Mohon tunggu...
Mayangthika
Mayangthika Mohon Tunggu... Guru - Guru

Mengajar adalah menyentuh kehidupan dengan cara yang tidak terduga, dan menulis adalah cara untuk membagikan cerita dari hati ke hati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nomofobia: Ketergantungan Modern yang Mengganggu Kesehatan Mental

8 Agustus 2024   15:07 Diperbarui: 8 Agustus 2024   15:09 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkan kalian merasa cemas ketika tidak memengang ponsel pintar kalian? atau ketika tiba-tiba sinyal hilang? Mungkin kalian sudah terkena gangguan mental yang disebut Nomofobia.

Pandemi Covid-19 beberapa tahun silam, yang mengharuskan kita semua bekerja dan belajar melalui perangkat ponsel atau komputer yang terhubung dengan jaringan internet memaksa kita untuk beralih ke masa digitalisasi yang lebih intens. Mau tidak mau, kita semua baik dari kalangan pegawai perkantoran, sampai ibu rumah tangga bahkan para siswa pun tidak ketinggalan menggunakan jaringan internet itu untuk keperluan masing-masing.

Saat ini, pandemi sudah berakhir. Namun apakah pemakaian ponsel dan jaringan internet pun juga berakhir? Sepertinya tidak. Bahkan malah berkembang lebih canggih lagi. Banyak dari kita, membeli kuota sudah menjadi salah satu kebutuhan yang penting setelah kebutuhan penting lainnya. 

Ketergantungan, kata yang tepat mewakili untuk keadaan kita sekarang. Saya sendiri pun sekarang semua administrasi guru ada di google drive. Isi agenda harian guru, absen kelas, nilai-nilai sampai semua file penting ada di sini semua. Kalau tiba-tiba sinyal hilang, ya sudah saya tidak bisa mengakses semua itu. Ada sedikit rasa cemas namun masih bisa terkendali, paling semuanya di catat terlebih dahulu di buku lalu kalau sinyal sudah normal kembali, saya pindahkan ke google drive.

Ada banyak kasus yang terjadi baik di kalangan remaja atau mungkin bisa saja  dialami oleh kita para orang dewasa yang dilanda cemas berlebihan ketika sinyal hilang, lupa menaruh ponsel (karena kita sudah tidak bisa lagi jauh dari ponsel tersebut) atau baterai habis. Bisa jadi kita sedang mengalai gejala Nomofobia.

Apa itu Nomofobia?

Nomofobia adalah rasa takut atau cemas berlebihan ketika seseorang tidak dapat mengakses atau menggunakan ponsel mereka. Istilah ini berasal dari kata "no-mobile-phone phobia" dan sering dihubungkan dengan ketergantungan berlebihan pada ponsel atau perangkat digital. Gejala nomofobia bisa termasuk kegelisaan, stres, dan panik ketika ponsel tidak ada, kehabisan baterai atau kehilangan sinyal.

Istilah ini pertama kali muncul di Inggris pada tahun 2008 dalam sebuah studi  yang disponsori oleh Kantor Pos Inggris. Studi tersebut bertujuan untuk mempelajari kecemasan yang dialami orang saat mereka tidak dapat menggunakan ponsel mereka. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa 53% pengguna ponsel di Inggris mengalami kecemasn ketika mereka kehilangan ponsel, kehabisan baterai atau tidak memiliki sinyal. Sejak itu, istilah ini menjadi populer untuk menggambarkan fenomena yang smeakin umum di era digital ini.

Seiring dengan perkembangan teknologi ponsel pintar dan meningkatnya penggunaan media sosial, ketergantungan pada perangkat ini semakin meningkat. Ponsel tidak hanya digunakan untuk komunikasi tetapi juga sebagai alat untuk mendapatkan informasi, hiburan, dan banyak aspek lain dari kehidupan sehari-hari. Peran sentral ponsel dalam kehidupan modern ini telah membuah banyak orang merasa tidak nyaman ketika mereka tidak memiliki akses ke perangkat mereka sehingga memperkuat fenomena nomofobia.

Sisi positif dari nomofobia adalah orang yang selalu terhubung dengan ponsel mereka cenderung merespons pesan dan panggilan dengan cepat yang dapat meningkatkan komunikasi, lalu  banyak aplikasi dan fitur yang ada di ponsel yang dapat meningkatkan produktivitas seperti kalender, email, dan aplikasi manajemen tugas lainya.

Gejala

Gejala umum yang sering ditemui pada orang yang mengalami nomofobia adalah:

  • Kecemasan yang berlebihan ketika tidak bisa mengakses ponsel atau khawatir akan kehilangan informasi penting.
  • Perilaku kompulsif yang sering memeriksa secara terus-menerus untuk melihat notifikasi baru, bahkan saat tidak ada pemberitahuan masuk.
  • Kecemasan sosial atau keterasingan sosial yang menggunakan ponsel sebagai alat pengalihan perhatian dalam situasi sosial yang membuat tidak nyaman sehingga menghindari interaksi tatap muka.
  • Masalah fisik seperti gangguan tidur dan kelelahan mata karena terlalu lama menatap layar.
  • Penurunan konsentrasi
  • Masalah emosional dan psikologis, merasa tertekan atau rendah dirijika tidak bisa terhubung dengan orang lain melalui ponsel.
  • Penggunaan ponsel ketika dalam situasi yang tidak aman, seperti saat mengemudi.

Gejala-gejala ini menunjukkan bahwa nomofobia bukan hanya tentang ketergantungan fisik pada ponsel, tetapi juga ketergantungan psikologis yang dapat mempengaruhi kesejahteraan mental dan emosional. 

Apa sih faktor penyebabnya?

Nomofobia disebabkan oleh berbagai faktor yang berkaitan dengan perkembangan teknologi, psikologi individu, dan lingkungan sosial.

1. Ketergantungan pada teknologi

Ponsel pintar menyediakan akses cepat ke berbagai informasi, berita dan layanan. Ketergantungan pada informasi instan ini dapat membuat seseorang merasa tidak nyaman saat tidak dapa mengkases ponsel mereka. Ponsel tidak hanya digunakan untuk komunikasi, tetapi juga untuk hiburan, belanja, pekerjaan dan banyak fungsi lainnya. Ketergantungan pada berbagai fungsi ini dapat membuat seseorang merasa tidak dapat menjalani hari-hari tanpa ponsel.

2. Kebutuhan untuk tetap terhubung

Banyak orang merasa perlu untuk tetap terhubung dengan teman, keluarga, dan rekan kerja melalui ponsel.  Ketakutan akan kehilangan kontak atau ketinggalan informasi penting dapat memicu kecemasan ketika ponsel tidak tersedia. Selain itu media sosial menjadi platform penting bagi banyak orang untuk mengekspresikan diri dan tetap terhubung dengan lingkaran sosial mereka. Kebutuhan untuk terus mengikuti atau mendapatkan validasi sosial dapat memperkuat ketergantungan pada ponsel.

3. FOMO (Fear of Missing Out)

FOMO adalah perasaan takut ketinggalan sesuatu yang penting atau menarik yang terjadi secara online, seperti berita terbaru, tren, aau kegiatan teman-teman. Hal ini dapat mendorong seseorang untuk terus-menerus memeriksa ponsel mereka.

4. Lingkungan sosial dan budaya

Dalam banyak masyarakat, penggunaan ponsel telah menjadi norma sosial. Tekanan dari lingkungan sosial untuk selalu tersedia dan responsif melalui ponsel dapat mempengaruhi ketergantungan seseorang pada perangkat tersebut.

5. Faktor teknologi

Banyak aplikasi dirancang untuk menarik perhatian pengguna dan mendorong keterlibatan yang terus-menerus. Notifikasi pembaruan, dan fitur lainnya sering kali dirancang untuk memicu respon adiktif.

Bagimana cara mengatasi nomofobia?

Meski sulit, namun nomofobia bisa diatasi. Mengatasi nomofobia memerlukan pendekatan yang menyeluruh, menggabungkan perubahan perilaku, peningkatan kesadaran diri, dan dukungan sosial.

1.  Meningkatkan kesadaran diri.  Renungkan alasan dibalik penggunaan ponsel yang berlebihan, apakah penting atau tidak?

2.  Membatasi waktu penggunaan ponsel, manfaatkan aplikasi yang dapat membatasi waktu penggunaan ponsel.

3. Membangun kebiasaan sehat. Buat rutinitas harian yang tidak melibatkan ponsel seperti membaca buku, olahraga atau berjalan-jalan diluar.

4. Mengelola notifikasi. Nonaktifkan notifikasi yang tidak penting untuk mengurangi gangguan yang mendorong untuk memeriksa ponsel.

5. Meningkatkan interaksi tatap muka.

6. Mengurangi ketergantungan pada media sosial. Hapus atau berhenti mengikuti akun yang tidak memberikan nilai positif atau yang memicu kecemasan.

7. Apabila nomofobia sudah dirasa parah, berkonsultasi dengan seorang konselor atau psikolog untuk mendapatkan strategi dan dukungan tambahan dalam mengatasi nomofobia ini.

8. Meningkatkan keseimbangan hidup melalui olahraga atau lakukan hobi yang tidak menggunakan ponsel.

9. Digital detox. Lakukan digital detox secara berkala misalnya satu hari dalam seminggu tanpa ponsel. Serta penggunaan ponsel secara produktif dan bermanfaat.

Menghadapi nomofobia di era digital ini adalah tantangan yang nyata, namun bukan tidak mungkin untuk diatasi. Dengan memahami penyebab dan gejalanya, serta menerapkan berbagai strategi untuk mengurangi ketergantungan pada ponsel, kita dapat mencapai keseimbangan yang lebih sehat dalam penggunaan teknologi.

Semoga bermanfaat.

****

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun