Tentang perpisahan itu,,, ah aku berada jauh dari sisinya. Posisiku di belakang deret tengah. Sementara dia ada di ujung utara dan barisan depan. Sebenarnya aku sudah siapkan 3 kenang-kenangan. Namun ketiganya gagal semua. Pertama buku tentangnya yang kukemas ke dalam buku cerita bergambar. Aku berusaha mendeskripsikan ciri fisiknya, namun ilustratornya tak sebaik yang kubayangkan. Akhirnya gagal, naskah itu sampai sekarang kusimpan baik baik. Kedua permainan monopoli, rencananya aku ingin memberikan nama permainan itu dengan menggabungkan suku kata dari namaku dan namanya. Namun gagal, aplikasi yang kupakai untuk mendesain permainan monopoli tiba-tiba saja tidak bisa digunakan sepertinya harus diupgrade ke premium. Terakhir hafalan surah Ar-Rahman. Aku sudah hafal dengan irama kurdi yang menyayat-nyayat hati. Â Ceritanya ingin kubacakan walau hanya beberapa ayat saat perpisahan. Namun situasi perpisahannya tak seperti yang kubayangkan. Suasananya bisa dibilang istimewa, karena dihadiri orang- orang penting. Makanan disajikan, alunan musik dimainkan dan sanjungan-sanjungan diucapkan dari orang-orang penting itu. Â Bahkan kejutan hadiah juga dipersembahkan
Rakyat jelata macam aku sudah pasti tak kan terlihat, tak diperhitungkan dan tak kan diingat. Ketika ada moment foto berdua , ingin rasanya aku menghampiri lalu berpose. Namun kutahan karena jika kulakukan, beuh bisa kacau. Orang-orang pasti meledek, lebih tepatnya sih bercanda. Namun lama-kelamaan aku juga merasa risih dengan candaannya. Akhirnya kuputuskan diam saja sambil melihat beberapa orang yang sedang berpose dengannya.
Beberapa orang menyenggolku.
"Sedih, ya. Cieee. Kok ga foto bareng"
"Dih. Apaan sih. Kaga." Sahutku sambil mencoba menikmati kudapan kue yang sudah disajikan. Padahal dihatiku yaiyalah sedih, perih lagi.
Moment foto bareng-bareng dengan jumlah besar pun tiba. aku tak berharap bisa dekat, karena postur tubuhku tinggi. Aturanya yang tinggi di depan. Kecuali si empunya hajat. Hmmm lagi-lagi aku dibelakang.
Beberapa hari kemudian di group bertaburan WA perpisahan, aku diam saja tak ikut merespon. Karena percuma yang direspon pun udah left dari group. Belum cukup sampai disitu. Suatu hari disore yang tenang aku melihat salah satu status WA yang ada di contact HP ku, tampak membagikan foto bersamanya dan dengan beberapa orang lainnya. Saat itu aku menangis sambil melantunkan hafalan Ar Rahmanku menggunakan irama kurdi yang menyayat-nyayat hati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H