Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Nama, Wujud Doa Keluarga pada Anak

20 Mei 2017   06:18 Diperbarui: 20 Mei 2017   10:20 1732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Apa arti nama kamu?” tanya seorang dosen pada saya.

Mendengar pertanyaan itu, saya tersenyum. Senang ditanyai begitu. Saya pun menjawab.

“Latifah itu artinya lemah lembut. Maurinta berasal dari Maureen, Bahasa Skotlandia yang artinya agung. Nama Eropa pemberian salah satu anggota keluarga, tapi bukan Mama atau Papa. Karena keluarga kami tinggal di Indonesia, penulisan dan penyebutan namanya disesuaikan dengan lidah orang Indonesia. Jadinya Maurinta. Wigati artinya kabar baik.”

Dosen saya tersenyum juga. Begitu pula teman-teman saya.

Memang itulah arti nama saya. Waktu masih TK, saya tidak suka pada nama saya sendiri. Berulang kali saya minta ganti nama pada orang tua saya. Mereka membolehkan, namun saya terus mengurungkan niat untuk mengganti nama. Dalam hati, saya berpendapat kalau nama saya jelek. Bahkan setelah tahu artinya,  saya masih yakin kalau nama saya jelek. Berbeda dengan nama teman-teman saya yang terdengar bagus.

Muncul pertanyaan di hati saya. Apa yang diharapkan keluarga saat memberikan nama itu untuk saya? Sudahkah saya memenuhi harapan mereka? Apakah nama itu terlalu berat untuk saya?

Banyak orang memuji nama saya bagus. Mereka bahkan memuji sikap, penampilan, dan kepribadian saya. Entah tulus atau sekedar ingin menyenangkan hati saja, saya tidak tahu.

Bicara soal nama memang tak ada habisnya. Sering kali orang tua kebingungan mencari nama untuk anaknya. Di masa serba digital seperti sekarang, mudah untuk mencari nama via internet. Cukup buka Google, ketik daftar nama anak, maka akan keluar puluhan ribu pilihan nama. Mulai dari nama Indonesia, nama modern, nama Islami, dll.

William Shakespeare berkata, apalah arti sebuah nama? Setujukah Kompasianer dengan pernyataan ini? Terlepas dari pro dan kontra pernyataan pencipta kisah Romeo dan Juliet itu, nama sangatlah penting. Nama merupakan sebentuk doa dan harapan yang dilekatkan keluarga pada anak.

Tiap orang tua pasti menginginkan anaknya sehat secara fisik, psikis, dan sosial. Pemberian nama mempengaruhi kesehatan anak secara psikis dan sosial. Salah sedikit saja, si anak akan menjadi korban bully teman-temannya. Mereka mengejek, menertawakan, dan memberi plesetan aneh-aneh pada nama anak itu. Berbahaya, kan?

Efeknya, anak akan membenci namanya sendiri. Menyesali nama pemberian orang tuanya. Bahkan cenderung menyalahkan keluarganya karena nama yang diberikan.

Setiap nama mempunyai arti tersendiri. Ada kalanya orang tua perlu hati-hati saat memberikan nama untuk anak. Lakukan hal-hal ini bila orang tua terbentur masalah pemberian nama anak.

  1. Pilih nama yang baik dari karakter di suatu cerita

Orang tua mana pun takkan memilih nama Sauron, Hitler, Lord Voldemort, Dursasana, Sangkuni,  Fir’aun, Qarun, Abu Lahab, atau Abu Jahal untuk anaknya. Merekalah tokoh-tokoh antagonis dalam cerita. Dikhawatirkan, sifat jahat dari tokoh-tokoh tersebut akan menurun pada anak mereka. So, pilihlah nama-nama yang baik dari karakter suatu cerita. Bisa saja kita selipkan harapan, kelak anak kita akan tumbuh mewarisi sifat baik dari karakter yang menjadi namanya itu.

  1. Sesuaikan dengan kondisi fisik anak

Banyak kita temukan orang tua yang bangga menamai anaknya dengan nama-nama dari etnis tertentu. Semua nama dari etnis Indonesia, China, Arab, India, dan Eropa bagus. Namun, sesuaikan dengan kondisi fisik si anak. Misalnya, seorang anak laki-laki diberi nama Albert. Sadarilah, apakah kulit anak itu cukup putih dan wajahnya cukup tampan untuk dipanggil dengan nama itu? Jika nama anak tidak sesuai dengan kondisi fisiknya, sebaiknya gantilah dengan nama lain yang sesuai. Hal ini berpengaruh pula pada kepercayaan dan konsep diri dalam pikiran si anak.

  1. Pilih nama unik, tapi mudah diucapkan

Paramita sudah menjadi nama yang sering kita temukan. Bagaimana dengan Pramistha dan Shamita? Masih jarang, kan? Pilih nama unik yang beda dari yang lain. Agar lebih mudah diingat, sulit dilupakan, dan tidak akan tertukar dengan nama orang lain. Punya sesuatu yang berbeda lebih menarik dibanding mempunyai sesuatu yang sama dengan orang lain.

  1. Ganti nama? Siapa takut?

Ada kalanya muncul kasus dari anak yang menyandang nama itu. Misalnya, si anak merasa namanya terlalu berat. Si anak tak tahan di-bully karena namanya. Mengganti nama anak boleh-boleh saja. Cobalah bicarakan baik-baik dengan si anak. Kalau perlu, berikan kesempatan baginya untuk memilih namanya sendiri. Setelah menemukan nama yang baik, diskusikan dan putuskan. Libatkan si anak dalam proses penggantian nama itu. Jangan takut soal prosedural dan proses penggantian nama yang dianggap rumit. Demi anak, segala urusan pasti dimudahkan oleh-Nya.

  1. Beri tahu arti namanya

“Nama kamu siapa?”

“Tamara Aisyah Sayidina.”

“Artinya apa?”

“Nggak tahu.”

Jangan sampai hal ini terjadi. Anak harus tahu arti namanya. Jika sudah menemukan waktu yang tepat, beri tahukan arti nama pada si anak. Aneh bila si pemilik nama tidak tahu arti namanya sendiri. Selain itu, arti nama bisa memotivasi si anak untuk menjadi pribadi yang lebih baik sesuai harapan keluarga yang diberikan dari namanya. Mengetahui arti nama juga membuat anak lebih percaya diri.

Kompasianer, apa arti nama kalian? Inginkah kalian ganti nama seperti saya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun