Kala itu usiamu masih 8 bulan dan tentu pada awal berlatih kau nampak sulit dan berat. Seolah berulang kali kau acuh-tak acuh selalu dengan cara yang salah. Masa kelam pun sirna, tepat kedatanganku kembali ke rumah dengan gayamu yang sok lincah dan asyik kau mencoba menunjukkanku keahlianmu naik dan turun ranjang kasur. Jujur Kakak sempat takjub tak percaya. Keponakanku tersayang, kakak bener-bener salut padamu.
Dek, memang saat ini terlalu belia usiamu untuk mencerna rangkain kisah Kakak ini. Setidaknya beberapa tahun mendatang perkembanganmu semakin luar biasa. Kau akan belajar dan memahami banyak hal mengenai kehidupan. Adik Kakak yang masih suci, saat kau sudah menginjak bangku sekolah nanti jadikan membaca sebagai hobi setiamu.Â
Membaca dapat membuka luasnya akal fikiran serta menjernihkan hari nurani setiap insan. Membaca apapun sekiranya yang dapat dipetik hikmah. Satu hal lagi yang kakak harapkan darimu, luangkan waktumu setidaknya sekali dalam hidupmu membaca dan merenungi coretan kisah ini. Masa kecilmu bagaikan taburan bintang perpaduan antara keindahan, harapan, keceriaan, tangis dan tawa. Percayalah Adekku, Â pengalaman adalah guru yang berharga. (lfa)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H