Mohon tunggu...
Latifah Hardiyatni
Latifah Hardiyatni Mohon Tunggu... Buruh - Buruh harian lepas

Latifah, seorang wanita penyuka membaca dan menulis sederhana

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Puasa dan Petasan Bagai Permen Karet

31 Maret 2023   14:48 Diperbarui: 31 Maret 2023   14:51 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Puasa dan Petasan Bagai Permen Karet

Oleh: Latifah Hardiyatni

Petasan dan Ramadan seolah tak dapat dipisahkan. Bahkan banyak yang mengatakan kalau mau main petasan ya menunggu bulan puasa. Belum bulan puasa ya tak main petasan. Entah sejak kapan tepatnya petasan selalu menjadi primadona di bulan puasa.

Jika dulu banyak yang membuat meriam bambu yang menggunakan minyak tanah, kini mulai ditinggalkan sebab minyak tanah susah ditemui. Meski begitu, para pencinta meriam bambu tak habis akal. Mereka lalu, menciptakan petasan. Mulai dari petasan kertas, spirtus, bahkan ada yang membuat balon yang diisi cairan tertentu yang akan meledak jika terkena api. Petasan jenis terakhir ini yang sangat berbahaya, meskipun tak menampik jika semua jenis petasan berbahaya.

Melimpahnya petasan di bulan Ramadan seolah menjadi angin segar bagi petasan lover. Mulai dari harga seribuan petasan sudah bisa di dapatkan.

Jika tak puas dengan jenis petasan yang dijual di warung-warung, mereka akan meracik sendiri petasan dengan ukuran yang bermacam-macam. Tak jarang ukuran yang dibuat lebih besar dari yang ada di warung.

Sulit dibasmi

Banyaknya petasan yang beredar di tengah-tengah masyarakat nyatanya tak membuat pihak berwajib tinggal diam. Mereka kerap melakukan razia petasan. Namun, hal ini seperti tak menimbulkan efek jera di kalangan pembuat, penjual, dan pembeli. Mereka akan tetap melakukan kegiatan itu mengingat keuntungan yang menggiurkan.

Banyaknya kejadian petasan meledak juga seakan tak membuat mereka kapok dan berhenti membuat petasan. Padahal korban dari petasan meledak sudah sangat banyak. Kerugian yang diciptakan juga bukan hanya materi, tapi juga nyawa melayang.

Seperti yang baru-baru ini terjadi di Kaliangkrik, Magelang. Bubuk petasan meledak dan menewaskan satu pemilik rumah. Kabarnya tubuh sang pemilik rumah sampai terpisah menjadi beberapa bagian. Tak hanya itu. Ledakan yang terdengar hingga radius 11 km dan membuat tanah bergetar layaknya gempa juga membuat puluhan korban lainnya luka-luka termasuk istri dan pembantu korban.

Kerusakan bangunan juga cukup banyak. Mulai dari yang rumahnya roboh, ternit ambrol, dinding retak, dan genting pecah.

Akan tetapi, hal kejadian ini tak menyurutkan keberanian para peracik petasan lain. Nyatanya, petasan masih dengan mudah dijumpai. Entah mereka berjualan melalui apa, tapi anak-anak kecil generasi penerus bangsa ini masih dengan mudah mendapatkan petasan.

Sampah bertebaran

Dampak lain petasan ialah sampah kertas yang melimpah. Jika petasan hasil racikan sendiri, kertas yang digunakan biasanya akan lebih tebal dan banyak. Hal ini membuat serpihan kertas terbang ke mana-mana berhamburan. Jika tak langsung dibersihkan akan susah dan menempel apalagi jika terbang dibawa angin atau terkena hujan.

Bagi penyuka petasan, sampah kertas terlihat indah dan meriah. Namun, bagi yang tak suka serpihan kertas hanya merusak pemandangan saja.

Saatnya berhenti

Mengingat efek yang diciptakan oleh petasan, alangkah baiknya jika kita mulai berhenti memainkan petasan. Sebelum diri menjadi korban.

Jangan pusing-pusing uang yang seharusnya dibuat beli petasan mau dikemanakan? Tinggal tabung untuk penjagaan masa depan yang tak dapat diprediksi. Atau diberikan kepada orang terdekat, tak hanya memberi kebahagiaan, tapi juga semakin mendekatkan hubungan. Atau bisa juga disedekahkan kepada yang lebih membutuhkan. Dengan demikian uang kita akan berkah.

Magelang, 31 Maret 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun