Mohon tunggu...
Latifah Ayu Kusuma
Latifah Ayu Kusuma Mohon Tunggu... Lainnya - Copywriter

Local Traveller

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Apakah Intervensi Gizi Sensitif Lebih Akurat Daripada Intervensi Gizi Spesifik Dalam Penanganan Stunting?

27 September 2018   11:26 Diperbarui: 27 September 2018   11:47 7116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masalah gizi pada balita dan perempuan hamil masih menjadi fokus utama yang perlu diperhatikan oleh negara berkembang seperti Indonesia. Salah satu kasus yang marak terjadi adalah stunting. Menurut WHO (World Health Organization), stunting merupakan gangguan tumbuh kembang yang dapat disebabkan karena anak mengalami kekurangan asupan gizi, terjangkit infeksi, dan kurang mendapatkan stimulasi.

Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan RI Doddy Izwardy memaparkan beberapa faktor penyebab stunting. Salah satu faktor yang menjadi masalah di Indonesia yaitu pola asuh anak yang kurang baik. Sebagian besar orang tua belum memiliki pengetahuan yang cukup mengenai kesehatan gizi dan pentingnya memberikan ASI eksklusif 0-6 bulan. Faktor lain yaitu masih terbatasnya layanan kesehatan yang berkualitas di Indonesia.

Stunting mulai terlihat saat anak menginjak usia 2 tahun dengan ciri postur tubuh lebih pendek daripada anak lain yang sebaya. Menurut ahli gizi dari Universitas Indonesia (UI) Dr Tirta Prawitasari MSc, SpGK, stunting biasanya juga diikuti dengan kemampuan kognitif anak yang lemah. Dalam jangka panjang masalah stunting akan mempengaruhi kondisi kesehatan (kinerja otak, jantung, penyakit kronis) dan prestasi akademik anak.

Berdasarkan data olahan World Bank tahun 2017, sekitar 8,8 juta atau 1 dari 3 anak di Indonesia mengalami hambatan pertumbuhan tinggi badan karena stunting. Kasus stunting di Indonesia bahkan memiliki persentase yang cukup menghawatirkan, mencapai 36%. Angka tersebut melebihi kasus di negara Filipina (30%) dan Cina (9%). Stunting juga menyumbang angka kematian balita yang cukup tinggi di dunia, yakni 1 juta jiwa per tahun (UNICEF).

TNP2K 2018
TNP2K 2018
Wakil presiden Indonesia pun memimpin rapat pleno upaya percepatan penanganan stunting 12 Juli 2017 dan 9 Agustus 2017 yang menghasilkan 5 pilar penanganan stunting, yaitu:
  • komitmen dan visi pemimpin tertinggi negara,
  • kampanye nasional berfokus pada pemahaman, perubahan perilaku, komitmen politik dan akuntabilitas,
  • konvergensi, koordinasi, dan konsolidasi program nasional, daerah, dan masyarakat
  • mendorong kebijakan "nutritional food security"
  • pemantauan dan evaluasi

Pelaksanaan kampanye dilakukan melalui media poster dan video edukasi. Pemerintah juga menetapkan 160 kabupaten yang dijadikan prioritas penurunan stunting.

TNP2K 2018
TNP2K 2018
TNP2K 2018
TNP2K 2018
Pemerintah pun mencanangkan kebijakan dalam Pencegahan Stunting dengan bentuk intervensi (Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat MCA Indonesia dalam World Breastfeeding Week 2016), yang meliputi:

1. Intervensi Gizi Spesifik

Menurut Dr Rita Ramayulis, DCN, MKes dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi), stunting disebabkan oleh berbagai faktor sehingga dalam penanganannya memerlukan kolaborasi nutrisionis, dietisien dengan profesi medis, bidan, perawat, sanitarian, dan tenaga kesehatan lainnya. Penanganan yang dilakukan oleh tenaga medis bersifat jangka pendek. 

a. Suplemen makanan ibu saat hamil

Ibu hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi dan asam folat. Zat besi berguna untuk mengurangi risiko anemia saat proses persalinan. Sementara asam folat berperan penting dalam perkembangan otak dan sumsum tulang belakang bayi serta mempersempit risiko stunting. Saat masa kehamilan, seorang ibu juga perlu mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet.

b. Suplemen mikronutrien atau fortifikasi untuk ibu dan anak

c. ASI dan makanan pendamping ASI

Untuk memaksimalkan usaha, intervensi dilakukan dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Langkah tepat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi adalah dengan memberikan ASI ekslusif selama 6-24 bulan pertama sejak lahir. ASI sangat baik bagi pertumbuhan bayi karena memilki beragam manfaat, misalnya meningkatkan kekebalan tubuh dan perkembangan otak. Setelah berusia 6 bulan, ibu bisa memberikan makanan pendamping ASI (MPASI) yang berkualitas dengan memperhatikan kandungan gizi makro maupun mikro. Standar MPASI menurut WHO yaitu terdiri dari staple food, protein nabati dan hewani, buah yang kaya vitamin A, produk susu, serta sayur dan buah-buahan.

d. Feeding- perilaku dan stimulasi

e. Manajemen kasus akut Malnutrisi

f. Pencegahan dan manajemen penyakit

Menanamkan perilaku hidup sehat mulai dari lingkungan keluarga akan meminimalkan potensi segala bentuk penyakit. Mulailah dari hal-hal kecil seperti menjaga kebersihan lingkungan atau mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.

2. Intervensi Gisi Sensitif

a. Air dan sanitasi

Kondisi lingkungan di sekitar tempat tinggal bayi juga harus diperhatikan untuk menghindari kuman penyebab penyakit. Bayi dan balita harus mendapatkan akses air bersih dan sanitasi yang baik. Sanitasi yang buruk akan mengakibatkan penyakit diare dan infeksi cacing usus (cacingan) pada anak. Kedua penyakit tersebut berpotensi menjadi faktor penyebab stunting.

b. Pertanian dan ketahanan pangan

Setiap individu mempunyai hak atas pangan yang bernilai gizi cukup dan aman (PBB, 1992). Di Indonesia, penyelenggaraan pangan bertujuan untuk menyediakan pangan yang beraneka ragam dan memenuhi persyaratan kemanan, mutu, dan gizi bagi konsumsi masyarakat (UU No 18/2012 tentang pangan Bab II, pasal 4, butir b). Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan, kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi (UU No 18 Tahun 2012). Mutu pangan adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan dan kandungan gizi pangan (UU No 18 Tahun 2012).

Prof Dr Purwiyatno Haryadi MSc (guru besar pangan Institut Pertanian Bogor) menekankan betapa pentingnya keamanan pangan yang dikonsumsi oleh anak-anak. Pemerintah perlu melakukan intervensi di bidang ini karena saat ini masih banyak beredar makanan yang mengandung bahan tambahan (misalnya micin) berlebihan.

c. Program jaminan kesehatan

Dengan adanya jaminan kesehatan, masyarakat (khususnya ibu hamil) akan lebih mudah mendapatkan pelayanan kesehatan. Kini Indonesia sudah menerapkan kartu dari BPJS bagi seluruh lapisan masyarakat guna meminimalisir angka kematian akibat beban biaya pelayanan medis.

d. Pemberdayaan perempuan

Sosialisasi pre-kehamilan dan pasca kehamilan sangat penting bagi perempuan di Indonesia. Intervensi pemerintah diperlukan dalam fasilitasi program sosialisasi dan pemberdayaan agar wawasan tentang pernikahan, kehamilan, reproduksi, dan segala hal yang berhubungan dengan keluarga sudah dikantongi oleh calon ibu.

www.sehatnegeriku.kemkes.go.id
www.sehatnegeriku.kemkes.go.id
Pada Hari Gizi Nasional (HGN) ke-58, Kamis (25/01/18), Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono mengungkapkan bahwa pencegahan stunting menjadi prioritas utama kerja pemerintah dan telah tertera dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019. Kementerian kesehatan pun dapat bekerja sama dengan perguruan tinggi, organisasi masyarakat, organisasi pemuda, posyandu, PKK, dan lembaga lain untuk melakukan penyuluhan preventif kepada ibu hamil dan menyusui.

Dengan demikian pemerintah, masyarakat, dan stakeholder terkait dalam pencegahan dan penanganan stunting harus mendukung integrasi kedua bentuk intervensi tersebut. Intervensi spesifik dan intervensi sensitif harus dilakukan bersama-sama sebagai upaya menurunkan jumlah kasus stunting di Indonesia. Indonesia Sehat akan tercapai ketika kesadaran healthy lifestyle dijalankan oleh individu dan pemerintah memberi dukungan baik moril maupun material.

www.sehatnegeriku.kemkes.go.id
www.sehatnegeriku.kemkes.go.id
References:

1. Materi Gerakan Nasional Pencegahan Stunting dan Kerjasama Kemitraan Multi Sektor 2018 oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K)

2. Iing Mursalin. 2016. Mencegah Kekurangan Gizi Pada Anak. World Breastfeeding Week.

3. Prof. Dr. Bustanul Arifin. 2018. Komunikasi Perubahan Perilaku untuk Pencegahan Stunting. Pembahasan dan Diskusi Bidang 4 WNPG.

4. www.republika.co.id

5. lifestyle.sindonews.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun