Tulisan ini saya temukan dalam sebuah Media Sosial dan mengingatkan saya tentang Kultur Indonesia yang begitu erat Hubungan Persaudaraan dan kekeluargaan serta pertemanan , bahkan masalah persoalan idologi atau Keyakinanpun kadang kala dengan kata Kerabat atau persaudaraan
tapi sebagai seorang Pemimpin ditengah tengah masyarakat majemu ini peristiwa itu ,sAYA Â tidak mau melihat dari sisi PEMBENARAN namun dari Sisi KEBENARAN Â Jika dikatakan dia seseorang yang namanya Pemimpin.
Saya teringat ketika  beberapa puluh tahun lalu ketika saya bertemu Salah seorang  sahabat saya,  dia salah satu tokoh di  adat  tanah papua pada waktu itu kami bertemu ditempat kediamannya di daerah Sabron yaitu Distrik Sentani Barat saya mengatakan begini pada dia " Kakak sangat sulit mempersatukan untuk mencapai  cita cita Kemerdekaan hidup , menuju kemerdekaan saja sangat sulit apalagi mencapai kemerdekaan oleh karena terlalu banyak orang yang mau jadi pemimpin dan yang dipimpin pada akhirnya hilang tertelan bumi , dia pun sambil tertawa tunduk  tertegun dengan muka murung sambil menatap kelangit-langit rumahnya yang sangat sederhana itu , rumah itu rumah berkat walaupun tidak seperti limpahnya harta kekayaan yang dihasilkan tanah papua.
Dan ketika saya membaca Tulisan Ibrahim Peyon , Ph.D  orang yang saya juga belum  kenal namun dilihat dari Gelar dan narasi tulisannya gambaran saya tentang  perkataan puluhan tahun yang lalu ternyata sirna  dan pupus sudah , tapi apakah harapan itu masih ada.......................????
Hanya waktu yang menjawabnya  dan semua  itu nantinya anak-anak Papau yang menentukan masa depan mereka semuanya berpulang dan terletak pada kepemimpinan dan moral dari  seorang pemimpin agar tanggung jawab terhadap dipimpinnya ada dalam diri dan keputusannya.
Ibrahim Peyon , Ph.D bukanlah  menagih janji tapi memberi pesan Moral untuk Rakyat Papua dan Khususnya pemimpin-pemimpin masyarakat  Papua di masa mendatang bahwa dengan lahirnya generasi per generasi yang terdidik seperti Saudara Ibrahim Peyon , Ph.D.
Dan oleh karena itu saya sajikan kelengkapnya  Tulisan beliau tersebut paling tidak curahan hatinya  dan menjadikan inspirasi moral buat anak-anak papua dan intelektual Papau dimasa mendatang.
 KISAH INIpun  DIMULAI ......!!!!!!!!
Tahun 2013-2014 saya diminta oleh ibu Yoliti Yulce Wenda Enembe ( Ibu Gubernur sekarang) untuk membantu mengatur strategi politik kemenangan calon Gubernur, tim kecil ini dikoordinir oleh Ibu Yulce  Enembe sendiri. Kami kerja tanpa imbalan apa pun hanya karena sebagai solidaritas sesama orang gunung.Â
Menurut saya, Lukas Enembe terpilih, dia akan tampil sebagai orang Papua untuk memimpin tanah ini tanpa membedakan latar belakang apapun, dan menciptakan keadilan bagi semua orang. Hanya itu, harapan saya dan teman-teman yang terlibat dalam tim kecil kemenangan Lukmen itu. Sesudah Lukmen menang, saya tinggalkan Papua menuju Eropa untuk waktu yang lama.
Selama dua periode ini, saya mengikuti melalui media masa semua kebijakan yang dilakukan oleh Gubernur Enembe dan saya mengapresiasinya. Beberapa gebrakan telah dilakukan adalah sejarah baru dan monumental untuk provinsi ini selama 50 tahun terakhir, seperti pembangunan station, pembangunan rumah sakit, rumah Gubernur, dan rencana pembangunan kantor gubernur 10 lantai.