2. Membeli sesuatu yang diinginkan terkadang bisa meningkatkan mood atau memberikan "suntikan" semangat baru.
3. Doom spending mungkin bisa berupa pembelian produk-produk yang mendukung tugas sekolah atau pengembangan diri, seperti buku, kursus online, atau alat bantu belajar, yang pada akhirnya dapat memberikan manfaat jangka panjang.
Minus Doom Spending:
1. Doom spending dapat menyebabkan para siswa menghabiskan uang lebih dari yang seharusnya, sehingga mengganggu keseimbangan keuangan pribadi. Hal ini sangat berisiko bagi siswa yang mungkin belum memiliki pendapatan tetap atau tabungan yang memadai.
2. Setelah melakukan pembelian secara berlebihan, kemudian muncul perasaan menyesal karena barang yang dibeli ternyata tidak benar-benar diperlukan. Ini bisa saja malah menambah rasa stres atau frustrasi, terutama jika kondisi keuangan menjadi semakin menipis.
3. Pembelian yang berlebihan akan mengakibatkan adanya perubahan pemakaian dana yang seharusnya digunakan untuk kebutuhan penting, seperti bayar sekolah, transportasi, atau tabungan.Â
Pada jangka panjang, perilaku ini dapat mengganggu stabilitas keuangan, terutama jika perilaku tersebut terus berlanjut.
4. Doom spending hanya memberikan solusi jangka pendek untuk mengatasi stres atau kecemasan yang sementara. Ini tidak menyentuh akar masalah yang menyebabkan seseorang merasa tertekan, sehingga bisa memicu siklus yang berulang tanpa menyelesaikan sumber stres.
Doom spending mungkin memberikan manfaat sesaat, tetapi memiliki lebih banyak dampak negatif jangka panjang, terutama dalam hal keuangan dan kesejahteraan emosional.Â
Bagi siswa, pentingnya mereka untuk belajar mengelola stres dan keuangan dengan lebih bijak agar tidak terjebak dalam siklus doom spending yang merugikan.
Bagaimana cara siswa agar terhindar dari Doom Spending?