"Nanti kita cerita tentang hari ini. Besok kita buat yang lebih baik lagi."--Awan
Setelah beberapa hari dilanda demam review Film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini di sosmed, akhirnya aku berkesempatan nonton. Tentu saja sebelumnya aku mengulik thriller film tersebut. Tak banyak kejutan yang aku harapkan dari film NKCTHI. Namun begitu melihat narasi thriller dengan iming-iming cerita tentang keluarga dibingkai drama, aku langsung tertarik.
Angga Dwimas Sasongko menjadi sutradara sekaligus penulis skenario bersama Jenny Jusuf. Portofolio keduanya dalam bidang produksi film memang tidak bisa diragukan. Bahkan warga dunia maya melayangkan segala kekaguman untuk Angga dan Jenny.
Problematika Tiga Bersaudara
Alur maju-mundur dalam film NKCTHI mengisahkan sebuah keluarga yang hidup di daerah kota. Semenjak kecil ayah memperlakukan mereka dengan tegas. Uniknya, ayah juga membebani Angkasa sebagai anak sulung dengan tugas berat menjaga kedua adiknya.
Kala dewasa tiga bersaudara ini tumbuh dengan pencapaian masing-masing. Angkasa melajukan karier di dunia back stage. Aurora sukses menjadi seniman. Awan memilih mengejar impiannya menjadi arsitek.
"Bagaimana bisa merasa bahagia kalau tidak tahu rasanya sedih."---Angkasa
Setiap Ayah Ingin Membahagiakan Keluarganya
Kisah Awan sebagai anak bungsu juga memberi ruang bagi penonton untuk berpikir. Awan seolah diperlakukan "lebih baik" oleh ayah. Sementara Angkasa diberi mandat untuk menjaga Awan secara protektif. Ada apa di balik semua ini?
Cara ayah Narendra memproduksi kebahagiaan adalah dengan menutupi kesedihan. Suatu rahasia tersembunyi memecahkan ketegangan konflik anggota keluarga. Penonton dibuat meneteskan air mata dalam beberapa scane. Kisah kelahiran Awan terungkap di sini. Alasan Awan menjadi pusat perhatian muncul secara tersurat.
Keluarga adalah tempat pulang paling nyaman. Dalam film ini ditemukan adegan diskusi keluarga. Setiap masalah akan lebih tuntas usai dibicarakan bersama. Ending dari film NKCTHI akan terlihat setelah diskusi ibu dan anak-anaknya.
Keluarga itu problem solver pertama bagi anak. Sebelum anak beranjak jauh mengarungi dunia dewasa, lebih baik orang tua memberi bekal kemandirian yang cukup. Sebaliknya, ketika masalah menimpa anak, orang tua harus bisa menjadi media damai. Bukan malah memenangkan ego sendiri.
Sementara itu ada kejutan lain dari penyanyi muda berbakat, Ardhito Pramono. Berperan sebagai Kale, Ardhito sukses membuat penonton takjub. Pasalnya ia mampu mengolah jiwa dan raga menjadi sosok Kale nyaris sempurna. Ribuan pasang mata kagum akan kerja keras Ardhito beradu peran menjadi sosok "sok asyik". Talent yang luar biasa selain suara merdu dari laki-laki pujaan fan girls-nya.
Namun dalam film ini Ardhito juga memperoleh scane bernyanyi di depan Awan. Sebuah sajian romatis di balik kisah keluarga optimis Pak Narendra Letak scane roman haru dan lucu dimainkan oleh Ardhito dan Rachel Amanda di sini.
Memang sosok Kale sepertinya dibuat sebagai penyeimbang alur cerita. Ketika keluarga Narendra menjadi objek utama, Kale hadir membentuk pusat perhatian lain bagi penonton. Bertolak belakang dari ekosistem keluarga Awan, Kale membawa diri secara santai dan simpel, bebas lepas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H