juni 2017   05:46 1070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kejadian ini saya alami dua hari lalu. Dengan sangat terpaksa, saya membatalkan puasa karena sakit. Saya sudah tidak bisa memaksakan diri lagi. Ada rasa sedih timbul di hati. Waktu berbuka tinggal sedikit lagi, tapi saya terpaksa membatalkannya.

Sejak Sabtu pagi, lambung saya terasa sakit. Saya nekat tetap berpuasa. Ini sepuluh hari terakhir Ramadhan. Momen seindah ini tak boleh saya sia-siakan.

Awalnya semua baik-baik saja. Saya masih bisa beraktivitas di luar rumah meski harus menahan sakit. Bahkan saya masih bisa datang ke studio untuk bersiaran. Allah menguatkan saya. Selama bersiaran, saya tidak merasakan sakit sedikit pun.

Setiba di rumah, barulah saya merasa tidak kuat lagi. Terpaksa sekali saya membatalkan puasa yang tinggal sedikit lagi. Rasa bersalah? Tentu ada. Sedih? Sudah pasti.

Selama beberapa jam, saya hanya bisa duduk dan berbaring di sofa. Saya tidak mengeluhkan rasa sakit pada keluarga. Selain karena keluarga saya mulai sibuk mempersiapkan Lebaran, saya tidak ingin menyusahkan dan membuat mereka sedih. Biarlah saya menyimpan rasa sakitnya sendirian. Justru saya menyesal tidak bisa membantu persiapan mereka. Saya berjanji pada diri saya sendiri untuk membantu mereka setelah sembuh dari sakit. So, mereka tak perlu tahu jika saya sakit.

Berjam-jam lamanya saya sendirian. Mencoba memulihkan diri, berdamai dengan rasa sakit, dan berdoa. Meski otak saya rasanya random, di kala sakit saya masih sempat mendoakan sesuatu yang saya inginkan. Berharap ada jalan keluar bagi saya untuk mendapatkan hal yang saya inginkan sejak lama.

Berdoa saat sakit ternyata lebih terasa khusyuknya. Saya merasakan Allah begitu dekat dengan saya. Saya yakin, cobaan apa pun akan berakhir dengan indah.

Kini segalanya telah membaik. Setidaknya lambung saya tidak sesakit beberapa jam lalu. Ternyata penyebabnya lantaran keletihan dan stress. Saya memang sedang memikirkan sesuatu, dan ada rasa sedih yang membekas di hati saya. Rupanya hal itu berpengaruh cepat bagi kesehatan fisik.

Cuplikan pengalaman itu bisa kita refleksikan dengan cara positif. Apa nikmat paling berharga? Kesehatan. Tubuh yang sehat membuat kita lebih optimal dalam beraktivitas, beramal, beribadah, dan berdoa. Sebaliknya, tubuh yang sakit menghalangi kita melakukan banyak kebaikan dan kegiatan positif.

Bila cobaan sakit menyapa kita di bulan Ramadhan, hilangkan rasa sedih kita dengan cara ini.

  1. Berprasangka baik pada Allah

Allah tidak akan memberi cobaan yang melebihi kesanggupan hamba-Nya. Setiap cobaan pastilah mengandung hikmah dan makna mendalam. So, tetaplah berprasangka baik pada Rabb kita. Percayalah bahwa cobaan sakit yang diberikan Allah bukan berarti Allah tak lagi menyayangi kita. Akan tetapi, Allah ingin menaikkan iman kita. Siapa yang tidak mau naik derajatnya di mata Allah?

  1. Percayalah penyakit dapat menghapus dosa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun