Berdasarkan dua pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa wilayah mainland memiliki pengaruh yang besar terhadap hinterland. Meskipun pengaturan wilayah masing-masing kota/provinsi sudah jelas tertulis dalam undang-undang mengenai hak otonomi daerah, namun pada kenyataannya masih sangat jauh dari harapan.Â
Jika kita tarik ke belakang wilayah yang saat ini disebut sebagai nation state Indonesia, sempat memiliki pengalaman historis berhasil dalam mengelola wilayah hinterlandnya.Â
Keberhasilan tersebut terjadi pada masa kerajaan Sriwijaya yang tidak lain merupakan cikal bakal dari Indonesia. Pidato presiden Joko Widodo dalam sidang International maritime organization (IMO) di London Inggris menegaskan bahwa Indonesia memiliki fokus terhadap perkembangan maritim.Â
Hal tersebut dilandasi oleh kondisi geografis Indonesia yang dua pertiga wilayahnya merupakan perairan. Jokowi mengemukakan bahwa Indonesia memiliki misi untuk menjadi poros maritime dunia
[4]. Berdasarkan pidato diatas Kedatuan Sriwijaya cocok untuk dijadikan acuan mengingat kondisi spasial yang hampir sama dan keberhasilan Sriwijaya dalam mengelola wilayah laut namun tidak meninggalkan pengembangan daerah-daerah hinterlandnya. Pada paper ini penulis akan berfokus pada sriwijaya dan pola-pola pengembangan wilayahnya.Â
PEMBAHASAN Dalam banyak cara berbeda-beda, politi Sriwijaya yang berpangkal di Sumatera dapat dijadikan contoh mengenai jenis-jenis masalah yang harus diangkat ketika membahas berbagai pengertian mengenai pusat-pusat, pinggiran-pinggiran dan struktur ruang di dunia melayu dalam abad tersebut.Â
Srivijaya atau yang lebih dikenal dnegan kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan maritime berskala besar pertama di Asia tenggara kepulauan. Sriwijaya tercatat menghasilkan sedikit prasasti yang masing-masing mayoritas dibuat pada masa awal berdirinya kerajaan.Â
Yang sangat menarik dari Sriwijaya adalah prasasti-prasasti pertama yang ditulis dalam suatu bahasa pribumi wilayah tersebut, yakni bahasa melayu kuno (walaupun masih sangat jelas diketahui saduran dari bahasa-bahasa sansekerta) namun dalam tahap ini sebuah mahakarya kebudayaan terbentuk yakni pengembangan bahasa lokal.
[5] Berdasarkan berbagai kajian mengenai Sriwijaya, para arkeolog maupun sejarawan menyimpulkan bahwa Sriwijaya merupakan sebuah kerajaan yang besar atau bahkan imperium
[6]. Penggunaan sumber-sumber sejarah untuk membaca kebesaran Sriwijaya dilakukan atas beberapa upaya diantaranya pembacaan terhadap prasasti-prasasti kuno yang dihasilkan oleh kerajaan-kerajaan Sriwijaya, data-data dari tiongkok yang menyebutkan mengenai Sriwijaya, penggalian arkeolog-arkeolog mengenai kerajaan Sriwijaya yang termutakhir dan pembaca dapat memiliki gambaran mengenai keberadaan kerajaan Sriwijaya serta kebesarannya.
[7] Merujuk pada prasasti pusat Sabongkingking dari abad VII dan salinan-salinannya yang ditaruh di daerah pinggiran, Hermann Kulke menyimpulkan bahwa "staf patrimonial yang mengesankan di pusat tidak boleh disamakan dengan adanya imperium yang sangat luas.Â