Karya: Latifah Hardiyatni
Tangan Diana tak henti memijit pelipisnya yang terasa berdenyut sejak pagi tadi. Ini semua disebabkan oleh tingkah putra semata wayangnya, Niko. Bocah lelaki yang duduk di kelas tiga SD itu sejak pagi hanya bermain game online terus.
Memang benar jika game online membuat anak makin kreatif dan belajar memecahkan masalah. Namun, Diana juga mengkhawatirkan dampak negatif yang timbul karena keasyikan main game.
Seperti minggu lalu, mata Niko memerah karena terlalu lama bermain ponsel. Yang lebih mengkhawatirkan bagi Diana, beberapa hari terakhir ini konsentrasi Niko sedikit terganggu. Dia takut jika semua akan berlanjut begitu saja.
Sejujurnya, Diana ingin anaknya tak terlalu lama bermain ponsel. Namun, dia belum menemukan cara yang cocok untuk mengakhiri kebiasaan buruk Niko.
Mata Diana melirik televisi yang berada di ruang tengah. Di bawah televisi itu terdapat lemari setinggi delapan puluh sentimeter berisi koleksi buku-buku Diana. Berbagai jenis buku mulai dari buku anak-anak, manga, novel anak, novel remaja, hingga novel dewasa ada.
"Seandainya saja Niko gemar membaca sepertiku dulu," gumam Diana.Â
Aneh memang, kegemaran membaca Diana tak menurun ke anaknya. Padahal, Diana sudah mengenalkan buku sejak usia dini. Niko malah lebih tertarik dengan ponsel yang menampilkan segala macam yang ada di bumi.
Diana mendesah pelan. Dia menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi tepat saat Niko datang mendekat.
"Bu."
"Apa?" tanya Diana sambil membenarkan posisi duduk.