JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 3.2
                                          PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA
NAMA CGP ANGKATAN 7 Â Â Â : LASMINAH, S.Pd.
NAMA FASILITATOR Â Â Â Â Â Â Â : SUYATNO, M.Pd.,M.Kom
NAMA PENGAJAR PRAKTIK : IKA VIDIASARI ARISTAWATI, S.Pd.
PERISTIWA (FACTS)
Materi pada modul ini, akan membahas tentang sekolah sebagai ekosistem, yaitu sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup).Â
Ekosistem merupakan sebuah tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Biasanya sebuah ekosistem mencirikan satu pola hubungan yang saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan tertentu. Unsur biotik dan abiotik akan saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Faktor-faktor biotik terdiri dari : murid, kepala sekolah, guru, staf/ tenaga kependidikan, pengawas sekolah, orang tua, masyarakat sekitar, dinas terkait, dan pemerintah daerah. Sedangkan faktor-faaktor abiotik terdiri dari : keuangan, sarana dan prasarana, dan lingkungan alam.Â
Pada kegiatan selanjutnya, kita akan belajar tentang Pendekatan Berbasis Kekurangan/ Masalah (Deficit-Based Approach) dan Pendekatan Berbasis Aset/ Kekuatan. Pendekatan berbasis kekurangan/ masalah akan memusatkan pada apa yang kurang, yang tidak berfungsi baik, dan pada apa yang mengganggu, yang mendorong cara berpikir negatif sehingga menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih. Sedangkan pendekatan berbasis kekuatan merupakan sebuah cara yang praktis untuk menemukenali hal-hal positif dalam kehidupan. Selain itu, materi modul ini juga berisi karakteristik komunitas yang sehat dan resilien, serta 7 aset/ modal dalam komunitas antara lain : modal manusia, modal sosial,modal politik ,modal agama/ budaya, modal fisik, modal lingkungan/ alam, dan modal finansial.
PERASAAN (FEELINGS)
Apa yang saya rasakan ketika mempelajari materi pada modul ini adalah rasa gembira karena materi yang disajikan tidak terlalu banyak. Meskipun materi tidak banyak, namun membutuhkan pemikiran yang mendalam agar mampu mencermati materi ketika harus memetakan sumber daya daerah dan pemanfaatannya secara efektif. Selain itu, saya juga merasa bahagia dan bersyukur karena banyak mendapatkan ilmu baru tentang peran seorang pemimpin dalam mengelola sumber daya untuk menigkatkan kualitas pendidikan yang berpusat pada murid. Saya juga merasa senang karena pada saat melakukan kegiatan di ruang kolaborasi, saya menjadi paham dan mampu mengenal aset/ kekuatan yang ada di daerah saya Trenggalek yang bisa dimanfaatkan secara optimal untuk proses pembelajaran.