Selain itu, sikap pilih kasih juga menjadi faktor lainnya. Orang tua terlalu sibuk mengenali satu-dua anak. Sedangkan anaknya yang lain sama sekali tidak dikenali. Akibatnya, orang tua tidak tahu cara menghadapi si anak yang tidak dikenali itu. Dianggapnya sifat semua anak sama dan semua anak bisa diperlakukan sama.
Terlalu fokus memikirkan karier adalah penyebab yang sering terjadi. Banyak waktu yang seharusnya dihabiskan untuk mengenal dan memahami anak, justru habis untuk kepentingan karier. Orang tua beranggapan, anak cukup dipenuhi kebutuhan finansialnya. Soal memberikan waktu untuk mereka tak lagi penting. Padahal quality time bersama anak penting sekali untuk mengenali kepribadian mereka.
Wajar bila orang tua sudah merasa adil dan merasa mengenali anak mereka. Akan tetapi, ada saja momen dimana anak merasa orang tua tidak adil dan tidak sepenuhnya mengenali dirinya. Pada titik ini, anak akan merasa kecewa. Terlebih ketika orang tua menelan begitu saja pernyataan tentang sifat-sifat buruk anak yang sesungguhnya tidak benar. Bagaimana cara menyikapinya?
1. Lebih banyak meluangkan waktu bersama anak
Jika orang tua tak punya waktu untuk anak, bagaimana orang tua akan mengenal mereka? Sisihkan waktu untuk anak, sesibuk apa pun orang tua. Jadikan anak sebagai prioritas di tengah segala kesibukan. Berikan porsi waktu yang sama untuk masing-masing anak. Dengan begitu, anak tidak merasa dibeda-bedakan. Adanya waktu bersama membuat orang tua lebih mudah mengenali anak.
2. Jangan mengabaikan perasaan anak
Saat anak marah, menangis, jengkel, tersinggung, atau kecewa, jangan dibiarkan. Jangan menganggap bahwa semua emosi negatif itu bisa reda dengan sendirinya. Justru pembiaran itu akan membuat anak semakin terluka. Mereka merasa tidak dimengerti dan tidak disayangi. Tugas orang tualah untuk mendekati, mendampingi, dan meredakan emosi anak.
3. Meluruskan, bukan menelan tuduhan
Anak yang memiliki satu atau lebih saudara kandung rentan mengalami konflik. Entah itu konflik fisik maupun konflik batin. Saat itulah saudara si anak berpotensi melayangkan tuduhan macam-macam. Seperti yang terjadi pada kasus di atas. Sebagai orang tua yang baik, jangan menelan tuduhan itu begitu saja. Luruskan tuduhan itu. Jangan membenarkan bila tidak ada fakta yang membuktikan kebenaran tuduhan itu. Jangan mendengarkan persepsi satu anak saja, melainkan dengarkan persepsi dari semua anak. Jangan jadikan konflik antarsaudara berat sebelah dengan berpihak pada satu anak. Tiap anak punya kesempatan membela diri. Tiap anak punya alasan kuat untuk mempertahankan diri. Orang tua mesti netral dan mampu meluruskan segala tuduhan.
4. Jangan biarkan anak menghadapi  masalahnya sendirian
Poin ini penting. Banyak anak yang lebih terbuka pada orang di luar keluarga. Ada pun anak yang suka mencurahkan isi hatinya lewat tulisan, surat, e-mail, dan diary. Jika orang tua selangkah lebih maju, mereka takkan membiarkan anaknya menghadapi masalah sendirian. Ada baiknya orang tua mengenal siapa orang-orang di luar keluarga yang paling dekat dengan anak. Jalin komunikasi dengan mereka. Pantau perkembangan anak lewat orang-orang di luar keluarga yang dekat dengan anak. Mencoba mencari diary, surat, dan e-mail si anak tak ada salahnya. Lakukan itu sehati-hati mungkin agar si anak merasa privasinya tidak dilanggar.