Mohon tunggu...
Latifah Hannum batubara
Latifah Hannum batubara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Tetap jalani hidup ini melakukan yang terbaik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjadi Santriwati di Pondok Pesantren

2 Mei 2023   11:52 Diperbarui: 2 Mei 2023   12:07 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya sebenernya hidup di pondok itu enak, cuma belajar, sekolah, ngaji, makan, tidur hehe tapi banyak banget orang yang gak betah tinggal di pesantren termasuk saya yang punya tekad tinggi.

Berbicara kebersamaan, di pesantren kebersamaan antara santri sangat kuat. Saya ingat, jika waktu dijenguk tiba ketika ada orang tua santri yang datang untuk mengunjungi anaknya, pasti wali santri tersebut membawakan nasi untuk anaknya serta santri lainnya yang tinggal sekamar.

Dari bungkusan itulah kebersamaan santri sangat terlihat, sebelum makan kami menyatukan bungkusan nasi itu menjadi satu sehingga bisa makan sama-sama, sampai berebut karena saking ramainya, tapi itu sudah menjadi hal biasa sehingga menjadikan sebuah kebersamaan semakin erat.

Waktu terus berjalan kelas 1-6 sudah dilewati,hingga akhirnya tiba dikelas 7 puncak dari semuanya ataupun bisa dibilang kakak senior dipesantren.Yang dimana kelas 7 sangat diistimewakan oleh ibu asrama dengan tidak memberikan beban kepada kelas 7 seperti urusan kamar,persatuan,ataupun jabatan" semuanya sudah diserahkan kepada adek-adek bawahan (kelas 6).karna tugas kelas 7 hanya lah fokus dalam menghapal saja menurut ibu asrama.

Iya walaupun begitu masih banyak juga teman-teman kelas 7 yang tidak mau dibilangin sama ibu asrama dengan selalu ikut campur terhadap masalah kamar ataupun persatuan.karna menurut mereka itu sudah bagian dari kesaharian mereka untuk selalu ikut campur terhadap masalah- masalah yang ada.

Hari- hari trus berjalan hingga akhir nya tiba perpisahan dikelas 7 yang sangat- sangat sedih sekali karna akan meninggalkan guru-guru semuanya dan juga teman- teman seperjuangan yang sudah terasa seperti guru itu orang tua kami dipesantren dan teman- teman itu sudah seperti saudara kami karna semua telah dilalui bersama- sama sampai kelas 7.Terasa sakit rasanya akan berpisah itu,iya sanggup tak sanggup bisa tak bisa perpisahan itu memang harus dijalani ataupun terjadi.iya walaupun berpisah bukan berarti akan saling melupakan satu sama lain akan tetapi akan saling mengingat apalagikan denga alat teknologi sekarang ini yang jauh terasa dekat gitu kan.

Dan hari demi hari telah dilewati tibalah saat nya hari dimana semua kelas 7 akan melaksanakan ujian akhir kelas 7.Hari dimana kelas 7 dimasuki guru-guru pengawas yang sekaligus guru itu trakhir memberikan nasehat-nasehat kepada kelas 7 jika sudah diluar nanti harus selalu tetap istiqomah dengan semua hal yang sudah dijalani dipesantren tersebut.

Hingga akhirnya saya lulus dari pondok pesantren itu. Suka dan duka, pahit manis sudah saya rasakan selama mondok 7 tahun.

Saya bangga hidup di pesantren karena di pesantren saya sedikit tahu ilmu agama.Dan di pesantren saya diajarkan untuk hidup sederhana.Dan di pesantren  saya bisa merasakan nikmatnya kebersamaan yang tidak bisa saya dapatkan ketika hidup di luar.Dan di pesantren saya di didik untuk menjadi insan yang islami. Dan saya bangga hidup di pesantren karena dari pesantren saya tahu bahwasanya ilmu dunia serta akhirat harus seimbang agar tak salah melangkah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun