Mohon tunggu...
Sulardi
Sulardi Mohon Tunggu... Lainnya - Purnabakti

Dunia jurnalistik, baik media TV maupun cetak bukan hal baru yang saya geluti. Dari situlah kearifan hidup terasah, empati dan simpati terus bersemi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Titik Pemicu Bandung Lautan Api

25 Juli 2024   15:11 Diperbarui: 25 Juli 2024   15:14 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pertempuran Bojongkokosan tidak mendapat porsi dalam buku sejarah nasional Indonesia. Tapi faktanya momentum itu berefek sangat besar baik bangsa Indonesia maupun pihak sekutu. 

Peristiwa penyergapan tentara sekutu oleh para pejuang di desa Bojongkokosan ini  memberi inspirasi dan menambah motivasi para pejuang di Bandung dalam melawan tentara sekutu hingga memunculkan kisah heroik Bandung Lautan Api.

Selama ini banyak orang hanya tahu perjuangan heroisme itu muncul pada peristiwa bandung lautan api. Tapi adakah yang tahu, bahwa pemicu awal dari peristiwa yang menginspirasi munculnya lagu halo-halo bandung itu, tidak lain dimulai dari sebuah desa kecil yang bernama bojongkokosan.

Sementara Inggris sebagai dedengkot tentara sekutu langsung terjadi kehebohan karena jumlah korban yang jatuh di pihak sekutu cukup besar. Salah satu yang tewas adalah seorang perwira tinggi tentara kerajaan Inggris. Muncul perdebatan di parlemen Inggris yang juga menarik perhatian dunia. Akhirnya Inggris membalas perbuatan para pejuang dengan menugaskan angkatan udaranya untuk memborbardir kawasan Cibadak dan Cisaat.

Pencegatan konvoi Tentara Sekutu dari Jakarta menuju Bandung di Desa Bojong- kokosan, Kecamatan Parungkuda, Kabupaten Sukabumi pada 9 Desember 1945 belum dicatatkan dalam sejarah nasional Indonesia

Padahal, peristiwa itu layak disejajarkan dengan peristiwa 10 November di Surabaya.

Pencegatan konvoi di Bojongkokosan itu juga diyakini sebagai peristiwa pembuka Bandung Lautan Api 24 Maret 1946. Pengelola Museum Palagan Bojongkokosan, Sudrajat menuturkan, peristiwa Bojongkokosan terjadi setelah pejuang yang terdiri dari Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan laskar rakyat menerima informasi dari Bogor bahwa pasukan Sekutu akan melakukan konvoi dari Jakarta menuju Bandung. Sebelumnya, pasukan Sekutu sudah mendarat di Kalijati, Subang menggunakan pesawat. Konvoi pasukan itu untuk menambah kekuatan Sekutu di Bandung. Selain itu, mereka juga bertugas mengambil tawanan Jepang yang sudah dalam pengawasan TKR. Ini menyebabkan gelombang perlawanan terhadap Sekutu terjadi di seluruh Pulau Jawa.

Menurut informasi yang diterima pejuang Indonesia, hanya ada dua truk pasukan Sekutu yang akan melalui jalur Bogor-Sukabumi-Cianjur- Bandung.
Kenyataannya, ada sekitar 100 pasukan yang beriringan dengan dikawal kendaraan lapis baja dan senjata modern. Pada pukul 15.00 pasukan Sekutu tiba di jalan yang berada di antara dua tebing di Bojongkokosan.

Kendaraan pengawal terjebak lubang yang sudah disiapkan oleh pejuang. Tembak-menembak pun terjadi hingga

pukul 17.00. Pasukan Sekutu berhasil melanjutkan perjalanan ke Sukabumi. Namun, perlawanan terhadap mereka masih terus terjadi di sepanjang jalan. Hari berikutnya, pasukan udara Sekutu membombardir Cibadak, tempat antara Bojongkokosan dan Sukabumi. Dalam pertempuran Bojongkokosan hingga pengeboman Cibadak.

73 pejuang dan rakyat Indonesia tewas. Sementara itu, 50 tentara Sekutu tewas, 100 tentara luka, dan 30 lainnya hilang. Salah satu perwira Sekutu wilayah Jawa Barat yang namanya hingga kini belum diketahui juga tewas dalam pertempuran itu. Ini yang membuat peristiwa Bojongkokosan menjadi perhatian media internasional waktu itu.

Kendati demikian, ujar Sudrajat, peristiwa yang mengawali Bandung Lautan Api itu hingga kini belum dicatatkan dalam sejarah nasional yang diajarkan di sekolah-sekolah selain di Sukabumi. Di Jawa Barat, peristiwa Bojongkokosan 9 Desember ditetapkan sebagai Hari Juang Siliwangi sejak tahun 2004. Kepala Seksi Museum dan Kepurbakalaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sukabumi, Abdurachman menyebut, sejak bergulirnya otonomi daerah, sudah dilakukan upaya-upaya untuk mendorong peristiwa Bojongkokosan bisa dicatat sebagai salah satu peristiwa sejarah nasional. Saat ini, sudah tak ada alasan lagi pencegatan konvoi pasukan Sekutu di Bojongkokosan itu ditutup-tutupi. Sudah selayaknya semangat perjuangan yang sudah ditunjukkan oleh masyarakat Jawa Barat diakui dalam sejarah nasional. 

Hasil positif mulai didapat dari provinsi Jawa barat yang menjadikan tanggal 9 Desember ini sebagai hari juang Siliwangi. Selain itu untuk mengenang peristiwa tersebut makan pemda setempat juga membangun sebuah monument yang dinamakan Museum Palagan Bojongkokosan***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun