Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Temui Muslimah Tegar dan Istiqamah di Hari Kesembilan Ramadhan

8 Juni 2017   06:05 Diperbarui: 8 Juni 2017   15:21 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya harus menghadiri sebuah acara di hari kesembilan Ramadhan. Sebelumnya, saya pergi ke salon yang biasa saya datangi. Pemiliknya seorang wanita Muslimah yang cantik. Saya kenal baik si pemilik salon.

Wanita Muslimah itu sendiri yang memberikan service pada saya. Kami mengobrol ringan. Entah mengapa, si wanita Muslimah memuji saya. Katanya saya punya ingatan yang kuat dan punya otak yang cerdas. Saya hanya tersenyum mendengarnya.

Sambil memberikan conditioner ke rambut saya, dia bercerita tentang keempat anaknya. Anak pertamanya sedang menyusun skripsi. Anak kedua baru masuk kuliah tahun ini. Sedangkan anak ketiga akan melanjutkan ke sebuah pesantren modern semacam boarding school. Dan si bungsu baru kelas 3 SD di sebuah sekolah Islam yang terkenal bagus. Saya senang mendengarnya. Dia wanita yang baik dan shalehah. Sibuk berbisnis tidak membuatnya melupakan anak-anak dan kelangsungan pendidikan mereka.

Masih segar dalam ingatan saya peristiwa satu tahun lalu. Peristiwa duka yang merenggut kebahagiaan Muslimah cantik pemilik salon itu. Suami wanita itu adalah pengusaha. Ia meninggal secara tragis di tangan seorang perampok. Seluruh harta kekayaannya habis. Diduga perampokan dan pembunuhan itu telah direncanakan oleh saingan bisnisnya.

Sejak tragedi itu, Muslimah cantik pemilik salon membesarkan keempat anaknya sendirian. Ia begitu tegar dan tangguh. Tak ada lagi figur suami di sisinya, namun ia tetap istiqamah sebagai Muslimah dan orang tua yang baik. Dengan usaha dan kerja keras, ia menempa anak-anaknya menjadi Muslim/Muslimah yang taat. Sejak kecil, keempat anaknya telah disekolahkan di sekolah Islam berkualitas dan memperoleh pendidikan agama yang kuat.

Saya salut pada Muslimah cantik itu. Saya mendoakannya agar ia diberi kelancaran rezeki. Biar bagaimana pun, anak-anaknya masih membutuhkan pendidikan dan berbagai fasilitas lainnya sebelum mereka bisa mandiri.

Dua hal yang saya soroti dari Muslimah cantik dan tegar yang saya temui. Pertama, soal persaingan bisnis dan iri hati. Dunia bisnis memang kejam. Jika pelaku bisnis tidak berhati-hati, kehidupannya pun bisa terancam. Banyak pesaing yang merasa iri, lalu berniat jahat menjatuhkan bisnisnya. Diperlukan perlindungan diri dan doa untuk mencegah para pesaing itu berbuat jahat.

Kedua, mengenai ketegaran. Muslimah cantik itu merupakan cerminan wanita yang tegar. Meski suaminya meninggal dalam perampokan, meski kehidupan keluarganya jatuh, ia tetap istiqamah. Tetap konsisten dengan keimanan dan keislamannya. Imannya tak goyah. Ia masih bisa berpikir jernih. Cobaan berat tak membuatnya berpindah ke lain agama. Ia dan keluarganya masih dilindungi dari serangan pemurtadan.

Terkadang manusia merasa cobaan yang dihadapinya terlalu berat. Menyalahkan Illahi adalah reaksi yang sering terjadi. Datangnya cobaan bisa menaikkan derajat iman, bisa pula menurunkan iman. Allah menguji kita bukan berarti kasih-Nya luntur. Justru Allah ingin melihat, seberapa besar kadar keimanan dan ketegaran kita. Percayalah, Allah tidak akan menguji seseorang melebihi kesanggupannya.

Murtad bukanlah jalan terbaik. Memang tidak mudah untuk tetap istiqamah dalam menempuh berbagai ujian hidup. Cobalah untuk tetap konsisten di jalan-Nya. Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menjaga diri dan iman kita.

  1. Meminta pertolongan dan penjagaan Allah

Rasulullah bersabda:

“Sungguh iman di hatimu itu bisa usang sebagaimana usangnya baju,maka mohonlah agar Allah memperbarui iman di dalam hatimu”(HR Tbabrani dalam Al-Kabir).

Kita tidak tahu apa yang terjadi dengan diri kita besok. Iman bisa naik, bisa pula turun. Maka dari itu, mintalah pertolongan Allah agar selalu menjaga diri kita. Menjaga akidah dan keimanan kita. Menjaga diri kita tetap konsisten dan istiqamah di jalan yang benar. Nikmat dasar yang dirasakan seorang Muslim adalah nikmat iman dan Islam. Jangan sampai nikmat itu tercabut. Agar nikmat iman dan Islam tidak tercabut, berdoalah pada Allah. Sebaik-baik penjaga dan pelindung hanyalah Allah Ta’ala.

  1. Memperbanyak amal kebaikan

Siapa bilang beramal hanya di saat senang? Siapa bilang hanya orang kaya yang bisa beramal? Perbanyaklah amal kebaikan di saat senang maupun susah. Muslim yang banyak beramal shaleh akan dicintai Rasulullah. Seperti janjinya dalam salah satu sabdanya:

“Tak henti-hentinya hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunah sehingga aku mencintainya (HR Bukhari Muslim).

Amalan yang kita lakukan mampu membawa diri kita lebih istiqamah. Makin banyak amal kebaikan yang kita lakukan, makin konsisten kita di jalan Allah.

  1. Berzikir dan membaca Al-qur’an

Al-qur’an adalah media yang tepat untuk menguatkan keimanan kita. Dalam Al-qur’an, terdapat firman Allah, perintah, dan larangan-Nya. Bacalah Al-qur’an dan pahamilah kandungannya.

Selain itu, ada satu cara lagi untuk mendekatkan diri kita pada Allah: berzikir. Tasbih, tahmid, tahlil, takbir, istighfar, dan asmaul husna adalah bentuk ucapan yang sangat indah untuk menyebut Rabb kita. Teruslah berzikir menyebut nama-Nya. Dimana pun kita berada, kapan pun waktunya, dan dalam situasi apa pun, perbanyaklah berzikir. Tak perlu berzikir keras-keras, cukup di dalam hati saja. Bukankah Allah Maha Mendengar? Siapa yang sering berzikir, ia akan menyatu dengan Tuhannya.

  1. Selalu berpikir positif pada Allah

Beratnya cobaan hidup membuat orang sulit berpikiran positif. Ketetapan Allah sering tidak sesuai dengan harapan kita. Di balik itu semua, sesungguhnya Allah adalah perencana yang terbaik. Yakinlah bahwa setiap ketetapan Allah dan cobaan hidup yang ditimpakan pada kita adalah bagian dari rencana yang terindah. Sebelum mencapai puncak keindahan itu, terlebih dulu kita melewati rangkaian kesulitan. Logika praktisnya begini saja. Misalkan kita ingin melihat sunrise di puncak Bromo. Pemandangan matahari terbit di puncak Gunung Bromo sangat indah. Untuk mencapainya, kita harus mendaki dengan kesabaran dan tenaga ekstra. Kita tidak bisa melihat keindahan matahari terbit di puncak Bromo sebelum mendakinya. Selama pendakian, kita harus berjuang keras sampai tiba di puncak. Sama saja dengan ritme kehidupan. Sebelum kita meraih kebahagiaan, kita lewati dulu berbagai ujian. Setelah kita melewati semua ujian itu, barulah kebahagiaan bisa kita raih. Selama proses menempuh ujian demi ujian, usahakan kita tetap berpikiran positif pada Allah. Mensyukuri setiap nikmat dan ujian yang diberikan-Nya. Allah menyukai orang yang bersabar dan bersyukur.

Saya bersyukur selalu dipertemukan dengan orang-orang luar biasa dalam hidup saya. Bagaimana dengan para Kompasianer? Punya kisah yang sama seperti saya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun