Assalamualaikum Wr Wb..
Pembaca,
Awalnya merasa plong setelah mengemukakan uneg-uneg di tulisan pertama. Namun ada bagian kecil dari diri penulis menyalahkan kekurangajaran menertawai dan mengata-ngatai orang-orangtua di komplek kita. Dengan demikian penulis memohon maaf sedalam-dalamnya.
Adapun apa yang ditulis benar-benar ungkapan dari keresahan banyak warga yang melihat sekeliling tidak empati, tutup kuping, tutup telinga. Maka dari itu penulis akan lebih santun mengemukakan fakta-fakta selanjutnya. Apa yang ditulis benar-benar bukan asumsi apalagi fitnah, melainkan fakta yang orang-orang tidak tau (atau tidak mau tahu).
Perlu penulis akui bahwa salah satu yang memecah belah masjid adalah keberadaan (Ustad) Yusuf. Dia hadir di Bona sekitar tahun 93', sebagai pemuda sholeh, tampan dan mumpuni. Banyak warga menginginkan dia sebagai menantu. Namun siapa dia?
Gejolak ketidaksukaan sebenarnya sudah terjadi pada medio 96' saat beberapa bapak akhirnya memberontak dari pengajaran (Ustad) Yusuf yang agak ngaco. Bahkan anak-anak yang saat ini sudah jadi orang dulu pernah terheran-heran bahwa guru ngajinya menyatakan bahwa surat Abasa adalah surat hoax.
Astaghfirullah...
Makin banyak kejanggalan, makin banyak tanda-tanda bahwa dia menganut islam alternatif dengan aliran yang tidak sama dengan orang kebanyakan. Penulis sendiri tidak mau menyebut apa, biar warga yang menjawab, biar mikir!
(Ustad) Yusuf beberapa kali dipertahankan oleh yayasan diantara gelombang protes dan keinginan banyak pihak memberhentikan dia. Dia mustinya hanif, sebagai orang yang diaku dan mengakui dirinya guru, mustinya paham ketidaksukaan banyak orang, dan menyebabkan keterbelahan dan bisa dengan bijak mundur demi meminimalisir keburukan. Toh dia punya kompetensi yang dibutuhkan orang banyak. Apa yang membuat dia bertahan dan dipertahankan?
Adapun yang terbaru, setelah pergantian DKM, tanpa pengusiran, (Ustad) Yusuf keluar dari kamarnya dengan barang-barangnya. Beberapa orang berseru mengenai kepemilikan masjid beberapa barang yang dikeluarkan olehnya. Barang-barang itu ditumpuk didepan kamarnya, dilalah tampaklah sesuatu...
Sungguh ini adalah cara Allah Azza wajalla membuka tabir dengan caraNya : bahwa diantara tumpukan barang-barang itu ada sebuah lukisan khas aliran islam yang (diisukan) dianut oleh (Ustad) Yusuf. Gambar sebuah bahtera bertuliskan kaligrafi lafaz Allah, dengan nama Muhammad dan Ali sejajar, kemudian dibawahnya ada tulisan Fathimah, dan paling bawah nama Cucu Baginda Rosulullah, Hasan dan Husain. Khas sekali, gambar ini dimiliki oleh banyak rumah di Iran dan Pakistan.
Sungguh tak ada masalah dengan aliran agama apapun, namun pahamilah bahwa TIDAK LAYAK masuk, menyamar dan berpura-pura kemudian menjadi biang kerok di suatu komunitas agama yang damai. Kulturasi macam ini yang harusnya tidak ditoleransi. Jangan teriak fitnah dan terus bermimikri. Besar hatilah mengakui kepercayaanmu wahai Yusuf.
Pembaca yang budiman.
Apapun yang ditulis di artikel ini sama sekali tidak perlu dukungan, tidak perlu juga anda percayai sepenuhnya. Silakan dihujat, tapi jawab sendiri dalam hati apakah tulisan ini salah? Dan silakan cek kebenaran cerita lukisan itu ke beberapa jamaah masjid yang melihat gambar tsb dan memotret gambar tersebut sebagai barang milik Yusuf yang tidak akan lagi penulis panggil "Ustad". Karena Gambar tersebut terlalu menodai hati, betapa kita mencintai khulafaurrasyidin namun tidak akan bisa menyetarakan dengan Rosulullah.
Sekali lagi,
Mari berpikir, analisis, dan rangkum. Maka kita sudah sedikit menyelesaikan tugas kita sebagai manusia yang diberi otak dengan ribuan gyrus dan sinaps yang dengan luar biasa Allah ciptakan sebagai kelebihan.
Wallohu alam bisshowab
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H