Puasa dan Petasan Bagai Permen Karet
Oleh: Latifah Hardiyatni
Petasan dan Ramadan seolah tak dapat dipisahkan. Bahkan banyak yang mengatakan kalau mau main petasan ya menunggu bulan puasa. Belum bulan puasa ya tak main petasan. Entah sejak kapan tepatnya petasan selalu menjadi primadona di bulan puasa.
Jika dulu banyak yang membuat meriam bambu yang menggunakan minyak tanah, kini mulai ditinggalkan sebab minyak tanah susah ditemui. Meski begitu, para pencinta meriam bambu tak habis akal. Mereka lalu, menciptakan petasan. Mulai dari petasan kertas, spirtus, bahkan ada yang membuat balon yang diisi cairan tertentu yang akan meledak jika terkena api. Petasan jenis terakhir ini yang sangat berbahaya, meskipun tak menampik jika semua jenis petasan berbahaya.
Melimpahnya petasan di bulan Ramadan seolah menjadi angin segar bagi petasan lover. Mulai dari harga seribuan petasan sudah bisa di dapatkan.
Jika tak puas dengan jenis petasan yang dijual di warung-warung, mereka akan meracik sendiri petasan dengan ukuran yang bermacam-macam. Tak jarang ukuran yang dibuat lebih besar dari yang ada di warung.
Sulit dibasmi
Banyaknya petasan yang beredar di tengah-tengah masyarakat nyatanya tak membuat pihak berwajib tinggal diam. Mereka kerap melakukan razia petasan. Namun, hal ini seperti tak menimbulkan efek jera di kalangan pembuat, penjual, dan pembeli. Mereka akan tetap melakukan kegiatan itu mengingat keuntungan yang menggiurkan.
Banyaknya kejadian petasan meledak juga seakan tak membuat mereka kapok dan berhenti membuat petasan. Padahal korban dari petasan meledak sudah sangat banyak. Kerugian yang diciptakan juga bukan hanya materi, tapi juga nyawa melayang.
Seperti yang baru-baru ini terjadi di Kaliangkrik, Magelang. Bubuk petasan meledak dan menewaskan satu pemilik rumah. Kabarnya tubuh sang pemilik rumah sampai terpisah menjadi beberapa bagian. Tak hanya itu. Ledakan yang terdengar hingga radius 11 km dan membuat tanah bergetar layaknya gempa juga membuat puluhan korban lainnya luka-luka termasuk istri dan pembantu korban.
Kerusakan bangunan juga cukup banyak. Mulai dari yang rumahnya roboh, ternit ambrol, dinding retak, dan genting pecah.