Mohon tunggu...
Mayangthika
Mayangthika Mohon Tunggu... Guru - Guru

Mengajar adalah menyentuh kehidupan dengan cara yang tidak terduga, dan menulis adalah cara untuk membagikan cerita dari hati ke hati

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menemukan "Dunia Baru" dalam Menulis

8 Juni 2022   17:46 Diperbarui: 8 Juni 2022   17:50 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari, saya mendengar seorang ibu yang sedang menyanjung-nyanjung putrinya yang telah berhasil menerbitkan sebuah buku antologi dengan tema psikologi remaja. Buku itu dibuat oleh putrinya dengan beberapa teman kuliahnya disela-sela kesibukan mereka.

Dengan sedikit nada merendahkan beliau berkata kepada saya, "Gak tau itu anak otaknya terbuat dari apa sampai bisa buat buku. Mungkin kamu gak akan bisa seperti dia." Ah rasanya tidak pantas seorang ibu yang masih terbilang saudara dengan saya berkata seperti itu.

Ada rasa kesal dan marah dalam hati. Wajarlah, karena memang mungkin ibu ini tengah merendahkan saya secara tidak langsung. Berangkat dari rasa kesal itu kemudian saya berfikir, "Apakah saya bisa seperti dia yang membuat sebuah buku? Atau memang membuat buku itu sesulit itu?"

Sampai pada akhirnya saya memutuskan bahwa suatu hari nanti, saya bisa menerbitkan buku seperti dia. Bahkan bisa lebih banyak dan lebih baik dari dia.

Tahun 2021 lalu saya tidak sengaja membaca sebuah postingan di instagram tentang bagaimana cara menjadi penulis. Ada banyak informasi yang saya baca dari beberapa sumber yang berbeda, hingga akhirnya saya memilih untuk mengikuti salah satu kelas menulis yang ditawarkan pada salah satu postingan tersebut.

Ini adalah kelas pertama yang saya ikuti. Kelas ini diadakan secara online melalui aplikasi WhatsApp grup, dengan waktu belajar yang fleksibel sangat cocok dengan saya. Beranggotakan sekitar 200 peserta, dan dengan beraneka ragam latarbelakang menjadikan grup ini semakin seru. Pada akhir pembelajaran, saya di beri kesempatan untuk membuat satu karya buku antologi.

Ada rasa bangga ketika buku ini terbit dan hati ini berbisik  “Alhamdulillah akhirnya saya bisa juga membuat buku antologi seperti dia.” Saya telah berhasil mematahkan pendapat seseorang bahwa menjadi penulis itu susah dan saya juga telah membuktikan kepada dia bahwa saya atau siapapun bisa menjadi seorang penulis. Asalkan kita mau untuk mencoba dan belajar, insyaallah pasti bisa.

Buku antologi pertama telah selesai di cetak dan saya terima dengan baik yang dikirim melalui jasa kurir. Senyum sumringah dan sedikit rasa bangga tersungging di bibir. Tidak lama setelah itu ada tawaran untuk project buku kedua yaitu tentang cerpen anak. Tanpa berfikir panjang, saya pun ikut project buku kedua ini dan project-project antologi berikutnya.

Setelah beberapa kali mengikuti  project antologi dengan berbagai tema yang berbeda-beda, ternyata membuat saya seperti ketagihan, lagi dan lagi.  Kali ini dengan tema kepenulisan, merupakan project buku antologi saya yang ke-13. 

Namun, semakin saya mengikuti banyak project buku antologi ternyata masih banyak juga yang harus saya pelajari agar tulisan saya tidak sekedar tulisan biasa namun memiliki “pemikat” agar pembaca tertarik membaca buku saya sampai akhir, dan bisa mengambil sesuatu yang positif untuk dirinya. Bahkan bisa mempengaruhi pola pikir si pembaca untuk sejalan dengan tulisan saya.

Ada banyak sekali buku dan artikel yang menyebutkan bahwa menulis memiliki banyak sekali manfaat yang bisa kita ambil. Diantaranya bisa meningkatkan daya kreativitas, sebagai media pembelajaran yang baik, menjadikan kita lebih produktif, hingga bisa mengurangi stress.

Ada juga yang mengakatan bahwa menulis adalah salah satu cara yang efektif untuk membantu proses penyembuhan luka batin atau yang tenar di kalangan remaja saat ini biasa disebut dengan self healing. Saya sendiri pun pernah mencobanya.

Di beberapa buku antologi saya, merupakan ungkapan dari kisah pengalaman saya yang paling tidak menyenangkan dalam hidup. Dengan kejadian-kejadian yang tidak pernah terbayangkan, yang memang sudah Qodarullah ditakdirkan untuk saya jalani dan lewati, dan ternyata adalah titik balik dari hidup saya.

Dalam tulisan, saya bisa mengungkapkan apa yang tidak bisa di ungkapkan dengan lisan. Ada beban berat di hati yang bila tidak saya keluarkan, bisa jadi mungkin memang benar akan menjadikan saya gila. Satu per satu beban diungkapkan lewat tulisan. Setiap tulisan yang saya tuangkan dalam naskah buku antologi itu memiliki peran yang berbeda dari setiap ungkapan emosi yang saya miliki. Satu per satu beban yang ada di dalam hati pun akhirnya hilang.

Menulis benar-benar membantu saya untuk penyembuhan luka batin ini. Kala isi kepala berisik sendiri bahkan terjadi “tawuran” antara hati dan pikiran, dan juga saat merasa tidak ada satu orang pun yang bisa di percaya, buku adalah teman terbaik saat itu. Tentunya selain tetap berbaik sangka kepada Allah dan tetap menyakini bahwa apapun yang Allah ambil pasti Allah akan ganti dengan bentuk yang lain yang lebih baik dari sebelumnya.

Menemukan dunia baru, dunia kedua setelah dunia nyata yang saya jalani. Dunia kepenulisan memberikan saya kesempatan untuk merasakan menjadi orang yang berbeda melalui sebuah sudut pandang. Mencoba berbagai macam karakter dan berada di tempat yang mungkin tidak bisa saya kunjungi di dunia nyata.

Dengan menulis, saya juga bisa membuat dunia sesuai dengan keinginan saya sendiri. Saya bisa memegang kendali atas dunia yang saya buat, dan saya bebas menentukan tokoh, karakter, tempat dan juga alur kehidupan dari masing-masing tokohnya. Menyenangkan.

Sudah ada 13 buku antologi yang sudah saya ikuti dan kemungkinan masih bertambah jumlahnya. Mungkin suatu saat nanti akan ada buku solo yang saya terbitkan juga. Insyaallah.

 Ada sebuah ungkapan yang menerangkan bahwa sebelum menjadi pembicara yang hebat, maka belajarlah untuk menjadi pendengar yang baik. Sepertinya ungkapan ini juga sangat cocok untuk mengungkapkan bahwa sebelum menjadi penulis yang hebat, kita juga dituntut untuk menjadi pembaca yang baik.

Secara disadari atau tidak, kegiatan tulis menulis sudah melekat pada kehidupan sehari-hari kita. Cobalah ingat-ingat kembali, bukankah kita juga telah menulis beberapa kata atau bahkan beribu kalimat pada whatsApp? Membuat berbaris-baris paragraf di lembar kertas atau buku diary yang sempat booming pada zamannya? Lalu saat beberapa tahun kemudian ketika kita kembali membacanya, bisa membuat kita tertawa dan menggelengkan kepala menertawakan diri sendiri. Betul?

Bila memang benar adanya, mengapa kita tidak mencoba untuk lebih jauh lagi? Menjadi seorang penulis? Kuncinya adalah jangan takut untuk memulai, mulailah dengan menceritakan kisah yang telah kita alami. Jangan malas untuk terus belajar dan belajar, serta seringlah untuk berdiskusi dengan orang-orang yang sudah terlebih dahulu terjun di dunia kepenulisan. Dan yang terakhir adalah kumpulkan niat dan tekad yang kuat, agat kita tidak mudah untuk menyerah bila menemukan kendala.

Menulislah, itu bisa membantu kita untuk mengobati diri kita sendiri pada saat kita merasa ada sesuatu yang harus diungkapkan namun tak bisa. Pada saat keluh kesah kita terhalang oleh kelunya lidah untuk berkata-kata, beberapa baris kalimat bisa mewakilkan perasaan kita.

Bila kita sudah terbuai dengan asyiknya bermain dengan kata-kata, boleh jadi kita akan menemukan dunia kita yang lain. Sebuah dunia yang tercipta sesuai dengan keinginan kita.

Menulislah, karena bisa jadi beberapa dari karya kita bisa menembus ruang dan waktu. Nama kita akan terkenang melalui setiap karya yang kita buat. Walaupun kita sudah tak ada lagi didunia. Setiap karya yang kita ciptakan mempunyai takdirnya masing-masing, karena bisa jadi salah satu karya kita bisa mengantarkan kita kepada kesuksesan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun