Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ekspos Anak di Media Sosial, Apa Plus-Minusnya?

28 Februari 2017   06:48 Diperbarui: 28 Februari 2017   18:01 1661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak adalah kebanggaan orang tuanya. Beragam ekspresi ditunjukkan orang tua untuk menunjukkan kebanggaan mereka pada anak. Di era teknologi seperti sekarang ini, media sosial menjadi sarana efektif untuk mengekspresikan kebanggaan orang tua pada anak. Termasuk yang dilakukan Mama dan adik bungsunya.

Mama dan adik bungsunya, tak lain ayah Keanu-Chelsea, senang mengupload foto anaknya ke media sosial. Khususnya ke grup Whatsapp milik keluarga. Mereka pun tak segan bercerita di grup mengenai perkembangan anak-anak mereka. Entah prestasinya, kegiatannya, penampilannya, pakaian baru yang dikenakan anak, dan tingkah lucunya.

Tak hanya di dunia maya. Di dunia nyata pun Mama dan adik bungsunya aktif mengekspresikan rasa bangganya pada anak. Bercerita pada teman-teman, menyebutkan progres si anak, dan semacamnya. Hal itu sudah biasa mereka lakukan.

Ada yang senang dan bangga. Ada pula yang iri hati. Mungkin saja beberapa pihak di luar sana menganggap tipe orang tua seperti Mama dan ayah Keanu-Chelsea sebagai orang tua yang suka pencitraan. Mereka sengaja bercerita agar dipuji, agar orang tua yang lain mengikuti kebiasaan mereka.

Namun, apakah selamanya hal ini negatif? Tentu saja tidak. Tersimpan hal positif di balik cara orang tua membanggakan anaknya.

Tiap orang tua memiliki cara masing-masing untuk mengekspresikan kebanggaannya. Bagi orang tua yang tinggal di kota dan telah mengenal media sosial, mengupload foto di media sosial dan bercerita tentang anak via medsos menjadi alternatif. Sedangkan orang tua yang tinggal di desa dengan teknologi terbatas, bisa saja punya cara lain untuk membanggakan anaknya. Misalnya dengan bercerita pada tetangga dekat dan kerabat tentang anaknya secara lisan. Bahkan orang tua non-urban yang menetap di desa terkesan lebih rendah hati. Mereka enggan mengekspos anaknya di depan orang lain lantaran punya rasa malu dan takut dianggap sombong.

Bagaimana pun caranya, orang tua tetap bangga pada anak. Orang tua tetap beruntung memiliki dan mencintai anak mereka. Anak pun akan bahagia saat orang tua membanggakannya.

Mengekspos anak di media sosial tak ada salahnya. Asalkan jangan berlebihan. Siapa bilang mengunggah foto dan bercerita tentang anak di media sosial hanya berpengaruh negatif? Ada juga pengaruh positifnya.

Kecenderungan over narsistik sindrom memang rentan dialami anak yang sering melihat orang tuanya mengekspos dirinya di media sosial. Selain itu, cyber bullying juga rawan terjadi. Belum lagi kasus pedophilia, penculikan anak, perampokan, penipuan, dan penganiayaan.

Di balik itu semua, terdapat dampak positif. Hal pertama yang dirasakan anak adalah bahagia. Siapa anak yang tak bahagia ketika orang tuanya membanggakannya di depan orang lain? Anak merasa dirinya diperhatikan, dicintai, dan dibanggakan. Perasaan bahagia ini penting untuk perkembangan psikologis anak.

Membanggakan anak di depan orang lain juga dapat memberi motivasi positif pada anak. Rasa percaya diri anak akan muncul. Ia mengakui kelebihan dalam dirinya. Tak ada lagi alasan untuk minder. Sebab anak tahu jika orang tuanya akan selalu bangga padanya.

Masih berkaitan dengan motivasi, anak yang dibanggakan orang tuanya termotivasi untuk berusaha lebih baik lagi. Jiwanya terpacu untuk terus berprestasi. Semangatnya bangkit seiring kebanggaan yang diberikan orang tua. Anak merasa perjuangannya selama ini tidak sia-sia. Ia semakin termotivasi untuk memberikan yang terbaik bagi orang tua dan keluarganya.

Plus-minusnya sudah kita bahas. So, bagaimana caranya mengekspos anak di media sosial untuk membanggakannya tanpa berlebihan?

1. Jangan perlihatkan identitas anak. Saat mengunggah foto atau status tentang anak, hindari menyebutkan tanggal lahir, alamat, nama sekolah, dan nama lengkap anak. Pastikan identitas pribadi anak tetap terjaga.

2. Matikan fitur share location dan sejenisnya di media sosial. Ada beberapa media sosial tertentu yang menggunakan fitur lokasi. Sebaiknya, matikan dan jangan pernah gunakan. Terlebih jika orang tua sering mengekspos anak di media sosial. Penggunaan lokasi dalam fitur media sosial memudahkan para penjahat dunia maya untuk berbuat tidak baik pada anak.

3. Share dan ekspos anak di media sosial yang kredibel. Tidak semua media sosial dapat dipercaya. Puluhan, bahkan ratusan ribu pengguna dunia maya dapat melihat status dan foto yang diupload orang tua. Tidak semua pengguna dunia maya baik hati dan bisa dipercaya. Maka, orang tua cukup berbagi dan mengekspos anak di media-media sosial tertentu yang dapat dipercaya. Misalnya di grup keluarga. Setidaknya, grup itu hanya diisi oleh anggota keluarga yang notabenenya dekat dan bisa dipercaya. Mereka pun peduli pada anak. Tidak mungkin mereka berbuat jahat pada anak yang mereka sayangi.

4. Perhatikan privasi anak. Ada foto anak yang boleh diunggah ke media sosial, ada yang tidak. Ada cerita tentang anak yang bisa diekspos, ada pula yang tidak. Jika ingin mengupload foto dan menulis tentang anak di media sosial, usahakan hanya hal-hal positif saja. Contoh tentang prestasinya, kegiatannya, organisasinya, dll. Jangan share masalah pribadi anak. Jangan bongkar hobi dan kebiasaan buruk anak. Pastikan anak memiliki image positif.

5. Ekspos untuk banggakan anak, bukan untuk pencitraan. Jangan jadikan aktivitas ekspos anak di media sosial hanya sebatas ajang pencitraan. Lakukan dengan tulus, semata demi membanggakan dan sebagai bentuk perhatian pada anak. Ekspos anak di media sosial bukan ajang untuk menyombongkan diri atau mencerminkan diri sebagai orang tua ideal. Bila pun kita mendapat pujian dari teman karena telah berhasil mendidik dan membesarkan anak, anggaplah itu sebagai bonus. Intinya, jangan mengekspos anak di media sosial hanya untuk mencari pujian.

6. Dunia maya yes, dunia nyata yes. Wujud kasih sayang dan perhatian orang tua tidak hanya diwujudkan di dunia maya. Justru di dunia nyata lebih penting. Anak memang bahagia saat dipuji dan dibanggakan. Namun mereka lebih membutuhkan kasih sayang dan perhatian orang tua yang tulus, ikhlas, dan riil. Apa artinya membangga-banggakan anak di media sosial bila orang tua tidak mencurahinya kasih sayang dan perhatian dalam kehidupan nyata?

Buat Kompasianer yang berstatus anak dan orang tua, siap mengekspresikan dan menerima kebanggaan dengan bijak?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun