Mohon tunggu...
laras pratiwi
laras pratiwi Mohon Tunggu... -

seorang pribadi yang tak luput dari kesalahan, seorang dengan keterbatasan, tetapi ingin terus belajar dan mengembangkan diri.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Globalisasi Sih Apa?

4 Juli 2010   04:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:06 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi teringat kembali masa-masa SD, ketika ada seorang guru yang mengatakan “Kalian semua harus bisa bahasa inggris, karena beberapa tahun lagi kita akan memasuki era globalisasi.” Merasa kurang mengerti pada saat itu, saya hanya mengangguk-angguk mendengar kalimat guru saya tersebut. Padahal dalam hati saya bertanya apa hubungannya antara bahasa inggris dengan globalisasi. Seiring waktu saya pun mulai mencari tahu tentang globalisasi, siapa sih dia? Mau apa dia datang ke Indonesia? Tulisan ini hanya sebuah opini, ulasan, dan tidak lebih untuk mencoba menjawab pertanyaan diri.

***

“Keuntungan dunia baru kini pemimpin industri besar katanya memiliki visi dan misi mulia tapi kejam kepadaku. Mereka menjanjikan dunia di mana setiap orang menjadi kaya, pintar dan muda. Namun seandainya pun aku hidup untuk merasakannya bagiku itu sudah sangat terlambat” (John Philger)

Tak pelak kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang dicapai pada akhir abad ini telah mempengaruhi perkembangan komunikasi internasional. Hal inilah yang menyebabkan terwujudnya agenda yang disebut globalisasi. Globalisasi adalah meluas dan meningkatnya hubungan ekonomi, sosial, dan budaya yang melewati batas-batas internasional. Konsep globalisasi sendiri digagas oleh seorang pemikir sosiologi-agama Roland Robertson dalam The Relativization of Societies: Modern Religion and Globalization. Menurut Robertson (1985:8), globalisasi sebagai sebuah konsep menjelaskan dua pokok persoalan yaitu pemampatan dunia dan intensifikasi kesadaran manusia mengenai dunia ini sebagai suatu keseluruhan.

Lahirnya globalisasi di seluruh dunia adalah akibat tindakan kongres Amerika di bawah pimpinan Presiden Reagan yang menjalankan kebijakan Neo-Liberalisme pada tahun 1984. Perkembangan ini sekaligus telah membentuk suatutatanan dunia baru yang sangat berbeda dan tidak pernah dialami oleh umat manusia pada masa sebelumnya. Tetapi seiringnya waktu, globalisasi mengalami konotasi buruk yang dihubungkan dengan agenda untuk menguasai dunia melalui jalur politik dan tentunya ekonomi dengan disertai aturan-aturan tertentu.

Sebut saja negara adidaya Amerika Serikat yang diyakini memiliki andil besar dalam proses globalisasi. Dalam konteks ini, kemajuan dibidang teknologi telekomunikasi telah dimanfaatkan oleh negara-negara maju, khususnya Amerika Serikat. Hal tersebut guna untuk menyatukan bangsa-bangsa diseluruh dunia dalam agenda yang disebut dengan globalisasi. Informasi pun menjadi sesuatu unsur wajib dalam suatu masyarakat, hal tersebut membuat masyarakat mulai membuka diri dengan media dan komunikasi global.

Apakah istilah peningkatan, keterkaitan dan ketergantungan dimaknai menjadi sesuatu yang bernilai positif? Belum tentu, menjawab pertanyaan seperti itu tergantung kita melihat sosok globalisasi itu sendiri. Globalisasi adalah konsep yang sangat elastis dan dapat dirumuskan melalui berbagai sudut pandang. Bagi negara maju, agenda ini dimanfaatkan sebagai sarana untuk mewujudkan gagasan menyatukan bangsa-bangsa di seluruh dunia. Namun apa yang terjadi, kemajuan teknologi dan informasi justru dimanfaatkan negara maju untuk semakin memperkuat posisi mereka dalam percaturan internasional.

Akibatnya, ketimpangan antara negara maju dan negara berkembang semakin jelas. Bukan hanya dalam persoalan ekonomi, politik, budaya, dan ideologi semata tetapi sudah berkembang pada ketidakseimbangan tata informasi dan komunikasi internasional. Negara maju seakan lebih menguasai tata informasi dan komunikasi internasioanl karena mereka lebih menguasai teknologi.

Negara-negara berkembang sering kali menjadi proyek komunikasi politik negara-negara maju yang cendrung eksploratif dan destruktif. Globalisasi tidak saja mengaburkan batas-batas negara, tetapi juga mengaburkan batas-batas komunikasi, ekonomi, politik, dan budaya antara satu negara dengan negara lainnya. Seperti yang dipahami oleh Jurgen Habermas, bahwa teknologi adalah salah satu faktor mendasar dalam perubahan sosial. Mungkin pengetahuan saya sangat mendasar sekali tentang ulasan globalisasi ini. Tetapi sedikit banyak sudah bisa menjawab pertanyaan-pertannyaan saya. Yah, jahat atau baiknya globalisasi, tinggal bagaimana kita menyikapinya. :D

Robert Jackson & Georg Sorensen. 2005. Pengantar Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 266

Roland Robertson. 1985. The Relativization of Societies, Modern Religion, and Globalization. Dalam T.Robbins, W.Shepherd, and J. Mc Bride (eds). Cut, Culture, and The Law. 31-42. Chicago, California : Scholar Press.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun