Abstrak
Perceraian orangtua merupakan fenomena yang semakin umum terjadi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada pasangan yang bercerai, tetapi juga memiliki konsekuensi signifikan bagi anak-anak mereka. Salah satu aspek yang paling terpengaruh adalah perkembangan emosional anak. Artikel ini akan membahas berbagai dampak perceraian terhadap perkembangan emosional anak berdasarkan studi ilmiah dan referensi dari jurnal terpercaya.
1. Perasaan Kehilangan dan Ketidakamanan
Anak-anak dari keluarga yang bercerai seringkali merasakan kehilangan, baik secara emosional ataupun fisik. Kehilangan salah satu orangtua sebagai figur utama dalam kehidupan sehari-hari dapat menjadikan perasaan tidak aman. Penelitian menunjukkan bahwa anak yang mengalami perceraian orangtua lebih rentan terhadap gangguan kecemasan dan depresi.
Selain itu, perubahan lingkungan, seperti pindah rumah atau perubahan sekolah, seringkali memperburuk rasa kehilangan ini.
2. Konflik Loyalitas
Perceraian sering kali membuat anak berada di tengah konflik antara kedua orangtua. Anak mungkin merasa harus memilih salah satu dari mereka, yang akan memicu tekanan emosional. Kelly & Emery bahwa konflik pasca-perceraian yang tinggi antara orangtua dapat memengaruhi perkembangan emosi anak, seperti munculnya perasaan bersalah atau kebencian terhadap salah satu orangtua.
3. Gangguan Regulasi Emosi
Perceraian dapat mengganggu kemampuan anak dalam mengelola emosinya. Anak-anak yang menyaksikan konflik orangtua cenderung memiliki kesulitan dalam memahami dan mengungkapkan emosi mereka secara sehat. Hetherington & Stanley-Hagan menunjukkan dari hasil studinya bahwa anak dari keluarga bercerai lebih mungkin mengalami ledakan emosi atau menarik diri secara emosional sebagai mekanisme pertahanan.
4. Perubahan dalam Pola Relasi
Perceraian orangtua juga dapat memengaruhi pola relasi anak dengan orang lain. Anak yang mengalami perceraian cenderung tingkat kepercayaannya terhadap orang lain itu lebih rendah, termasuk dalam hubungan romantis di masa dewasa.
Selain itu, hubungan dengan saudara kandung juga dapat terpengaruh. Dalam beberapa kasus, anak menjadi lebih dekat dengan saudara mereka sebagai bentuk dukungan emosional, sementara di kasus lain, hubungan ini justru terganggu akibat tekanan emosional yang dialami bersama.