Perkembangan sastra Minangkabau merupakan bagian dari kekayaan dan keberagaman sastra Indonesia. Sastra Minangkabau yang berasal dari suku Minangkabau di Sumatera Barat mempunyai tradisi yang panjang dan berpengaruh dalam sejarah sastra Indonesia. Pada abad ke-20, sastra Minangkabau mulai mengalami modernisasi. Beberapa sastrawan seperti Chairil Anwar yang berasal dari Minangkabau mempunyai peranan penting dalam perkembangan sastra Indonesia modern yang turut mempengaruhi sastra Minangkabau. Meski kaya akan sejarah dan tradisi, sastra Minangkabau juga menghadapi banyak tantangan. Salah satunya adalah berkurangnya jumlah penulis yang menggunakan bahasa Minangkabau sehingga mengancam keberlangsungan karya sastra tersebut. Modernisasi dan globalisasi juga memberi tekanan pada budaya dan sastra tradisional. Perkembangan sastra Minangkabau menjadi contoh bagaimana warisan dan nilai-nilai budaya lokal dapat berkembang dan beradaptasi terhadap perubahan zaman namun juga menghadapi tantangan era globalisasi. Meski demikian, sastra Minangkabau tetap menempati posisi penting dalam sastra Indonesia dan warisan budaya Minangkabau.Perkembangan sastra Minangkabau mulai dari sastra lisan hingga sastra tulisan yang berupa naskah dan berupa buku cetakan.
Pada mulanya kehidupan sastra minangkabau berupa sastra lisan yaitu sastra yang disampaikan dari mulut ke mulut kemudian diwariskan secara turun temurun dan menjadi ciri khas setiap daerah di Minangkabau. Sastra lisan adalah suatu bentuk sastra yang melibatkan pengumpulan penyanyi dan pendengarnya, dan menyajikan karya sastra secara lisan. Hal ini dilakukan dengan dua cara dengan menyanyi dan dengan membaca.Sastra lisan Minangkabau mempunyai tema-tema yang bersifat Islami dan non-Islam. Contoh sastra lisan bertema Islam antara lain Salawat Dulang, Baikayaik, dan Badikia, sedangkan sastra lisan bertema non-Islam antara lain kaba-kaba yang dinyanyikan atau dibawakan dalam Randai dan Bagurau (suatu bentuk nyanyian yang melibatkan pertukaran pantun sambil diiringi oleh suara saluang).
Selanjutnya, sastra tulis Minangkabau adalah jenis sastra yang ditulis dalam bahasa Minangkabau dan dipelihara dalam masyarakat Minangkabau.Sastra tulis Minangkabau terdiri dari dua jenis, yaitu kaba klasik dan kaba modern. Kaba klasik ditulis dalam bentuk sajak seperti pantun dan berisi cerita-cerita yang disampaikan oleh tukang kaba dengan iringan yang melakukan pertunjukan rebab. Beberapa contoh kaba klasik tersebut adalah Sabai nan Aluih, Cindua Mato, Talipuak Layua, Anggun Nan Tungga, Si Umbuik Mudo, Gadih Rantih, dan lain-lain. Kaba modern, di sisi lain, ditulis dalam bentuk prosa dan lebih banyak mengangkat tema-tema aktual dan sosial.
Jenis-jenis sastra Minangkabau
- Mantra
Mantra merupakan karya sastra yang mencerminkan keyakinan masyarakat Minangkabau terhadap kesejahteraan umum dengan menggunakan kata-kata yang mempunyai unsur mistis.Masyarakat Minangkabau biasanya menggunakan mantra dalam berbagai kesempatan, di antaranya pada waktu panen supaya panenmelimpah, pada waktu berburu supaya buruan banyak hasilnya, pada waktu mengobati orang sakit, pada waktu menyemaikan benih supaya tanaman subur, dan pada waktu orang ingin berbuat jahat untuk mencelakakan orang.
- Pantun
Pantun merupakan karya sasta minangkabau yang sering diucapkan dalam berbagai kesempatan.Pantun terdiri atas empat baris, bersajak a b a b, dua baris awal berupa sampiran dan dua baris akhir berupa isi. Dalam budaya Minangkabau, pantun digunakan untuk berbagai keperluan, misalnya dalam menceritakan kisah kaba, persembahan, pidato adat, maupun dalam nyanyian.
- Talibun
Talibun adalah salah satu bentuk puisi tradisional dalam sastra Minangkabau yang mirip dengan pantun, namun lebih dari empat baris dan selalu berjumlah genap, misalnya enam, delapan, sepuluh, atau dua belas. Talibun pada umumnya terdiri atas sampiran (pembukaan) dan isi (badan), serta mempunyai skema rima yang terstruktur. Talibun sering digunakan dalam berbagai konteks, seperti dalam perayaan adat, upacara pernikahan, atau dalam penyampaian pesan-pesan moral dan sosial.
- Pepatah-Petitih
Pepatah-petitih adalah suatu kalimat atau ungkapan yang mengandung pengertian yang dalam, luas, tepat, halus, dan kiasan. Pepatah-petitih ini lahir karena kecenderungan watak masyarakat minangkabau yang sering menyampaikan sesuatu dengan sindiran. Fungsi utama pepatah-petitih adalah nasihat. Pepatah petitih dalam masyarakat Minangkabau biasanya disampaikan dalam berbagai konteks dan situasi, tergantung pada kebutuhan dan peristiwa tertentu, misalnya dalam upacara adat, pertemuan keluarga, pertemuan masyarakat, atau bahkan dalam percakapan sehari-hari.
- Syair
Syair adalah puisi yang terdiri atas empat baris, bersajak a a a a, dan keempat barisnya berupa isi. Dalam budaya Minangkabau, syair sering digunakan untuk menyampaikan pelajaran moral, ajaran agama, dan peristiwa sejarah. Itu juga digunakan untuk mengekspresikan cinta, kerinduan, dan emosi lainnya. Syair biasanya diucapkan dalam bahasa Minangkabau yang merupakan dialek bahasa Melayu. Syair dapat dibawakan secara tunggal atau berkelompok, dan sering digunakan dalam upacara dan perayaan adat.
- Hikayat
Hikayat adalah bentuk sastra prosa yang populer di Minangkabau. Hikayat biasanya berisi tentang kisah-kisah heroik atau keagamaan. Beberapa contoh hikayat Minangkabau yang terkenal antara lain "Hikayat Malim Deman" dan "Hikayat Pande Rokan".
- Cerita Rakyat
Cerita rakyat Minangkabau biasanya berisi tentang kisah-kisah heroik, keberanian, dan kejujuran. Beberapa contoh cerita rakyat Minangkabau yang terkenal antara lain "Bujang Sambilan", "Malin Kundang", dan "Sitti Nurbaya".
- Drama