Mohon tunggu...
Latifah Ayu Kusuma
Latifah Ayu Kusuma Mohon Tunggu... Lainnya - Copywriter

Local Traveller

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Titik Nol Kilometer Jogja dalam Dua Zaman, Ternyata Dulu Ada Air Mancurnya!

3 Maret 2020   15:05 Diperbarui: 3 Maret 2020   19:28 1987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penunjuk arah | Doc: latifahkusuma7


Tidak bisa dikatakan piknik ke Jogja ketika belum menginjakkan kaki di kawasan 0 kilometer. Tak hanya soal sarana "nonton sunset" di tengah kota, tetapi juga ragam bangunan bersejarah di sekitarnya. Pun sajian lengkap keramaian plural pengunjung.

Kalau aku sendiri menyukai kawasan ini dengan beberapa alasan. Pertama, tempat berkaca paling jernih. Hmm jadi di titik pusat provinsi Yogyakarta ini kita akan menemui segala tingkah laku manusia. Mulai yang suka marah di tempat umum, peduli sesama, hingga individualis. Bagi kami anak IPS pasti bisa belajar memperbaiki karakter berdasarkan realita yang ada.

Kedua, wisata macet andalan. Tak bisa dipungkiri bahwa titik 0 kilometer selalu padat oleh arus kendaraan. Bagi sebagian besar orang, macet itu bikin panas hati, ingin rasanya memaki keadaan. Tapi bagaimana jika macetnya di pusat destinasi wisata? Ya bisa jadi tetep ngeselin, bisa jadi ada pandangan lain. Menarik dan asyik.

For example ya di titik nol ini, bermacet ria justru membawa kita pada kebahagiaan. Terlebih untuk penggemar cagar budaya dan bangunan eksotis. Ada gedung Bank Indonesia, kantor pos besar Yogyakarta, gedung bank BNI, gedung agung, hingga benteng Vredeburg.

Ketiga, tentu banyak spot fotonya. Mulai dari bangunan, pedestrian, hingga kursi outdoor yang tersedia. Nah tak jarang bisa mengabadikan momen sunset juga di sini.

Kantor Pos Besar Yogyakarta | Doc: latifahkusuma7
Kantor Pos Besar Yogyakarta | Doc: latifahkusuma7

Beberapa waktu lalu, aku dan teman-teman Kompasianer Jogja mengikuti kelas heritage di kawasan 0 kilometer. Kami dipandu oleh Mbak Yulia Sujarwo, guide asal Jogja. Beliau memberi informasi menarik seputar sejarah kawasan jantung kota tersebut.

Kawasan Titik Nol Masa Lampau

Air mancur di tengah persimpangan titik 0 kilometer | Doc: KLITV Leiden
Air mancur di tengah persimpangan titik 0 kilometer | Doc: KLITV Leiden

FYI, titik nol kilometer sudah menjadi kiblat peradaban sejak zaman dahulu. Bahkan dulunya ada kolam air mancur di tengah persimpangan besar tersebut. Lokasinya memang strategis di pusat kota. Pusat ekonomi dan pemerintahan berada di kawasan ini.

Sejak abad 18 titik nol kilometer menjadi saksi perjuangan bangsa. Mulai dari perang Geger Spoy hingga Agresi Militer Belanda. Tak heran jika dulu ada taman nan indah dan perumahan warga Belanda.

Menyapu sisi timur, nampak gedung Bank Indonesia yang dirancang oleh Hulswitt dan Cuypers. Bangunan berwarna putih ini didirikan tahun 1879. Di sebelah baratnya ada Kantor Pos besar. Fungsi sarana komunikasi masih berlangsung hingga saat ini. Meski kini tak ada lagi telepon umum, hanya perantara surat-menyurat dan pengiriman barang.

Mbak Yulia | Doc: Riana Dewie
Mbak Yulia | Doc: Riana Dewie
Menyeberang ke barat ada gedung ciamik instagenic. Yes, gedung BNI. Posisinya yang berada tepat di tepi simpang jalan membuatnya selalu dilirik mata. Puas mengagumi, tengok ke arah utara. Ini dia istana presiden di Yogyakarta yang akrab disapa Gedung Agung. Bangunannya megah dengan luas 43,585 m2.

Beranjak lagi ke timur ada Benteng Vredeburg. Awalnya bernama Rustenberg yang dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I atas permintaan Belanda. Benteng ini dibangun tahun 1760 secara sederhana. Dindingnya terbuat dari tanah beserta kayu pohon kelapa sebagai penyangga, atapnya dari ilalang. Tujuan dibangun untuk menjaga keamanan kraton, tetapi sebenarnya akan digunakan oleh Belanda untuk mengontrol keadaan dalam kraton.

Sementara Malioboro sudah menjadi pusat ekonomi melalui pasar tradisional terlengkap di DIY sejak dulu. Bahkan pedagang dari Solo dan Semarang sering mengambil barang di sini.

Bukan hanya ekonomi, sektor pariwisata juga berkembang pesat. Terbukti dengan adanya hotel Inna Garuda dan hotel Toegoe. Toegoe ini dinobatkan menjadi hotel terbaik yang memiliki restoran khusus orang asing dan pribumi kalangan kraton.

Wajah Baru Pusat Wisata Kota


Gedung Bank Indonesia | Doc: latifahkusuma7
Gedung Bank Indonesia | Doc: latifahkusuma7

Banyak yang berubah dari kondisi dan fungsi bangunan kawasan 0 kilometer. Gedung Bank Indonesia sudah diperluas, namun tidak berfungsi secara maksimal. Gedung Pos Indonesia sudah mengalami perombakan, bahkan ada coffee shop -Kopi Pakpos- di salah satu sudutnya.

Coba tengok postingan foto social media di titik nol kilometer, pasti banyak potret gedung bank BNI. Memang menawan gedung ini. Setiap pengunjung berlomba mengabadikan momen berlatar gedung putih ini. Jika beruntung, kita akan mendapatkan rona sunset indah.

Gedung Agung masih digunakan sebagai rumah singgah kala presiden dan jajarannya berkunjung ke Jogja. Wisatawan rombongan bisa masuk dengan mengantongi izin dari pengelola.

Paling hits adalah Benteng Vredeburg. Hingga sekarang bangunan megah di tengah kota ini menjadi destinasi wisata favorit. Selain harga tiket terjangkau (Rp 3.000 untuk dewasa), juga edukatif bagi anak-anak. Pemugaran sudah dilakukan, misalnya bagian kolam yang mengitari benteng. Kini hanya tersisa kolam di bagian depan.

Kalau jalan Malioboro tentu selalu menjadi andalan. Kini pedestrian sudah direnovasi lebih baik. Tata ruang mulai cantik. Bahkan kantong parkir saja dibuat terpusat.  Untuk meredakan keramaian, pemerintah menetapkan Selasa Wage sebagai hari bebas kendaraan bermotor.

Satu hari dalam sebulan tersebut menambah daya tarik wisata. Iya dong, cocok buat pengunjung yang ingin lebih bebas mengambil foto atau menikmati suasana tanpa asap kendaraan. Bonusnya, digelar beberapa seni budaya di beberapa titik sepanjang jalan Malioboro. Makin asyik ya!

Tips and Tricks

Penunjuk arah | Doc: latifahkusuma7
Penunjuk arah | Doc: latifahkusuma7
Berinteraksi di keramaian terkadang membuat keberadaan kita kurang aman. Berikut tips penting yang harus diperhatikan ketika menyambangi destinasi sekitar nol kilometer:

1. Jika ingin mengambil foto di titik nol usahakan weekdays, lumayan sepi. Pasti puas.

2. Untuk ambil gambar dengan latar gedung BNI bisa memposisikan kamera di depan Monumen Serangan Umum 1 Maret. Cek arus kendaraan yang melaju, shoot ketika jalan agak sepi. Saat malam nuansa lampu dari gedung BNI dan kantor pos terbilang menarik.
3. Pelajari letak-letak gedung dan objek wisata secara umum. Penting, soalnya tidak semua tempat memiliki lahan parkir. Juga untuk memudahkan rencana perjalanan.

Jadi, kapan mau jalan ke titik nol Jogja?

Kompasianer Jogja | Doc: Riana Dewie
Kompasianer Jogja | Doc: Riana Dewie

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun