Apa yang dikatakan oleh pepatah tentang "Buku adalah jendela ilmu" tidaklah salah. Buku tetap menjadi jendela ilmu yang dapat mengantarkan seseorang menjadi manusia yang lebih unggul lagi. Namun di era sekarang ini, buku bukanlah satu-satunya patokan dalam belajar.
Banyak hal lain yang dapat digunakan untuk proses belajar-mengajar seperti internet, berita di TV, bahkan pengalaman yang telah dilalui pun dapat dijadikan sebagai proses belajar. Seperti halnya dalam mempelajari Pancasila.
Dalam mempelajari Pancasila, kita memang disarankan untuk membaca buku terlebih dahulu apalagi  ketika membahas Undang Undang Dasar 1945. Namun selain buku, kita juga disarankan untuk memiliki literatur belajar lainnya seperti menonton berita terkini di TV dan berbagai macam pengalaman pibadi.
Saya adalah mahasiswi semester 3 di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang atau disingkat UIN Maliki Malang dan lebih singkatnya lagi adalah UIN Malang. Saya mengambil prodi Perbankan Syariah pada Fakultas Ekonomi disini. Pasti banyak yang mengira kalau anak ekonomi kerjaannya cuman ngitungin duit orang doang. Jawabannya adalah TIDAK. Disini, kita juga belajar tentang materi dasar seperti Pancasila, BahasaÂ
Indonesia, Bahasa Inggris, dan lain sebagainya. Dalam mata kuliah Pancasila, saya menemukan dosen yang berbeda dengan kebanyakan dosen lainnya. Perbedaannya terletak pada bagaimana cara mengajar serta materi yang diajarkan.Jika kebanyakan dosen lebih berpedoman terhadap buku yang tebal dan sedikit membosankan, justru pada mata kuliah Pancasila ini kita berpatokan kepada pengalaman yang kita miliki ditambah dengan berita yang sedang trending saat ini. Dan dosen pun mengizinkan kita untuk memilih materi apa yang ingin dipelajari.
Nama beliau adalah Pak Edi, dosen yang mungkin menjadi primadona bagi mahasiswa di UIN Malang ini. Seperti yang sudah saya bahas sebelumnya, Pak Edi adalah salah satu dosen mata kuliah Pancasila.
Beliau sangat bisa bersahabat dengan mahasiswanya, entah itu dengan cara ngopi bareng, makan soto pagi-pagi bareng satu kelas, dan masih banyak cara unik yang Pak Edi lakukan untuk bersahabat dengan mahasiswanya.
Eitss.. Tapi beliau tidak lupa untuk meyelipkan sedikit tentang materi Pancasila ketika bergumul dengan mahasiwanya. Tentu cara ini membuat mata kuliah Pancasila menjadi lebih mudah untuk dipahami serta memberikan warna tersendiri.
Pada semester ini, Pak Edi membebaskan kami untuk memilih materi apa yang ingin dibahas dan dipresentasikan bersama di dalam forum kelas. Tentunya cara ini semakin menarik, karena kami dapat memilih materi apa yang belum kami pahami.
Dan lebih menariknya lagi, kita tidak perlu berpatokan dengan buku ketika ingin membahas suatu topik yang sedang hot. Namun, untuk literaturnya kita bisa mendapatkan melalui informasi dari internet, berita dari TV, maupun pengalaman yang kita miliki.
Selain membebaskan kami dalam memilih materi, kami juga diizinkan untuk bernyanyi bersama di dalam kelas ketika sedang break saat presentasi. Kata beliau, ini adalah salah satu cara untuk mendinginkan otak setelah presentasi selesai. Walaupun sebenarnya presentasi tidak pernah berjalan dengan tegang, malah kita enjoy ketika melakukan sesi tanya jawab.
Pak Edi juga merupakan orang yang aktif dalam ber-sosial media. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya sosial media yang dimiliki oleh beliau. Di sosial media pun, Pak Edi juga aktif untuk meng-share berita-berita terkini baik yang berkaitan dengan Pancasila yaitu mata kuliah yang diajarkan maupun tidak.
Kemudian, Pak Edi terkadang juga melakukan live di instagram untuk memberikan arahan dan petunjuk bagi mahasiswanya dalam menyelesaikan tugas yang beliau berikan. Selain memberi arahan dan petunjuk, beliau juga membuka sesi tanya jawab apabila masih ada yang belum jelas atau belum dipahami karena biasanya Pak Edi melakukan live tersebut bersama orang yang ahli dalam bidangnya atau biasa disebut pakarnya.
Berdasarkan hal tersebut, dapat kita ambil kesimpulan bahwa kita dapat belajar menggunakan media apapun dan dalam kondisi serta situasi apapun. Hal ini mematahkan spekulasi bahwa belajar itu ketika sekolah atau harus berada di dalam kelas.
Bahkan ketika nongkrong pun, kita juga dapat belajar. Karena belajar itu bukan hanya dan harus berpatokan dengan buku, belajar juga bisa dengan cara lain seperti yang diterapkan oleh Pak Edi, baik itu menggunakan media berita di TV maupun berdasarkan pengalaman.
Cukup sekian, Thank you and see u.... :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H