Jakarta, ibu kota Indonesia, adalah pusat bisnis, politik, dan budaya. Kota ini dibangun dan berkembang dengan banyak cerita unik di balik gedung pencakar langit, jalan protokol yang sibuk, dan modernisasi yang terus berkembang. Salah satu kisah menarik yang jarang diketahui tentang hubungan antara pembangunan Jakarta dan keuntungan dari perjudian kasino selama era Presiden Soekarno adalah kisah yang menarik.
Kasino dan Pembangunan Kota
Jakarta mengalami transformasi besar-besaran selama tahun 60-an. Sebagai presiden pertama Indonesia, Soekarno berusaha menjadikan Jakarta sebagai etalase Indonesia dan kota kontemporer yang dapat dibanggakan di dunia. Namun, sementara keuangan negara saat itu tidak stabil, membangun infrastruktur seperti stadion, jalan raya, dan fasilitas publik tentu memerlukan banyak uang.
Mendirikan kasino legal adalah salah satu cara untuk mengatasi kekurangan dana ini. Kasino ini beroperasi secara terbuka di beberapa tempat di Jakarta, dan keuntungan darinya digunakan untuk membangun. Stadion Gelora Bung Karno (GBK) adalah salah satu contoh paling ikonik dari hasil pembangunan yang dikatakan sebagian didanai oleh pemasukan dari kasino.Â
Kontroversi dan Kritik
Kebijakan untuk membuka kasino mendapat banyak kritik, meskipun strategi ini terlihat masuk akal. Mereka yang konservatif dan religius menganggap perjudian sebagai sesuatu yang bertentangan dengan etika negara, sedangkan nasionalis khawatir bahwa legalisasi kasino dapat berdampak buruk pada budaya negara lain.
Namun, Soekarno memiliki perspektif yang berbeda. Ia melihat perjudian sebagai "kejahatan terkendali" yang dapat digunakan untuk tujuan yang lebih besar, yaitu pembangunan bangsa. Dalam pidatonya, ia sering menekankan bahwa pembangunan Jakarta adalah langkah strategis untuk menunjukkan kekuatan Indonesia di kancah internasional, terutama menjelang Asian Games 1962.Â
Jejak yang Tersisa
Kebijakan perjudian ini dihentikan setelah era Soekarno berakhir, terutama selama pemerintahan Soekarno yang berfokus pada prinsip agama dan moralitas. Kasino ditutup, dan namanya secara bertahap hilang dari ingatan masyarakat. Warisan pembangunan yang didanai oleh kasino, bagaimanapun, masih bertahan hingga hari ini.
Kebijakan kontroversial ini membantu modernisasi Jakarta, seperti yang dapat dilihat di Stadion Gelora Bung Karno dan kawasan Sudirman-Thamrin. Sebagian orang melihat kisah ini sebagai pengingat bahwa pembangunan sering kali melibatkan persetujuan antara pragmatisme dan idealisme.Â