Mohon tunggu...
Latifah Desti Lustikasari
Latifah Desti Lustikasari Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Pencerita ulung! mantuidaman.com | Blogger Lampung IG/TW @mantuidamann

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

K.H. Gholib: Kiprah Sang Panutan di Tanah Bambu Seribu

30 Maret 2020   22:03 Diperbarui: 31 Maret 2020   02:43 1099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita yang dituturkan oleh budhe saya itu tidak dapat dikatakan salah, kendati kurang lengkap. Namun dapat digarisbawahi betapa beliau amat disegani, menjadi panutan dan selalu dikenang oleh masyarakat Pringsewu turun-temurun hingga saat ini.

Perjuangan K.H. Gholib Menuntut Ilmu

Ia diasuh dengan segenap cinta dan kasih oleh sang ibu. Menginjak usia akil baligkh Gholib kemudian dikhitan, uang sebesar satu ringgit sempat K. Rohani berikan di hari itu.

Tidak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pendidikan agama di Desa Mojosantren, Muksiti lantas menitipkan anak laki-lakinya pada seorang kiai untuk belajar agama. Mulai dari ilmu tauhid, hikmah, fiqih, ahlak, hingga kajian-kajian agama Islam Gholib pelajari dari Kiai Ali di madrasah.

Sebuah pondok pesantren di daerah Semarang menjadi titik awal pemuda yang haus ilmu itu untuk berpidah dari satu daerah ke daerah lain untuk berguru dan menimba ilmu. Tidak serta-merta ilmu agama saja yang Gholib pelajari, di sisi banyak hafal hadist pemuda itu juga mempelajari ilmu bela diri, ilmu berperang, hinga ilmu bermasyarakat.

Gholib tercatat pernah menjadi murid tokoh terkenal Nahdatul Ulama, K.H. Hasyim Asyari dari Pondok Pesantren Tebuireng, hingga Ulama terkenal dari Bangkalan, Madura K.H. Kholil.

 

Menyebarkan Syiar Islam Hingga ke Pringsewu

Gholib memutuskan untuk mengembara setelah ia menikah dengan seorang putri bangsawan Jawa bernama Syiah'iyah. Kemudian Gholib mulai berkelana, jengkal demi jengkal mulai dari tanah Jawa, Kalimantan, bahkan Singapura dan Malaysia.

Ketika tiba di Tanjung Pura, Medan, Sumatera Utara sosok Kiai ini amat diterima dengan baik oleh masyarakat. Kiai Haji Gholib bahkan sempat membangun sebuah masjid yang dijadikan lokasi kegiatan pengajian untuk anak-anak, remaja, dan orang-orang tua.

Hal serupa juga terjadi saat ia menapakkan kaki di Batu Pahat, Johor, Malaysia. Kegiatan pengajian dan ceramahnya mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Beberapa tahun berselang, setelah kader-kader baru bermunculan dan dirasa sanggup untuk meneruskan sang Kiai, ia lantas berpindah ke lokasi lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun