Mohon tunggu...
las tri
las tri Mohon Tunggu... Pegawai Negeri Sipil -

ketika kumulai langkah dari nol, aku tau bahwa hidup itu perjalanan , dan setiap perjalanan butuh perjuangan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Surat Cinta untuk Ayah

12 November 2015   23:13 Diperbarui: 12 November 2015   23:13 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

["Sumber Gambar: sufimuda.net"]Kepada Ayahku Tercinta,

Senja ini tampak merah, anginnya berdesir halus di telingaku. Selembut belaimu waktu tangan mungilku mulai manja memegang jemarimu. Langit begitu biru, indah mempesona layaknya langkahmu ketika mengejar waktu. Matahari begitu cerah semanja suaramu ketika asik bermain denganku. Udaranya begitu sejuk, sebersih hatimu ketika mengharapkan kehadiranku.

Ayah...

Senja ini tampak gagah, sekuat tangan besarmu. Tak ada keraguan tampak bagiku. Ketegasan garis langit ini mengingatkanku kuatnya perjuanganmu. Nyiur itu begitu pelan melambai, tapi tetap bersahaja dalam pandanganku. Daunnya yang meliuk mengingatkanku akan kelincahanmu dalam menjagaku. Suara burung itu merdu, mengingatkanku akan semua nasehat yang pernah kau beri untukku.

Ayah...

Aku lepas memandang langit senja ini. Sejauh mata ini memandang, semakin jauh hatiku bergetar. Rindu teguranmu, rindu kasih sayangmu. Aku begitu ingat kau duduk termangu, menikmati senja. Menatap jauh ke depan. Tak ada kata, tak ada suara. Punggungmu kau sandarkan. Sorot mata tak lagi tajam. Tangan tak lagi kokoh. Rambutmu mulai memutih. Ayah seolah kalah dengan matahari senja itu. Garis wajah makin lekat di mukamu. Keriput itu membuatku ingin memelukmu.

Ayah...

Kini aku jauh darimu. Tak lagi dapat menatap matamu. Tak lagi melihat kelelahanmu. Tak lagi memandang sinar harapanmu. Namun ku tau, aku slalu dalam doamu. Aku sadar ayah, kadang aku khilaf dan berbuat salah padamu. Aku tak terlalu dekat denganmu. Kadang aku tak pedulikan perjuanganmu. Kadang aku juga tak punya waktu untukmu. Aku juga kurang sadari kehadiranmu. Maafkan aku ayah.

Tapi ayah...

Aku tau, kau menyayangiku. Aku tau tulusnya hatimu. Aku tau kau menyimpan lelah demi kebahagiaanku. Aku tau kau tahan sakit demi kesehatanku. Aku tau kau punya sejuta harapan padaku. Meski ayah tak pernah ungkapkan padaku, tapi aku tau semua itu. 

Ayah.....aku merindukanmu...bahkan dalam diamku...

Aku mencintaimu ayah.

 

Linggau, 12 November 2015

Teruntuk Ayah di Padang

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun