Mohon tunggu...
Mayangthika
Mayangthika Mohon Tunggu... Guru - Guru

Mengajar adalah menyentuh kehidupan dengan cara yang tidak terduga, dan menulis adalah cara untuk membagikan cerita dari hati ke hati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pamali: Eksistensinya dalam Era Modernisasi

1 Desember 2023   21:14 Diperbarui: 3 Desember 2023   06:57 744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pamali. Satu kata berjuta makna. 

Saat saya mengandung anak pertama saya sempat dibuat stres dengan kata pamali. Ini tidak boleh, itu dilarang. Sampai-sampai saya menangis karena merasa tertekan. 

Dalam tradisi keluarga suami saya di Bandung, kata pamali ini masih sangat erat di kehidupan sehari-hari. "Tidak boleh makan pakai piring besar, harus yang kecil. Kalau tidak nanti ari-arinya lebih besar daripada bayinya." Atau "Tidak boleh tidur siang hari, nanti bayinya kotor." Atau "Jangan mandi malam-malam saat hamil, kalau tidak nanti hamilnya kembar air." Sangat tidak masuk akal memang. Saat saya tanya "Kenapa bisa seperti itu? Emang itu benar?" Mereka tidak bisa menjelaskan alasan tepatnya dan hanya bilang "Udah nurut aja". 

Generasi dahulu, memaknai kata pamali sebagai sebuah larangan yang saklek yang wajib diikuti dan tidak boleh dipertanyakan lagi alasan-alasan lain. Sehingga akan menimbulkan ambigu dalam mencerna kata pamali ini. Karena memang dahulu kemudahan teknologi untuk mencari informasi masih belum berkembang pesat seperti sekarang ini.

Budaya pamali

Dalam masyarakat budaya pamali berkembang karena memiliki peran penting dalam mempertahankan norma-norma sosial dan nilai-nilai masyarakat. Ini membantu menjaga keteraturan dan harmoni di dalam kelompok. 

Budaya pamali juga bisa berfungsi sebagai mekanisme kontrol sosial yang membentuk perilaku masyarakat, mengingatkan individu tentang batasan-batasan yang dianggap wajar atau tidak pantas. 

Dengan demikian, berkembangnya budaya pamali dapat dilihat sebagai hasil dari upaya masyarakat untuk mempertahankan identitas dan nilai-nilai mereka.

Sudut pandang terhadap budaya pamali mengalami perubahan seiring waktu dan perkembangan masyarakat. Perubahan sosial, teknologi, dan nilai-nilai yang berkembang dapat mempengaruhi bagaimana orang melihat dan memaknai budaya pamali. Beberapa nilai yang dianggap tabu dalam masa lalu mungkin menjadi lebih diterima atau sebaliknya.

Salah satu contoh budaya pamali yang mengalami perubahan sudut pandang adalah terkait dengan percakapan terbuka mengenai kesehatan mental.

Dulu, topik ini mungkin dianggap tabu atau dihindari, tetapi saat ini masyarakat semakin menyadari pentingnya berbicara terbuka tentang masalah kesehatan mental. Inisiatif untuk mengurangi stigma seputar depresi, kecemasan, dan masalah kesehatan mental lainnya membantu mengubah pandangan masyarakat terhadap topik ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun