“Keberhasilan belajar diperoleh melalui proses dan proses itulah yang sejatinya mengantarkan pada keberhasilan.”
Keaktifan merupakan salah satu aspek penting yang harus dimiliki oleh peserta didik pada proses pembelajaran. Bila peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran, maka mereka akan memiliki pengalaman belajar yang dapat digunakan untuk mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilan belajarnya sendiri. Keaktifan belajar peserta didik yang rendah inilah yang menjadi salah satu masalah yang dihadapi dalam pembelajaran di SMP Negeri 3 Membalong, tidak terkecuali pada pelajaran IPA.
Hal ini dapat diamati pada proses pembelajaran IPA sehari-hari di mana peserta didik hanya menerima penjelasan materi dari guru, tidak berinisiatif mencari sendiri literatur/bahan bacaan,peserta didik tidak pernah bertanya kepada guru bahkan ketika dipersilahkan bertanya dan mereka tidak aktif saat dilakukan diskusi. Hal ini bersesuaian dengan model pembelajaran langsung yang digunakan oleh guru dan didominasi dengan metode ceramah pada pembelajarannya. Oleh karena itu perlu dilakukan perubahan model pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam pelajaran IPA.
Tantangan yang dihadapi oleh guru untuk meningkatkan keaktifan peserta didik dalam pelajaran IPA sangat besar diantaranya keadaan individu peserta didik yang kurang percaya diri dalam bertanya, menyampaikan pendapat dan menjawab pertanyaan. Selain itu kondisi siswa untuk belajar pasca pandemi yang berbeda di mana mereka kini terbiasa santai sehingga pada saat pembelajaran berlangsung peserta didik mudah mengalami kelelahan dan kebosanan. Tantangan lain secara eksternal adalah lingkungan peserta didik yang tidak kondusif untuk belajar dan pembelajaran yang dilakukan hanya terpusat pada guru sehingga siswa tidak difasilitasi keaktifannya.
Untuk meningkatkan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran, salah satu hal yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan mengubah model pembelajaran langsung yang selama ini digunakan dengan model pembelajaran inovatif yang berpusat pada peserta didik salah satunya Discovery Learning. Untuk mendukung pembelajaran aktif dan menyesuaikan dengan materi IPA, saya menggunakan bantuan media pembelajaran berbasis TPACK yaitu simulasi PhET untuk materi Muatan Listrik dan Gaya Coulomb.
Model Discovery Learning memiliki 6 tahapan utama dalam langkah-langkah pembelajarannya. Langkah pertama guru menayangkan video stimulasi untuk merangsang peserta didik berpikir dan bertanya-tanya mengenai stimulus yang diberikan. Langkah kedua, peserta didik menuangkan pertanyaan tersebut ke dalam lembar kerja yang disediakan. Langkah ketiga, peserta didik melakukan simulasi dengan menggunakan media PhET berdasarkan petunjuk pada lembar kerja.
Data yang muncul dari simulasi kemudian dicatat pada lembar kerja. Langkah keempat, peserta didik dalam kelompoknya mengolah data tersebut dan menjawab pertanyaan yang ada pada lembar kerja. Langkah kelima, tiap-tiap kelompok memverifikasi hasil pengolahan data dan pertanyaannya dengan melakukan presentasi secara bergantian. Pada langkah ini peran guru sangat penting untuk meluruskan konsep dan memberi penguatan tentang materi yang didiskusikan. Langkah keenam, peserta didik bersama-sama menyimpulkan hasil pembelajaran yang sudah dilakukan dipandu oleh guru.
Keaktifan siswa dalam melakukan seluruh langkah tersebut diobservasi oleh observer yang merupakan guru sejawat. Adapun penilaian keaktifan memiliki 8 macam indikator yaitu Visual activities (Kegiatan Visual), Oral Activities (Kegiatan Berbicara), Listening Activities (Kegiatan Mendengar), Writing Activities (Kegiatan Menulis), Drawing Activities (Kegiatan Menggambar), Motor Activities (Kegiatan Motorik), Mental Activities (Kegiatan Mental) dan Emotional Activities (Kegiatan Emosional). Data hasil observasi kemudian diolah untuk dilihat nilai keaktifan secara individu, secara klasikal dan persentase dari setiap indikator keaktifan.
Dampak dari penggunaan model pembelajaran Discovery Learning dengan bantuan media simulasi PhET membuat peserta didik lebih aktif untuk belajar dibandingkan dengan menggunakan metode konvensional yang selama ini digunakan. Hal tersebut dapat dilihat dari indikator keaktifan peserta didik yang meningkat , walaupun masih ada sebagian kecil peserta didik yang masih tidak terlalu terlibat aktif dalam pembelajaran/ tingkat keaktifannya masih dibawah nilai yang diharapkan.
Secara individual, pada pertemuan 1 terdapat 10 peserta didik dengan nilai keaktifan di bawah 70 dan 12 peserta didik dengan nilai 70 ke atas. Pada pertemuan 2 jumlah siswa dengan nilai keaktifan di bawah 70 hanya sejumlah 4 orang dan 18 orang dengan nilai keaktifan 70 ke atas. Secara klasikal, secara rata-rata nilai keaktifan peserta didik dari dua kali pertemuan pada siklus ini menunjukkan nilai keaktifan di atas 70. Bila dilihat dari 8 indikator keaktifan yang digunakan yaitu Kegiatan Visual, Kegiatan Berbicara, Kegiatan Mendengarkan, Kegiatan Menulis, Kegiatan menggambar, Kegiatan motorik, Kegiatan mental, Kegiatan emosional, dari dua kali pertemuan pada siklus ini hampir semuanya mendapatkan peningkatan persentase di atas 70% dari pertemuan 1 ke pertemuan 2, kecuali kegiatan mental.
Dari dua kali pertemuan pada siklus ini hampir semuanya mendapatkan peningkatan persentase di atas 70% dari pertemuan 1 ke pertemuan 2, kecuali keaktifan mental. Berdasarkan hasil-hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Discovery Learning dengan bantuan media simulasi PhET dapat meningkatkan keaktifan peserta didik pada pelajaran IPA di SMP Negeri 3 Membalong.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H