Mohon tunggu...
Lathifah Edib
Lathifah Edib Mohon Tunggu... Penulis - Editor

Perempuan nokturnal, suka keluyuran di jalanan, dan berburu bebek goreng.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jero Wacik di Mata Keluarga dan Warga Desa Batur

14 April 2016   12:35 Diperbarui: 14 April 2016   12:47 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Katanya Pak Jero punya banyak vila?” tanya salah satu tim.

“Dulu, orang tua Pak Jero punya usaha vila, tapi terjual semua untuk biaya ngaben,” jawab I Wayan Kormat, saudara tiri Jero Wacik.

[caption caption="Kediaman Jero Wacik yang sederhana. Dok.pri"]

[/caption]“Kami ini dari keluarga sederhana dan berpendidikan sederhana. Tidak benar berita yang bilang kami kaya setelah Pak Jero jadi menteri. Ya, tetap begini saja. Kerja di kampung tanpa jabatan tinggi. Bahkan, sewaktu Pak Jero masih berkerja di sebuah perusahaan sebagai direktur, dia diberi jatah untuk merekrut keluarganya sebagai karyawan. Tidak dimanfaatkan itu jatah. Lah, Pak Jero dan kami pun tahu diri, lah. Cuma tamatan SMP,” ucap salah satu kerabat Pak JW sembari tertawa pelan.

[caption caption="I Wayan Andok dan I Wayan Kormat (Guru Kormat). Dok.pri"]

[/caption]“Pak Jero itu dari dulu pengusaha. Pengusaha di bidang pariwisata di Bali. Jauh sebelum jadi menteri, dia sudah punya banyak harta. Dia dari dulu memang sederhana. Mana pernah berniat membangun rumah ini jadi mewah. Beginilah rumahnya. Kalau dia pulang kampung, tidurnya ya di bale dan rumah ini atau tidur di Pura Bukit Mentik,” ucap I Wayan Andok. Dalam proses persidangan pun hakim sudah memutuskan mengembalikan beberapa harta dan rekening Jero Wacik karena hartanya sudah terkumpul banyak jauh sebelum Jero Wacik jadi menteri.

I Wayan Andok adalah seorang sahabat Jero Wacik yang menguasai lima bahasa karena diajak Jero Wacik “berkelana” ke Bandung. Jadi, Pak Andok ini hanya lulusan SR (Sekolah Rakyat), tapi karena mengikuti Jero Wacik kuliah di Bandung, dia pun belajar otodidak sehingga bisa menguasai lima bahasa asing. “Saya tahu bagaimana kehidupan Jero Wacik. Tuduhan berfoya-foya itu sama sekali tidak benar. Pak Jero itu paling suka makan di rumah, tidak suka makan di restoran, kecuali terpaksa. Saya pikir, tuduhan itu tidak berdasar,” lanjut Pak Andok.

[caption caption="Tim #SobatJW berbincang dengan kerabat Jero Wacik. Dok.pri"]

[/caption]“Apa banyak wartawan yang datang ke sini setelah Pak Jero ditahan?” Saya bertanya.

“Banyak sekali. Setiap ada wartawan datang, kami terima di tempat ini. Tapi, kami kecewa. Mereka datang dan bertanya, kami pun menjawab apa adanya. Namun, tidak ada satu pun wartawan yang memberitakan seperti apa yang kami sampaikan. Semua diputarbalikkan dan tidak sesuai fakta,” kata I Nyoman Wela, pemilik warung kopi yang merupakan tetangga Jero Wacik. Jero Wacik sering ngopi di warungnya.

Banyak kisah yang kami dapatkan di hari pertama berbincang dengan kerabat dan tetangga Pak Jero. Ini hanya sekilas kisah. Nantikan kisah selanjutnya. Baik kisah dengan keluarga, para sahabat Pak Jero, para tokoh agama, tokoh akademisi, dan pengusaha Bali.

 [caption caption="Foto bersama sebelum berpisah. Latar pura keluarga Jero Wacik. Dok.pri"]

[/caption]Bersambung.

Jogja, 130416

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun