Ingatlah bahwa ikatan akan terbentuk jika ada tujuan yang sama. Untuk melatih kekompakan dan kerjasama kakak-adik, buatlah tantangan bagi mereka untuk melakukan sesuatu bersama dan tetapkan tujuan yang menyenangkan, misalnya hadiah mainan atau jalan-jalan. Sepakati hal ini bersama, jika perlu buat 'toss' sebagai tanda persetujuan.
Buat tantangan selengkap mungkin dengan syarat-syaratnya agar anak mengerti betul apa yang harus dilakukan, misalnya saja, “Minggu depan, ayah-ibu akan mengajak kalian ke kebun binatang tapi dengan satu syarat bahwa dalam satu minggu ini kalian tidak boleh bertengkar atau berebut mainan, tidak boleh ada yang menangis atau marah. Semua akur, main dengan cara berbagi bersama.”
Jika anak-anak masih terlalu kecil atau hal ini baru dilakukan pertama kali, maka di awal perjanjian orangtua boleh menyatakan keleluasaan dengan memberi 2 kali dispensasi misalnya. Jika lebih dari 2 kali syarat diingkari, maka hadiah akan tertunda untuk minggu selanjutnya. Atau jika perlu, hukuman bersama pun ditetapkan jika mereka gagal mencapai tujuannya.
Ajarkan Negosiasi dan Tanggung Jawab
Peran orangtua adalah sebagai pembimbing anak-anak dalam proses belajar mengenal benar atau salah, juga dalam memahami arti negosiasi untuk mencapai kesepakatan bersama yang memuaskan.
Sebagai contoh, misalnya saja anak-anak sering bertengkar berebut mainan. Berikan alternatif kepada mereka, mau bermain bersama atau main bergantian setiap 5 menit misalnya. Dengan aturan tambahan, ada hadiah bagi siapa yang mengalah bermain belakangan yaitu mendapat ekstra 2 menit lebih lama pada putaran pertama.
Contoh lain, ketika tiba-tiba kakak lewat dan merebut mainan adik hanya untuk menarik perhatian, membuat adik menjerit kesal dan menangis keras. Katakan kepada kakak untuk bertanggung jawab mendiamkan tangis adiknya.
Biarkan Mereka Mengatasinya
Dalam menjalani proses demi proses perbaikan hubungan kakak-adik ini, sebaiknya pendampingan orangtua tetaplah ada terutama pada tahap awalnya. Namun, bukan berarti orangtua harus selalu menjadi penengah atau hakim di antara keduanya. Jika kemudian mereka telah terbiasa dengan proses-proses sebelumnya, sekarang saatnya untuk memberikan kesempatan bagi mereka mengatasi sendiri masalahnya.
Orangtua harus berani berkata, “jika kalian ada masalah yang sama seperti ini, kalian sendiri yang mengatasinya.” Dengan ketegasan ini, anak akan belajar mempertimbangkan resiko dan konsekuensi sebelum menciptakan masalah.
Jika hubungan baik senantiasa terjaga, anak-anak akan tumbuh sebagai pribadi yang saling menyayangi, melindungi, dan bekerjasama dalam banyak hal. Tidak perlu risau jika terkadang masih ada selisih antara mereka, karena dengan kasih sayang dan pengertian yang telah tertanam, mereka akan mampu mengatasinya.