"Fis, kenapa sepatunya dijinjing, Nak? Kan kakinya bisa kepanasan." Kataku sambil tetap menatap tangannya. Hafis yang sekarang berada di depanku berhenti dan menoleh sembari tersenyum kepadaku.
"Aku lebih sayang sepatu daripada kaki, Buk. Nanti kalau sepatu ini rusak, aku tak lagi bisa sekolah". Jawab Hafis mantap dan tanpa beban, lalu berlalu dari hadapanku.
Tertegun aku tak bisa bicara apa-apa. Sedih, malu, bangga sekaligus bahagia telah belajar banyak hal dari anak ini. Kuperhatikan langkah kaki Hafis, yang tetap kuat menahan panasnya aspal demi secercah ilmu. Dan pastinya demi keluarga dan masa depannya. "Kamu pantas dapatkan masa depan yang lebih baik, Nak", batinku.
Â
Linggau, 21 November 2015
Sepenggal kisah  Membantu Menaklukkan 6 Km Demi Menggapai Impian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H