Tanggal 1 Desember diperingati sebagai Hari AIDS. Begitu berbahayanya penyakit ini hingga ditakuti semua orang. Pengidap AIDS atau istilah lainnya ODHA (Orang Dengan HIV AIDS) dijauhi dan kerap kali diberi perlakuan diskriminatif.
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Penyebabnya adalah virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). Sering kali AIDS tidak menunjukkan gejala apa pun. AIDS ditularkan melalui hubungan seksual, penggunaan jarum suntik yang tidak steril, transfusi darah, dan ASI. AIDS tidak akan tertular melalui kontak fisik seperti bersalaman, berpelukan, atau berciuman. Pemakaian alat makan bersama pun tidak membuat pengidap AIDS menularkan penyakitnya pada orang lain.
Selebriti ternama seperti Freddie Mercury dan Anthony Perkins terenggut nyawanya akibat penyakit satu ini. Pengidap AIDS akan sangat rentan terhadap komplikasi dan infeksi. Penyakit ringan seperti flu saja dapat menjadi masalah besar bagi penderita AIDS. Penderita AIDS mesti mengonsumsi obat ARV (Anti Retroviral) untuk membantunya bertahan hidup.
Perjuangan para pengidap AIDS sangat berat. Kondisi tubuh yang sakit, belum lagi tekanan psikologis yang dihadapi akibat dikucilkan orang-orang di sekitar mereka dan berbagai bentuk diskriminasi yang mereka terima. Tak jarang para pengidap AIDS dipandang sebelah mata dan dianggap aib oleh banyak orang.
Saya berteman dengan beberapa pengidap AIDS.
Saya mendengarkan keluhan dan cerita mereka. Rata-rata mereka kesulitan diterima oleh masyarakat. Ada pula yang dipecat dari kantornya dan kesulitan mencari pekerjaan di tempat lain. Lebih ironis lagi, mereka dianggap sampah masyarakat. Bukan hanya masyarakat, keluarga pun enggan menerima kehadiran mereka.
Beberapa tahun lalu, ada sebuah kasus di bandara. Bandara tersebut menolak jenazah seorang penderita AIDS. Sebuah bentuk diskriminasi yang menyedihkan. Bagaimana mungkin seseorang yang sudah meninggal sampai ditolak dan diperlakukan tidak baik?
Diskriminasi pun dapat dijumpai pada sejumlah rumah sakit. Banyak rumah sakit yang memperlakukan penderita AIDS dengan kurang baik. Mereka tidak dilayani dan difasilitasi dengan layak, seperti pasien-pasien lainnya.
Perlakuan diskriminatif juga menimpa anak-anak pengidap AIDS yang tertular dari orang tuanya. Mereka dikucilkan oleh teman-teman bermainnya. Dianggap pembawa penyakit berbahaya. Susah mendapatkan sekolah yang mau menerima mereka.
Sakit hati? Sudah pasti dirasakan. Ikhlas? Rela? Itulah yang coba dilakukan.
Sebenarnya, apa yang salah dengan pengidap AIDS? Mengapa mereka harus menerima respon negatif dari lingkungan? Semua orang memiliki masa lalu. Tidak semua masa lalu itu baik dan membahagiakan. Apakah pengidap AIDS sering kali dianggap memiliki masa lalu yang buruk, lalu mereka dikucilkan begitu saja? Tidak semua penderita AIDS tertular dengan cara-cara negatif. Bisa saja mereka tertular secara tak sengaja, seperti melalui transfusi darah atau ibu penderita AIDS yang menularkan pada anak mereka yang polos dan tak berdosa. Apa pun bisa terjadi.
Tak seharusnya pengidap AIDS mendapat perlakuan tidak adil. Sama seperti orang lain, mereka berhak untuk hidup. Berhak mendapat pekerjaan, fasilitas kesehatan yang layak, kesejahteraan, rasa aman, dan cinta kasih. Pengidap AIDS berhak dicintai dan disayangi. Justru kita yang masih sehat semestinya merangkul mereka. Membantu mereka semampu kita. Memberi mereka dukungan dan motivasi. Mendampingi mereka melewati beratnya ujian hidup.
Rasa syukur atas nikmat sehat bisa kita aplikasikan dengan membantu dan merawat mereka yang sakit. Salah satunya mereka yang menderita AIDS. Jika membantu pengidap penyakit berat lainnya seperti kanker, Sirosis, jantung Koroner, Thalasemia, Lupus, dan penyakit-penyakit berat lainnya, mengapa pengidap AIDS tidak?
Penyakit AIDS boleh saja dijauhi. Kita bisa melakukan berbagai cara pencegahan. Namun, pengidap AIDS justru harus kita kasihi dan lindungi. Mereka lemah dan tak berdaya. Berilah mereka perlindungan dari berbagai bentuk diskriminasi. Jangan biarkan mereka terzhalimi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H