Kawasan ratu boko adalah situs peninggalan kerajaan mataram kuno lebih dari seribu tahun lalu yang merupakan perpaduan corak hindu dan budha
Komplek bangunan purbakala ini pertama kali ditemukan oleh van boekholtz pada tahun 1790.
Berada di atas bukit dengan ketinggian lebih kurang seratus sembilan puluh enam dari permukaan laut
Sebagaimana prambanan dan borobudur situs ratu boko juga merupakan peninggalan masa klasik . Sifat fragmentaris bangunan keraton yang tidak utuh merupakan daya tarik tersendiri
Dan ini menjadi andalan wisata bagi desa plempoh yang coba digiatkan Joko Susanto. Pemuda paruh baya yang dalam kesehariannya bekerja sebagai penjaga loket Candi Borobudur ini tidak kenal lelah untuk memajukan dan mempromosikan potensi alam daerahnya. Meski ia pun sadar membangun desa wisata plempoh seperti yang diimpikannya tidak semudah membalik telapak tangan.
Butuh kesabaran ketekunan dan keuletan untuk merealisasikannya
Meski segudang persoalan membentang di depan mata. Problematika warga yang acuh dengan perubahan modal yang sangat minim tidak menyurutkan langkahnya untuk maju
Delapan tahun sudah ia berjuang merubah wajah desanya untuk memperoleh pengakuan sebagai desa wisata. Sebuah perjalanan panjang dan melelahkan
Baginya sekali tekad diikrarkan pantang untuk dipadamkan sebagaimana ucapan heroik bung karno yang menjadi tokoh idolanya
Kini masyarakat desa plempoh bisa memetik hasil. Desa seluas empat puluh tujuh hektar itu mulai ramai dikunjungi wisatawan. Ada yang ingin mendaki ke candi ratu boko ataupun berburu barang-barang antik yang menjadi koleksi boko gallery.
Disamping eksotisme Situs Candi Ratu Boko, desa plempoh juga memiliki kesenian tradisional Srandul,yang menjadi ciri khas Masyarakat plempoh. Sebuah tarian rakyat yang menjadi benang pengikat dan jati diri warga
Berbekal kesenian tradisional srandul kondisi geografis diantara bukit dan puluhan candi menjadikan plempoh ibarat sebuah desa di bukit seribu candi. Kini desa plempoh dan warga masyarakatnya tidak takut lagi akan terpinggirkan dan tergerus ditengah potensi kekayaan alam yang melimpah ruah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H