Faktor lainnya adalah kelemahan dan kekuatan. Para pelaku bullying memiliki power yang lebih, sehingga mereka suka menindas korban bullying yang lemah. Di samping itu, ada pula faktor perbedaan agama dan ras. Mereka yang mayoritas mem-bully yang minoritas dengan sadis.
Apa pun alasannya, bullying dapat menimbulkan dampak fatal. Tidak hanya bagi korban, melainkan juga untuk pelaku. Pelaku bullying memiliki kepercayaan dan harga diri yang terlalu tinggi. Akibatnya, mereka bertindak agresif, haus kekuasaan, mempunyai toleransi yang rendah, dan selalu ingin mendominasi. Pelaku bullying pun cenderung sosiopat.
Itu baru dampak untuk pelaku. Bagaimana dengan korban bullying? Efek yang muncul bisa lebih parah. Korban bullying akan memiliki perasaan penakut, mudah merasa bersalah, krisis kepercayaan diri, dan rendah diri. Jika tidak ditangani dengan serius, efek psikologis pasca bullying bisa berlangsung sampai memasuki usia dewasa muda.
Korban bullying rentan mengidap PTSD (Post Traumatic Stress Disorder) setelah dewasa. Bahaya lainnya adalah Depresi, Psikosomatis, dan gangguan kecemasan atau Anxiety disorder. Beberapa klien hypnotherapy yang saya tangani mengidap Psikosomatis dan PTSD. Setelah diselidiki, ternyata mereka korban bullying.
Pelepasan kortisol dan adrenalin adalah reaksi fisiologis pertama yang dirasakan korban bullying. Jika reaksi ini terus terjadi, kekebalan tubuh akan menurun. Gejala fisiologis lainnya yang sering muncul adalah sakit punggung, sakit perut, pusing/sakit kepala, otot menegang, peningkatan detak jantung, dan cedera fisik. Dilansir dari The Conversation, korban bullying memiliki kandungan protein C reaktif dalam darah (CRP) yang lebih tinggi. Kondisi ni dapat bertahan sampai mereka berusia dewasa muda. Protein CRP terjadi sebagai reaksi dari cedera, Arthritis, dan saat tubuh melawan infeksi. Peningkatan protein CRP terjadi pula pada korban bullying. Reaksi tubuh korban yang di-bully sama seperti reaksi tubuh ketika melawan infeksi.
Gangguan makan juga rawan terjadi. Misalnya Anorexia dan Bulimia. Terakhir, korban bullying dapat mengalami Poros Hypothalamic-Pituitary-Adrenal. Korban bullying mengalami respon kortisol yang tumpul saat ketahanannya terhadap stress diuji.
Semua gejala fisik dan psikologis itu dapat terjadi dalam jangka waktu lama. Mulai dari pasca bullying sampai menginjak masa dewasa muda.
Bukan berarti bullying dan dampaknya tidak bisa diatasi. Perlu kerjasama yang baik antara berbagai pihak. Baik dari korban bullying, keluarga, orang terdekat, dan psikolog/psikiater/terapis yang menanganinya. Apa saja langkah-langkah yang dapat dilakukan?
1. Beri perhatian lebih dan partisipasi
Langkah pertama ini ditujukan pada orang tua, keluarga, atau orang terdekat korban bullying. Sekecil apa pun tanda-tandanya, jangan diremehkan. Sering kali korban bullying menyembunyikan penderitaannya. Saat itulah pihak keluarga dan orang terdekat harus lebih perhatian. Setelah mengetahui peristiwa bullying yang terjadi dan efeknya, jangan panik. Jangan pula bersikap acuh atau tidak peduli. Bawalah korban bullying ke tempat psikiater, psikolog, dokter, dan hypnotherapyst untuk ditangani lebih lanjut. Ironisnya, kesadaran orang tua untuk menangani anak yang pernah menjadi korban bullying masih sangat rendah. Faktornya bermacam-macam, bisa karena faktor biaya, orang tua yang kurang paham tentang bullying dan psikologis korbannya, dll. Mulai saat ini, buka mata lebar-lebar. Sadarilah jika korban bullying perlu mendapat penanganan dan perawatan intensif.
2. Akui Kelebihan Diri Sendiri