Mohon tunggu...
Latifa Himma
Latifa Himma Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi fakultas ekonomi UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

Let's shine with knowledge

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Agama Konghucu di Kota Malang

30 Maret 2020   03:42 Diperbarui: 30 Maret 2020   03:42 936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Khonghucu seringkali menjadi perdebatan bagi khalayak ramai. Banyak dari masyarakat yang menyebutkan bahwa Khonghucu merupakan salah satu kepercayaan, bukan agama. Namun pada masa pemeritahan Gus Dur, Khonghucu resmi menjadi agama yang diakui di Indonesia. Sama dengan agama lainnya, dalam Agama Khonghucu pengikutnya mengakui bahwa Tuhan yang dipercayainya itu Maha Esa. 

Seperti halnya yang dikatakan oleh Bungsu Anton Triyono, pemuka agama Khonghucu di salah satu klenteng di kawasan Kota Malang bernama Klenteng Eng An Kiong yang saya temui beberapa hari lalu. 

Beliau mengatakan bahwa Tuhan Yang Maha Esa inilah yang menciptakan dunia atau alam semesta dengan isi dan hukum-hukumnya. 

Bungsu Anton sendiri merupakan orang dengan keturunan campuran antara suku Tionghoa dan pribumi. Ayahnya merupakan keturunan suku asli Tionghoa dan ibunya merupakan penduduk pribumi alias Indonesia yang beragama islam. 

Beliau juga menceritakan bagaimana perjalanan cinta orang tuanya yang berbeda negara bahkan berbeda agama. Ayahnya yang merupakan suku Tionghoa awalnya berkelana menuju negara-negara tetangga untuk menyebarkan agama Khonghucu. 

Namun pada masa itu hanya laki-laki saja yang diperbolehkan untuk pergi berkelana, alasan yang mendasari hal tersebut adalah perjalanan jauh dan transportasi yang digunakan adalah kapal laut sehingga para pemimpin Tionghoa mencemaskan keadaan perempuan jika mereka ikut berkelana. Setelah lama terombang-ambing di lautan, suku Tionghoa tersebut memutuskan untuk menetap di Indonesia. 

Karena tidak adanya perempuan dalam suku Tionghoa yang ikut berkelana, maka mereka menikah dengan penduduk pribumi yang mayoritas beragama islam, termasuk dengan ayah Bungsu Anton.

Selain menceritakan sejarah kehidupan orangtuanya yang berbeda kebangsaan bahkan agama, Bungsu Anton juga menjelaskan tentang lambang-lambang dalam Khonghucu serta bagaimana cara agama Khonghucu beribadah. Di dalam klenteng maupun dalam agama Khonghucu identik dengan warna merah dan emas atau kuning. 

Bungsu Anton menjelaskan bahwa warna merah merupakan lambang dari kebahagiaan, bahkan mereka juga menyebut warna merah sebagai paket pembawa keberuntungan. Sedangkan warna emas atau kuning dianggap sebagai warna penghasil Yin dan Yang yang merupakan pusat dari segala sesuatu. Kemudian, naga dan harimau juga menjadi simbol dalam agama Khonghucu. 

Naga berarti makhluk suci yang merupakan wakil dari seluruh makhluk hidup di dunia dan melambangkan keselamatan. Sedangkan harimau dianggap sebagai penguasa yang ditakuti oleh roh-roh jahat dan melambangkan keberanian. 

Patung naga diletakkan di pintu masuk klenteng, sedangkan patung harimau berada di pintu keluar. Ada ungkapan "masuk pintu naga, keluar pintu harimau" yang artinya saat masuk pintu naga diharapkan akan naik derajatnya, kemudian saat keluar pintu harimau diharapkan lepas dari segala mara bahaya.

Peribadatan rutin di Klenteng Eng An Kiong Malang ini dilaksanakan pada hari Minggu, serta pada hari besar keagamaan Khonghucu seperti imlek dan pada saat kematian salah satu pengikutnya. Pada saat menggelar peribadatan, ada beberapa alat yang digunakan sebagai perlengkapan untuk beribadah. 

Diantaranya yaitu lonceng dan tambur. Alat tersebut berfungsi sebagai persiapan sebelum peribadatan dimulai atau sebagai pemberitahuan bahwa akan ada sebuah peribadatan. Kemudian saat akan beribadah, umat Khonghucu akan menyiapkan 12 macam buah, makanan, alat-alat, wadah dll secara berbeda-beda yang melambangkan bahwa dalam 1 tahun terdiri dari 12 bulan.

Itulah tadi hasil dari wawancara singkat dengan pemuka agama Khonghucu di Klenteng Eng An Kiong Malang, semoga dengan artikel ini dapat menambah wawasan serta meningkatkan rasa toleransi terutama terhadap umat agama lain.

See u..   :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun