Sejarah, selain disebut the past events, juga dapat disebut reinkarnasi events atau pengulangan peristiwa. Bermakna peristiwa yang pernah terjadi muncul kembali. Yang berbeda hanya aktor, waktu dan tempat. Tetapi, substansi event-nya sama, meskipun alur kisahnya tidak persis sama.
Sejarah dibentuk oleh orang -- orang yang mengambil tindakan pada era-nya (pelaku). Orang-orang akan cenderung  melakukan apa yang  diyakini benar. Orang-orang seperti ini  adalah arsitektur sejarah, dan membentuknya dengan suka dan duka. Belajar sejarah akan menambah pengetahuan, dan mengambil hal positif dari peristiwa itu.
Fakta dualisme kepemimpinan PB HMI  yang muncul saat ini, secara genetics bukanlah hal baru. Peristiwa model ini pernah terjadi di pentas sejarah HMI pada kurun waktu 72 tahun  silam. Dualisme kerap mewarnai setiap kepengurusan PB HMI. Sejak pertama kali HMI didirikan, dualisme sudah mulai menyemai tunasnya dengan rapi. Meskipun tak bisa dipungkiri sulit untuk dilihat dan diamati. Tapi dualisme itu tetap menyeringai dan dengan santai mengamati monentum yang tepat untuk tumbuh dan berkembang biak.Â
Akar dualisme dapat dilacak dan dieksplorasi. Secara historis, hal ini penting untuk dipelajari dan ditemukan semangat dan hasrat dibalik peristiwa tersebut. Setiap peristiwa selalu terkait dengan zaman, baik ide, motivasi maupun ekspektasi. Dualisme bukanlah ekspektasi elegan dalam organisasi, tetapi behaviour dangerous. Perilaku ini berbahaya bagi masa depan, meskipun kontestasi itu melahirkan resolusi dan semangat baru. Namun, tidak berbanding lurus dengan kerusakan moral akademis, konstitusional dan pesimisme.
Dualisme, esensinya adalah konflik, sebab ada muatan tidak terakomodir, apakah itu prosedur, ide, hasrat dan ekspektasi. Sering kali dualisme lahir dari kebekuan berfikir dan terhentinya energi positif. Impact-nya stagnasi organisasi, bahkan menurunnya optimisme organisasi.
Dualisme HMI
Sebelum penulis menguraikan apa yang menggelanyut dalam fikiran, ada baiknya pembaca untuk meresapi dua artikel yang sangat berkontradiksi di bawah ini.
PB HMI Terpecah: Saddam Diberhentikan, Kubu PJS Ketum Dituding Hoaks
Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) terpecah ke dalam dua kepengurusan. Dualisme itu terjadi pasca Respiratori Saddam Al Jihad diberhentikan sebagai Ketua Umum PB HMI berdasarkan hasil rapat Majelis Pengawas dan Konsultasi (MPK) PB HMI pada 9 Januari 2019 di Jakarta.Â
(Dikutip dari https://kabar.news/pb-hmi-terpecah-saddam-diberhentikan-kubu-pjs-ketum-dituding-hoaks)
Sekalipun Daun Berguguran, Saddam Al Jihad Tetap Ketua Umum PB HMI
Menjelang momentum pemilu di tahun 2019, guncangan yang melanda Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) semakin kuat dengan aroma politik. MPK-PB HMI pun turut terjebak dalam konflik kepentingan yang mendegradasi marwah dan stabilitas PB HMI di bawah kepemimpinan Respiratori Saddam Al Jihad.Â
(Dikutip dari https://telusur.co.id/2019/01/sekalipun-daun-berguguran-saddam-al-jihad-tetap-ketua-umum-pb-hmi/)
Sudah paham alasan penulis membuat judul diatas? Penulis tidak akan membahas kronologi dan alur perpecahan dualisme di HMI. Karena pada hakikatnya penulis bukanlah warga PB HMI. Penulis hanya ingin menuliskan keluh kesah atas apa yang selama ini penulis cerna dari media. Utamanya Instagram dan berbagai situs online yang beberapa hari berseliweran di WAG perihal kondisi PB HMI.
Dualisme telah mengajari kita betapa buruknya perilaku itu, seperti yang terjadi di HMI pada masa lalu. Dualisme, ibarat apinya, sedangkan asapnya yakni; Datangi Sekretariat dengan Kemarahan, Rebut Aset, Lapor Polisi, Ketegangan Psikologis, Pesimisme, dan nyaris Duel Fisik.
Inilah sekelumit sejarah dualisme dan konsekuensi yang harus ditanggung. Oleh sebab itu, akhiri dualisme dan bersatulah kembali. Belajarlah dari sejarah kelam itu, dan mulailah menyusun masa depan yang lebih baik. Dualisme tidak menguntungkan organisasi, justru arogansi dan dignity yang melambung.
 Dualisme bukanlah perilaku terpuji, yang prestasi itu adalah soliditas. Dan "bridge" lebih baik dari "wall". Bridge is better than wall, membangun jembatan lebih baik daripada membangun dinding. Insan akademis harus akademis, baik pola pikir, sikap maupun perilakunya. Semoga dualisme bermetamorfosis kepada penyatuan, jayalah HMI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H