Sudah lama saya tidak menyambangi laman ini, bukan karena kehabisan ide atau malas, namun ada beberapa hal yang menguras banyak energi dan waktu belakangan ini. Tapi Alhamdulillah satu per satu sudah mulai bisa dilewati dengan baik.
Kali ini saya mencoba berbagi sebuah kisah perjalanan yang (mungkin) bisa teman-teman ambil sebagai sebuah pengalaman.
Saya, dua puluh tahun yang lalu adalah seorang gadis yang masih mencari jati diri dan sibuk mencari jawaban dari sebuah pertanyaan yang selalu "menghantui" saya setiap hari.
Apa sih sejatinya arti sukses itu?
Saya mulai mencari jawaban dari pertanyaan itu dengan banyak bertanya, membaca buku sampai mengamati orang-orang di sekitar saya. Namun masih belum bisa saya menemukan sebuah jawaban yang membuat saya merasa puas.
Sebuah pertanyaan yang mungkin untuk kebanyakan orang adalah hal yang mudah untuk menjawabnya. Kamu menjadi orang yang mempunyai jabatan tinggi, harta yang melimpah, rumah yang mewah, sekolah yang tinggi, dan kamu bisa berkeliling dunia dengan uang hasil jerih payahmu sendiri merupakan jawaban dari kebanyakan orang.
Hingga akhirnya saya mulai mencari jawaban dengan mencoba mengikuti jejak mereka. Lulus sekolah menengah atas, saya mulai mendaftar ke sebuah lembaga pendidikan D1 di tengah Kota Bandung. Saya mengambil jurusan komputer akuntansi, yang pada saat itu jurusan komputer sedang banyak di gandrungi oleh mahasiswi dengan beranggapan bahwa setelah lulus saya bisa langsung bekerja karena sudah mempunyai keterampilan di bidangnya.
Ternyata benar, dua bulan sebelum kelulusan saya sudah mendapatkan pekerjaan. Berbekal sebuah surat keterangan lulus kuliah D1 dan salinan transkrip nilai dengan indeks prestasi kumulatif "Baik" sudah cukup memenuhi persyaratan yang diajuakan oleh sebuah perusahaan swasta di Bandung. Ditambah lagi dengan adanya sebuah sertifikat dan surat keterangan sebagai asisten dosen  menambah nilai plus untuk bahan pertimbangan perusahaan.
Satu tahun bekerja ternyata masih ada yang mengganjal di hati. Seperti ada yang belum tuntas. Padahal waktu itu saya sudah mendapat gaji yang lumayan besar untuk seukuran lulusan D1.
Saya mencoba bertanya ke teman seperjuangan saya, apakah mereka sudah puas dengan pencapaian yang sekarang? Mereka menjawab, sudah, dengan sebuah pertimbangan bahwa dengan pendidikan D1 dan mendapatkan gaji yang lumayan besar pada saat itu sudah cukup membuat mereka puas.
Tapi mengapa saya belum juga merasa puas? Justru itu terdengar seolah-olah seperti sebuah kepasrahan. Sebuah tanda tanya besar masih menjadi misteri.